Murong Ae dikenal dalam tradisi penjemputan mempelai dan pengantin dalam adat perkawinan Nasrani Nagi Larantuka.
Murong Ae berisikan nyanyian kegembiraan penjemputan diiringi tarian seleng untuk orang yang tengah berbahagia di hari perkawinan Katolik.
Murong Ae dibawakan, dinyanyikan sekelompok orang dalam group musik. Group musik mereka diperlengkapi biola, giring-giring, gitar, juk, tambur sebagai pengantar tarian.
Syair-syair berisikan narasi kegembiraan, petuah juga pantun berbalas pantun kenangan muda mudi, atau pula cerita keseharian hidup yang aktual, kadang jenaka.
Nyanyian Murong Ae beraromakan wejangan yang kadang kala berbau spiritual dalam bahasa nagi yang melukiskan hidup manusia tak dikendalikan satu arah yang tunggal, yang kalkulatif saja. Tetapi kehidupan di dunia, di bawah langit, di tengah alam dan sekaligus bersama manusia lain, ada dalam kemungkinan dan ketidakkungkinan. Nyanyian yang menggambarkan irama hidup laksana air.
Dari tutur Nagi, Murong Ae artinya buih air (laut). Murong Ae lebih melukiskan keseharian anak pantai, anak nelayan yang melekat keseharianya menebar jala, memancing (mengail) dengan sampan, biduk kecil di tengah lautan, kadang terombang-ambing di gelu gelombang pula.
Murong Ae mengisahkan ketabahan penebar jala di tengah badai gelombang, mengisahkan betapa sampan kecilnya terombang ambing di tengah hempas gelombang, menebar umpannya, menjala ikan dan menariknya ke atas sampan di antara buih gelombang laut.
Lenggak-lenggok penari seleng pun menyerupai sang nelayan menebar jala, gerakannya bergelombang mengikuti gelombang laut yang kadang menerpa sampan kecil, lalu menarik jala ke atas perahu.
Tarian seleng melukiskan keluarga inti menjemput pengantin dan mempelai masuk rumah, masuk rumpun keluarga mereka, bagian dari seremoni menjemput sekaligus mengenalkan pengantin dan mempelai dalam keluarga dan handai taulan.
Murong Ae dan seleng melukiskan tidak hanya penjemputan pengantin dan mempelai tapi juga menjemput awal sorak sorai kegembiraan karena cinta dan suka cita yang terus mengalir, mengaliri perjalanan biduk keluarga yang baru menikah.
Murong Ae dan seleng memberi pesan inspiratif tentang kegembiraan tetap ditabur dan ditebar seberapa pun naik turun gelombang kehidupan.
Di Murong Ae dan seleng, semua senang, semua bahagia di hari perkawinan sanak saudara. (Kornel AT)