Jumad, 02 Februari 2024
Mal.3:1-4; ibr. 2:14-18;Luk.2:22-32
Pesta Yesus dipersembahkan di Bait Allah
“Ketika genap waktu pentahiran menurut hukum Musa, Maria dan Yusuf membawa Yesus ke Yerusalem untuk mempersembahkannya kepada Tuhan” (Luk. 2:22)
Setiap anak sulung hendaknya dipersembahkan bagi Allah. Itu ketentuan hukum taurat. Maria dan Yosep taat melakukannya. Mempersembahkan Yesus berarti memberi dia bagi Allah, dan siap menerima apapun yang terjadi atas diri Yesus, sesuai kehendak Allah. Meski “sebilah pedang akan menikam jiwa mereka”. Sebab persembahan diri Yesus dalam sukacita di Bait Allah akan jadi sempurna dalam persembahan duka yang tragis, namun maha kudus di kayu salib.
Peristiwa ini memberi kita dua pesan, pertama, anak adalah anugerah dan milik Allah. Orang tua hanyalah tempat Allah menitipkan anugerah ini. Maka setiap orang tua hendaknya setia mengasihi, memenuhi kesejahteraan, memberi mereka teladan iman agar selalu dekat Tuhan, dan mendoakan berkat terbaik bagi mereka. Anak tak boleh ditelantarkan dengan alasan apapun.
Kedua, hidup adalah sebuah persembahan. Semua yang kita miliki adalah anugerah Allah. Maka kita patut mempersembahkan diri, waktu dan tenaga, segala hasil karya kita, suka duka kita kepada Tuhan sebagai ucapan syukur kita.
Hidup tanpa syukur, adalah hidup yang egois, hidup tanpa cinta, hidup tanpa berkat. Hati tanpa syukur, membuat orang angkuh, penuh perhitungan, enggan berbagi, dan merasa rugi berkorban dan memberi diri.
Ingat, janganlah menunggu sukses barulah bersyukur, tapi bersyukurlah maka sukses akan mendatangi hidupmu. Berkat akan memenuhi hidupmu.
Tuhan memberkati kita. SALVE. ***
RD Wens Herin