Jumad, 18 Nopember 2022
Why.10:8-11 ; Luk.19:45-48
PW. Andreas Dung Lac, Imam dan Kawan-Kawan, Martir
“Rumah Ku adalah rumah doa, tetapi kalian menjadikannya sarang penyamun”
(Luk.19:45)
Bait Allah adalah rumah doa bangsa Israel. Pusat penyelenggaraan ibadat dan berbagai perayaan keagamaan.
Untuk melengkapi ibadah, orang Yahudi butuh hewan persembahan berupa lembu, domba, merpati, dan burung terkukur. Tentu sulit bagi jemaat yang datang dari jauh. Para pedagang membantu menyiapkan hewan kurban di pelataran Bait Allah. Nah, kalau betul para pedagang menolong jemaat yang hendak beribadah, mengapa Yesus marah?
Orang menafsir, Yesus marah karena mencium aroma manipulatif di sana. Para pedagang bersekongkol dengan pemimpin agama, mematok harga tinggi, memeras jemaat, meraup keuntungan besar, lalu berbagi untung berlebih di antara mereka.
Siapapun akan kecewa dan marah, menyaksikan pergeseran nilai di sana. Rumah doa berubah jadi sarang penyamun karena ketamakan dan ketidakjujuran.
Yesus akan tetap marah, jika niat baik membantu perlahan berubah jadi pemerasan terselubung. Belas kasih dan kemurahan hati, perlahan mulai ditakar dengan rupiah. Pengorbanan tulus, mulai tergerus harapan imbalan. Orang mulai enggan memberi diri dengan cuma-cuma.
Rumah doa, rumah cinta bersama Allah, terasa jauh dan asing, ketika kita mulai beralasan sibuk, letih, dan tak ada waktu. Tak heran banyak yang jarang ke gereja. Hanya menanti natal dan paska, atau ada pelayanan sakramen. Dan, masih banyak litani pergeseran nilai Kristiani dalam keseharian kita.
Banyak nilai dan kebiasaan baik terus berubah dan memudar. Haruskah orang lain memarahi kita, sekedar mengingatkan? Tidak! Buka mata dan sadar, supaya kita selektif dan berani mengingatkan diri sendiri! Tak ada kata terlambat.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD Wens Herin
Terima kasih Romo, sebuah pencerahan yang sangat sangat membantu mengembalikan kesaranan untuk berbalik arah kepada jalan kebenaran.
Mohon izin share.