Jumad, 30 Juni 2023
Kej. 17:1.9-10.15-22 ; Mat.8:1-4
Pekan Biasa XII
“Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku. Yesus menjawab, Aku mau jadilah engkau tahir”
(Mat.8:3)
Dahulu, kusta memang menakutkan. Dia dijauhi dan dikucilkan. Kasihan, orang kusta sudah sakit, makin tersiksa batinnya. Tak ada hati yang sudi mencintai dia dalam kondisi yang sangat sulit itu.
Hanya Yesus hadir mengubah situasi. Yang putus asa mendapat pengharapan. Yang dijauhkan dan dikucilkan, didekati dan disapa. Yang merasa tak layak diterima dan dihargai. Si kusta beranikan diri meminta. “Tuan, jika Tuan mau, Tuhan dapat mentahirkan aku”. Dan Yesus langsung menjawab dia, “Aku mau, jadilah engkau tahir”. Yesus tidak menyembuhkan dia dari jauh. Ia menjamah si kusta dan menyembuhkannya. Membebaskan dia dari derita fisik dan batin, dengan sentuhan kasih yang menyembuhkan.
Orang sakit butuh obat. Tetapi dia juga butuh sapaan, perhatian dan kasih, juga senyum kecil agar lebih cepat pulih.
Kita memang sehat walafiat. Tetapi sering diperlakukan serupa seorang kusta. Kita boleh ada dan tinggal bersama, tetapi merasa sedirian. Tanpa siapa-siapa karena dijauhi dan tak dipeduli dalam aktifitas bersama.
Kita berdoa, Tuhan, tahirkan kami. Agar tidak saling mengkustai. Tidak saling menyingkirkan dan menjauhi. Mari belajar pada Yesus. Tulus menerima sesama. Terlebih yang sedang dalam masalah, yang dijauhi dan terabaikan. Sentuhan kasih yang kecil, sangat berarti bahkan menyembuhkan.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD Wens Herin