Jumat, 05 Agustus 2022
Nah.1:15;2:2;3:1-3.6-7; Mat.16:24-28
Pekan Biasa XVIII
“Setiap orang yang mau mengikuti Aku, harus meyangkal diri, memikul salibnya, dan mengikuti Aku” (Mat.16:24)
Tak ada yang mudah dalam hidup ini. Apalagi ketika memutuskan memilih suatu jalan atau cara untuk dijalani atau diperjuangkan. Ada syarat yang harus dipatuhi. Juga resiko yang mesti diterima.
Syarat dan resiko, itu yang diingatkan Yesus bagi kita murid-Nya. Setiap kita yang telah percaya dan jadi murid-Nya, harus mematuhi tiga syarat ini, yakni menyangkal diri, memikul salib hidup dan setia menjejaki jalan-Nya (mengikuti Aku).
Sangkal diri berarti tegas mengatakan “tidak” pada kehendak diri yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Jika belum bisa mengatakan tidak pada keinginan, kesenangan, diri, kita belum bisa jadi murid yang sejati dan militant.
Memikul salib berarti mengangkat dan meletakan beban di atas pundak sendiri. Salib itu tempat Tuhan mati di atasnya. Ketika salib sudah di pundak kita, itu isyarat sekaligus janji bahwa kita setia berjalan Bersama Tuhan dalam suka dan duka. Rela menyerahkan diri dan berkorban di atasnya, demi Tuhan yang kita Imani dan bagi sesama yang kita cintai.
Mengutip pesan Donald C. Stamps, kita bisa menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Yesus melalui cara ini: setia menderita dalam perjuangan hidup melawan dosa. Menderita dalam peperangan melawan iblis dan kuasa kegelapan saat kita memajukan Kerajaan Allah. Menanggung kebencaian dan ejekan bahkan penganiayaan dari dunia, ketika membela kasih, kebenaran dan keadilan seperti Yesus.
Ingat, kita sering menghindari salib. Karena merasakan salib sebagai beban, derita, sakit, musibah. Tetapi seperti kata pepatah “di ujung cemeti ada emas”. Demikian juga, di ujung salib tersedia keselamatan. Maka setialah memikul salib, meski terluka, sebab di sana ada harapan bahagia bagi kita.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD. Wens Herin
Terimakasih Romo Wens untuk refleksi yg sangat menginspirasi. Semoga kita mampu manghayati dalam keseharian hidup kita.