Aksinews.id/Larantuka – Petrus Nandes Boru (8), seorang anak berkebutuhan khusus (difabel) yang kini mengungsi di Desa Watotika Ile, Kecamatan Demon Pagong, Kabupaten Flores Timur mendapatkan bantuan kursi roda dari Gusdurian Peduli yang diserahkan langsung relawan Gusdurian Peduli, Mansetus Balawala dan Emanuel Soge di rumah Antonius Sedu Hera, salah seorang penduduk Desa Watotika Ile yang menjadi tempat pengungsian sementara selama erupsi gunung Lewatobi belum dinyatakan aman oleh pemerintah.
Selain kursi roda, Gusdurian Peduli juga menyerahkan bantuan berupa kasur kepada salah seorang ibu tuna wicara, asal desa Boru Kedang yang saat ini mengungsi di Desa Lamika, Kecamatan Demon Pagong.
Kedua jenis bantuan ini merupakan permintaan khusus kepada Relawan Gusdurian Peduli ketika pertama kali melakukan asesement kebutuhan dan pendataan warga yang mengungsi akibat erupsi Gunung Lewotobi sejak awal Januari lalu.
Melihat kursi roda bantuan Gusduria Peduli, Petrus Nandes Boru terlihat senang dan sesekali melepas senyum sumringah. Ketika menerima bantuan ini, Yosefina Lureng Kedang mengisahkan, sebelumnya Petrus Nandes Boru terlahir sebagai anak normal namun suatu waktu ia mengalami sakit dan terus menangis. Keluarga sudah berupaya melakukakan pengobatan baik secara medis maupun pengobatan alternatif, bahkan sempat pula berobat ke Kalimantan. Namun karena tidak mengalami perubahan, keluarga lalu memutuskan untuk kembali ke kampung halaman.
“Kami sempat membawa Nandes ke Kalimantan untuk berobat. Namun karena tidak ada perubahan kami Kembali ke kampung halaman. Kami pasrah bahwa ini adalah kehendak Tuhan,” ujar Yosefina Lureng Kedang yang adalah ibu Nandes.
Ia mengaku bahagia melihat ada yang peduli dengan kondisi anaknya. Untuk diketahui, orang tua selalu membawa Nandes kemanapun mereka pergi karena ia tidak bisa ditinggal sendirian. Hal ini membuat orang tua Nandes cukup kewalahan. Apalagi usia Nandes makin bertambah dan karena itu ia sangat membutuhkan kursi roda.
“Sudah lama kami ingin agar Nandes memiliki kursi roda. Namun karena kemampuan ekonomi terbatas, kami belum bisa memenuhi kebutuhan Nandes yang satu ini. Kami berterima kasih kepada Gusdurian Peduli yang sudah merespon permintaan kami untuk membantu Nandes Kursi Roda,” ujar Ibu Nandes dengan mata berkaca-kaca.
Bantuan lainnya berupa Kasur diserahkan kepada seorang Tuna Wicara yang juga melakukan permintaan khusus kepada relawan Gusdurian Peduli saat melakukan assessment kebutuhan dan pendataan di Desa Lamika. Permintaannya itu ditulis di atas secarik kertas berbunyi, “Mama mau tidur di mama punya rumah tapi kasur tidak ada pak”.
Tulisan tangan ini kemudian diserahkan kepada relawan Gusdurian Peduli. Terhadap permintaan tertulis yang disampaikan, Mansetus Balawala, salah seorang relawan yang menerima tulisan itu menyampaikan akan mengkomunikasikan terlebih dahulu ke Sekretariat Nasional Gusdurian Peduli.
Gayung bersambut, ketika permintaan itu disampikan ke Sekretariat Nasional, Gusdurian Peduli menyanggupinya dengan mengalokasikan anggaran untuk itu. ‘’Hari ini kami datang memenuhi harapan dan permintaan khusus yang disampaikan mama secara tertulis sewaktu kami melakukan pendataan. Permintaan mama direspon baik oleh Gusdurian Peduli sehingga hari ini kami datang menyerahkan kasur,” jelas Balawala saat menyerahkan bantuan. Ketika menerima bantuan, ibu itu pun terharu dan menteskan air mata.
Untuk dikethaui GUSDURian Peduli adalah unit kerja Jaringan GUSDURian Indonesia, yang lahir untuk melanjutkan nilai-nilai perjuangan almarhum Gus Dur di ranah kemanusiaan. Yayasan yang dibentuk pada 4 Agustus 2019 ini bertujuan untuk mengelola kerja-kerja Jaringan GUSDURian Indonesia di bidang Tanggap Bencana, Pemberdayaan Sosial dan Ekonomi serta Pengorganisasian Relawan, yang sebelumnya bernama ‘Lumbung Amal GUSDURian’.
Dalam melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan di lapangan, GUSDURian Peduli berjejaring dengan komunitas GUSDURian yang tersebar di 150 kota/kabupaten di Indonesia, dan 10 komunitas di Luar Negeri. Juga berjejaring dengan kelompok lintas iman dan lembaga-lembaga lain yang memiliki kepedulian terhadap kemanusiaan tanpa batas dan sekat apapun dengan prinsip Responsif, Inklusif dan Humanis.
GUSDURian Peduli memiliki Visi “Membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang egaliter, damai, sejahtera, berkeadilan, dan terbuka dengan tetap berpijak pada tradisi dan jatidiri”, dan Misi “Mengembangkan upaya-upaya khusus ke arah kesejahteraan masyarakat melalui sosial, ekonomi dan budaya”.
Dalam menjalankan visi dan misinya, GUSDURian Peduli berpegang teguh pada 9 Nilai Utama Gus Dur, yakni: Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaan, Persaudaraan, Keksatriaan dan Kearifan Tradisi.
Untuk mewujudkan visi dan misi itu, GUSDURian Peduli memiliki 9 Program Kerja yang bertajuk “Promosi Toleransi Melalui Bantuan Kemanusiaan”. Program ini adalah pemberian bantuan tanpa membedakan suku, ras, agama dan golongan dengan melibatkan berbagai pihak sebagai berikut :
Sejak berdirinya, GUSDURian Peduli sudah melakukan banyak kegiatan, di antaranya, bantuan paket sembako, obat-obatan hingga peti mati untuk korban Covid19 di 67 kota/kabupaten di Indonesia dengan tagline #SalingJaga. Santunan untuk kurang lebih 2.000 anak yatim terdampak Covid19. Bantuan Ambulans Laut untuk masyarakat di pulau-pulau kecil dan terpencil. Bantuan untuk korban bencana alam di NTT, NTB, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, dan di Semeru. Bantuan untuk korban bencana sosial warga Rohingya di Aceh, Papua, Sulawesi Tengah dan Bom Makassar. (Floresty)