Sabtu, 12 Nopember 2022
3 Yoh.5-9 ; Luk.18:1-8
PW. St. Yosafat, Uskup dan Martir
“…mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu”
(Luk.18:1)
Doa dan harapan, selalu bersemi dalam hati setiap insan beriman. Kita berdoa, karena kita beriman dan menaruh pengharapan kapada Tuhan. Tentu isi doa kita berbeda, tetapi kita punya satu harapan. Semoga doa kita didengar dan dikabulkan oleh Tuhan.
Perihal berdoa dan harapan terkabulnya doa, Yesus mengingatkan, hendaknya kita berdoa dengan tidak jemu-jemu. Berdoalah tiada henti. Tidak menghitung sudah berapa lama berdoa. Atau sudah berapa sering mendoakan intensi dan harapan yang sama. Meski kadang harus menanti dalam waktu, namun kita tak boleh lelah dan putus asa. Karna yakin, Tuhan akan menjawab setiap harapan dalam doa kita.
Yesus menyatakan bahwa Allah sungguh baik hati dan peduli dengan suka duka kehidupan kita. Tak sebanding sikap hakim angkuh. Ia tegar hati, tidak takut pada siapapun, tetapi akhirnya melunak. Ia mengabulkan permintaan si janda, bukan karena ia benar-benar berbaik hati, melainkan karena ia tak mau diganggu kenyamanannya.
Katanya “walaupun aku tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapapun, namun karena janda ini menyusahkan daku, baiklah aku membenarkan dia, supaya ia jangan terus menerus datang dan akhrinya menyerang aku”. Lebih baik segera tolong dia, supaya dia mengusik lagi.
Hakim yang jahat saja bisa berbuat baik kepada si janda. “Bukankah Allah akan membenarkan orang-orang pilihannya yang siang malam berseru kepadaNya? Bukankah Allah lebih bermurah hati kepada kita? Tentu! Allah senantiasa mendengar keluhan hati kita. Hingga tak terucap dalam kata sekalipun. Ia bahkan memahami setiap tetes air mata, yang menyertai kata-kata doa kita.
Sebagai orang beriman, doa adalah bagian yang tak terpisahkan dalam hidup kita. Doa menyatukan hati dan cinta kita dengan Allah dan sesama. Kita berpasrah dalam doa, karena menyadari bahwa Tuhan lebih tahu dan memahami pergumulan kita, suka duka kita, harapan kita, jauh melebih orang yang ada di dekat kita.
Waktu doa kita begitu banyak tersedia. Tetapi menjadi pertanyaan, apakah kita selalu berdoa tanpa jemu-jemu, ataukah kita justru mesara jenuh berdoa, karena larut dalam arus rutinitas? Bahkan kadang sampai mengesampingkan doa, karena alasan kesibukan.
Ingat, doa adalah oase yang menyejukkan jiwa. Tanpa doa, hari-hari kita akan terasa gersang dan kering.
Tentang doa, Jhon Bunyan mengingatkan kita, “Dalam doa, lebih baik memiliki hati tanpa kata-kata, dari pada kata-kata tanpa hati”.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD. Wens Herin
Amin….thanks tuan renungannya.