Senin, 07 Nopember 2922
Tit.1:1-9 ; Luk. 17:1-6
Pekan Biasa XXXII
“Bahkan jika ia berbuat dosa terhadapmu tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata, ‘Aku menyesal’, engkau harus mengampuninya”
(Luk.17:3)
Ada tiga hal mendasar dalam kutipan teks ini, yakni dosa, penyesalan, dan pengampunan. Dosa terjadi karena perbuatan melawan dengan kehendak baik Allah. Dosa memutuskan benang kasih dengan Allah dan sesama. Juga, jadi racun yang merusak nilai-nilai hidup.
Kesadaran pertama karena dosa adalah sesal. Saat balik, dimana hati jujur menyadari kelemahan diri. Lalu tulus dan rendah hati mau bertobat. Membenah dan membaharui hidup. Dosa tanpa sesal, sama halnya menyimpan beban dan racun bagi diri.
Dan, tindakan kasih yang diharapkan adalah mengampuni. Dengan sukarela melepas rasa benci, amarah dan balas dendam terhadap orang yang telah bersalah kepad kita. Berani melupakan kesalahan sesama, agar melepaskannya dari dosanya.
Kita sadar, siapapun bisa jatuh dalam kesalahan. Terperangkap dalam dosa. Bahkan bisa jatuh berulang-ulang dalam salah dan dosa yang sama. Karena kerapuhan yang tercipta dari debu tanah.
Kita kadang marah, kecewa, bahkan terluka karena terbelenggu kerapuhan diri. Tetapi kita sadar, selalu terbuka harapan untuk berubah, dalam ruang sesal dan tobat. Niat berbenah jadi lebih baik. Lebih bernurani. Lebih Kristiani.
Tujuh kali bersalah dan tujuh kali meminta ampun, artinya sudah ada niat baik. Maka mesti juga memberi ampun tujuh kali. Artinya saling mengampuni tanpa batas. Karena sadar, diri ini sama-sama dari debu tanah, rapuh. Tidak perlu menghitung berapa kali. Karena mengampuni bukan jasa, melainkan cinta. Tanpa batas. Tak perlu mengingat lagi luka, karena mengampuni akan menyembuhkan.
Ingat, tanpa mengampuni, hidup akan kehilangan persaudaraan dan damai, karena semata menumpuk amarah, benci, balas dendam dan luka.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD. Wens Herin
Amin…thanks tuan