Elias Kaluli Making
Mantan Ketua KPU Lembata
Pemilih muda mendominasi dalam Pilkada serentak 2024. Data pemilih muda Kabupaten Lembata dikisaran usia 17 sampai dengan 46 tahun tercata sebanyak 66.400 orang pemiih atau sebanyak 63 persen dari total jumlah pemilih Kabupaten Lembata. Keberadaan pemilih muda yang jauh lebih banyak dari pemilih senior tidak saja menjadi incaran para kandidat, tetapi dapat dipastikan pemilih muda menjadi faktor penentu kemenangan pasangan calon Bupati dan calon Wakil Bupati Kabupaten Lembata.
Kategori pemilih muda yang saya maksudkan disini adalah pemilih direntang usia 17 tahun sampai dengan usia 46 tahun, keberadaan pemilih muda ini tersebar merata di 267 TPS Pilkada dalam wilayah Kabupaten Lembata.
Rincian data pemilih muda berdasarkan usia hasil penelusuran mandiri saya sebagai berikut : usia pemilih 17 sampai 22 tahun sebanyak : 16.797, usia pemilih 23-28 tahun sebanyak : 15. 372 pemilih, usia 29 sampai 34 tahun sebanyak : 11. 800 Pemilih, usia pemilih 35 sampai 40 tahun sebanyak : 11.008, dan sebanyak 11.423 untuk usia pemilih 41-46 tahun.
Dari data ini, ada yang menarik dan akan menjadi titik bidik saya adalah tentang keberaan pemilih dalam rentang usia 17 sampai dengan 22 tahun yang jumlahnya mencapai 16.797 orang. Hemat saya, pemilih dikelompok usia ini menjadi yang terbanyak dalam sejarah Pemilu dan Pemilihan, bukan saja di lembata bahkan data pemilih nasional pun mencatat jumlah pemilih muda mendominasi.
Lantas bagaimana menarik minat pemilih muda untuk menentukan pilihan? Haruslah dipahami bahwa pemilih muda adalah orang-orang terdidik yang melek informasi. Kemampuan mengakses informasi yang luas itulah membuat orang-orang muda dengan sangat gampang mengetahui rekam jejak para kandidat calon. Selain itu mereka juga punya banyak harapan kepada pemimpin masa depannya.
Oleh karena itu, model kampanye konvensional sebagaimana yang lazim dilakukan selama ini tidaklah cukup, para kandidat juga tim pendukungnya mesti punya terobosan lain, salah satunya memanfaatkan media sosial sebagai sarana kampanye. Iya, para kandidat harusnya menjadikan medsos sebagai ruang komunikasi dan kampanye politiknya. Sampaikan visi, misi, ulas secara lugas tentang program kerja terutama program-program kerja yang menyentuh langsung kebutuhan kalangan muda lembata. Sampaikan kampanye yang membumi dan benar-benar menyentuh masalah-masalah lembata.
Tak elok nampaknya kalau medos dijadikan ruang membully dan tempat menebar hoax, perilaku bullying adalah tindakan diluar pakem adat kelamaholotan, dan tindakan semacam ini hanya akan membuat para orang muda terutama dikalangan pemilih muda pada rentang usia pemilih pemula (17-22 tahun) badmood, yang berujung golput.
Santun dalam bermedsos untuk menarik minat para pemilih muda karena beberapa alasan berikut :
1. Pemilih Muda Pencari Informasi dari Sosial Media
Pemilih muda adalah mereka yang lahir di era digital. Pemilih muda sangat mahir menggunakan teknologi digital, mulai dari media sosial hingga gadget atau perangkat IT lainnya. Karena tren aktivitas lintas perangkat, informasi harian yang berlebihan bagi generasi ini membanjiri perangkat seluler.
2. Pemilih Muda Berpotensi Golput
Untuk memaksimalkan dampak media sosial, pemilih muda juga mestinya diberikan pemahaman tentang etika dan tanggung jawab dalam menggunakan media sosial. Pelatihan literasi digital dan berpikir kritis sangat diperlukan.
Perilaku bullying, menyebar hoax, kampanye hitam dengan membahas sisi gelap calon pemimpin, adalah model pembelajaran buruk kepada generasi pemilih muda dan membuat para pemilih muda hilang kepercayaan dengan para kandidat calon kepala daerah.
3. Lebih kritis
Media sosial dianggap sebagai senjata yang efektif untuk menarik pemilih pemula sebagai platform untuk berdiskusi dengan publik. Media sosial ini pula yang akan menjadi tolak ukur para pemilih muda. Saat ini, para pemilih muda sudah semakin kritis. Dengan banyaknya strategi kampanye di media sosial, semakin banyak pula nilai dari tiap calon yang akan ia bandingkan dengan nilai yang ia yakini dengan diri sendiri.
Isu-isu penting untuk Pemilih Muda
Ada banyak isu politik yang menarik untuk dibahas, namun khusus kalangan pemilih muda tidak semua isu bisa dibahas. Lantas, isu apa saja yang sedang menjadi harapan pemilih muda kepada calon pemimpinya? Saya mencatat beberapa isu kunci yang menjadi harapan para pemilih muda :
Pertama, Lapangan Pekerjaan
Tidak kita dipungkiri kalau salah satu kesulitan di lembata adalah sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Data peserta test CPNS lembata tercatat sebanyak lebih dari 8.000 orang. berkaca pada data ini maka bisa dikatakan kalau masih banyak manusia lembata yang belum kerja. Nah, pemimpin yang lahir dari Pilkada 2024 harusnya punya solusi untuk mengatasi masalah penggangguran di Lembata.
Kampanye program tentang pembukaan lapangan pekerjaan baru dilembata mesti disampaikan secara terbuka, lapangan pekerjaan pada bidang apa saja yang bakal disiapkan untuk menampung angkatan kerja lembata, selain lapangan pekerjaan sector PNS, pertanian, dan nelayan.
Kedua Masalah Lingkungan
Calon pempin juga harus punya sikap terkait pemanfaat sumber daya alam. Tentu dalam hal pemanfaatan sumber daya alam untuk peningkatan ekonomi masyarakat yang rama lingkungan. Sikap calon pemimpin terhadap tambang, dan eksploitasi alam lautpun sangat ditunggu orang-orang muda lembata.
Ketiga Isu Korupsi
Korupsi, atau perilaku koruptif di lembata faktanya masih menjadi penghalang pembangunan. Bagaimana sikap calon pemimpin untuk memberantas korupsi dan perilaku koruptif di lembata, tentu ini termasuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Isu lain yang juga penting adalah tentang penegakan hukum apa sikap pemimpin masa depan lembata?
Nah… melalui paparan data dan harapan yang saya ulas dalam kesempatan ini, mau saya sampaikan bahwa siapa calon pemimpin yang mampu memengaruhi pemilih muda lembata, maka dialah pemimpin lembata dalam 5 tahun kedepan.
Wangatoa, 16/11/2024