Senin, 11 Maret 2024
Yes.65:17-21 ; Yoh.4:43-53
Pekan Prapaska IV
“Tuhan, datanglah sebelum anak ku mati”
(Yoh.5:48)
Berbagai situasi, peristiwa, penyakit atau apapun bisa kita atasi sejauh mampu. Namun, ada saatnya, kita tak berdaya dan hanya bisa berpasrah. Itulah saat batas, saat kita hanya bisa membuka tangan dan menaruh harap hanya pada Tuhan.
Pegawai istana bergumul melawan takdir, terus berupaya menolong anaknya yang sedang bergulat antara hidup dan mati. Meski ia tahu, ia tak bisa melawan takdir, namun ia tak putus asa, karena masih ada secerca harapan pada kasih Tuhan.
Harapan itu tumbuh, ketika mendengar kabar Yesus datang. Tak menunggu lagi. Ia segera bergegas berjumpa Yesus dan memohon, “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati”.
Yesus merasakan getaran harapan itu, dari untaian doa penuh iman pegawai istana. Dan Ia menjawab doa si pegawai istana, “pergilah, anakmu hidup”. Jawaban yang mengembalikan harapan yang hampir pupus, dan hadirkan sukacita bagi kehidupan.
Hendri J.M. Noumen mengatakan, “kabar sukacita sesungguhnya adalah Allah bukan Allah yang jauh. Tetapi Allah yang hati-Nya tergerak oleh penderitaan kita dan ikut serta sepenuhnya merasakan perjuangan kita sebagai manusia”.
Disaat batas, saat kita tak sanggup, kita mesti berpasrah. Kita tak menyerah, tetapi menyandarkan harapan pada Tuhan, karena tahu dan mengimani bahwa Tuhan akan mengurai kebuntuan yang dihadapi.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD Wens Herin