Rabu, 07 Juni 2023
Tob.3:1-11;13.16-17:Mrk.12:18-27
Pekan Biasa IX
“Lebih berguna mati saja dari pada melihat banyak susah dalam hidupku. Sebab kalau mati, tak dapat lagi aku mendengar nista”
(Tob.3:6)
Kesabaran manusia ada batasnya. Tobit yang penuh taat dan pasrah saja, kini mulai putus asa mendengar nistaan dan celaan orang. Apa Artinya kesalehan hidup di hadapan Allah, jika mesti menderita dalam ujian Allah? Ia tak berdaya karena buta selama empat tahun.
Pada situasi yang paling terpuruk, Tobit bahkan meminta kirannya Tuhan segera mencabut nyawanya agar ia tak melihat lagi banyak kesusahan yang menimpa hidupnya. Pikirnya, kalau ia mati, ia tak mendengar lagi nistaan dan celaan karena imannya.
Kita juga sering mengalami dinamika hidup iman seperti Tobit. Kita setia dan penuh harap pada Tuhan, tetapi kadang lelah dan putus asa karena tak sanggup menghadapi ujian hidup. Mungkin pernah terlintas pikiran yang sama, lelbih baik mati agar selesai semua derita kehidupan.
Tetapi sebagaimana Tuhan mendengar rintihan hati tobit dalam doanya, membuat dia melihat kembali, demikian juga Tuhan selalu mendengar keluhan hati kita dalam setiap doa kita.
Meski disadari, doa dalam sakit, terluka, terpuruk dan putus asa, tidaklah mudah. Kecuali kalau kita sungguh-sungguh mengimani bahwa Tuhan selalu ada di dekat kita. Dia selalu mendengarkan kita.
Ingat, hidup bagai roda. Kadang jatuh dan terpuruk. Tetapi janganlah terus putus asa. Bangunlah kembali dan tetap nyalakan sumbuh harapan dalam kasih Tuhan.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD. Wens Herin