Bermimpi berada di Ibukota Jakarta sudah menjadi impian banyak orang. Tetapi impian untuk bisa tembus bekerja terutama di hotel berbintang lima seperti JW Marriot tentu akan membuat kebanggaan yang jauh lebih besar.
Hal itulah yang dicapai oleh gadis berbadan kecil, Theresia Berbara Tada. Wanita kelahiran 16 April 2003, ini tidak menyangka kalau bisa tembus dan diterima untuk magang di Hotel bintang 5, JW Marriot. Tetapi justru hal inilah yang menjadi cita-citanya.
“Saat test, saya punya target untuk bisa diterima di JW Marriot. Karena itu, saya persiapkan diri dalam bahasa Inggris, juga belajar keterampilan memasak dan melayani dan puji Tuhan saya diterima bersama 3 teman lain dari Akademi Perhotelan Tunas Indonesia,” tuturnya.
Ketika ditanya, mengapa ia bisa akhirnya ‘terdampar’ di Jakarta, Birce –demikian ia akrab disapa, mengatakan, ia bersama teman-teman pernah mengikuti pelatihan untuk kerja ke Arab/Dubai. Tetapi setelah biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, masih dibutuhkan beberapa dana tambahan yang cukup banyak dan orang tua tidak mampu memenuhinya. Ia akhirnya tidak bisa mengurus lagi proses selanjutnya meskipun sudah miliki paspor di tangan.
Beryukur, demikian wanita asal Lerek, Atadei ini, diinformasikan bahwa ia bisa lanjutkan di Akademi Perhotelan Tunas Indonesia hingga saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester 3. “Saya beryukur dapat beasiswa dan hingga kini bisa kuliah dengan beasiswa dari Yayasan Tunas Karya Persada Nusantara dan Hotel Paragon Jakata,” ungkapnya.
Menyangkut penempatan di Hotel berbintang 5, Birce mengatakan kesempatan yang ada akan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ketika disampaikan bahwa dengan magang di JW Marriot, kadang ada godaan karena langsung diminta untuk kerja dan tidak usaha lanjutkan kuliah lagi.
Terhadap ini Birce jawab dengan tegas, “Pendidikan sangat penting. Saya baru sadar, kalau waktu itu diizinkan ke Arab, tentu bangga tetapi selamanya saya akan dipandang sebagai lulusan SMA meskipun pengalaman saya banyak. Untuk karir ke depannya saya hanya sebagai operator dan tidak bisa menempati posisi manajerial.”
Karenanya Birce berjanji akan terus meneruskan kuliahnya sampai selesai. Birce saat ini ia bekerja di bidang Food Service untuk melayan di restoran.
Pengalaman yang sama dikisahkan oleh Hendrikus Hemaer Lajar. Ia bersyukur bahwa melalui kakaknya, ia peroleh informasi tentang kuliah di APTI.
“Saat itu saya di kampung dan sudah mulai terbiasa dengan kehidupan di kampung bersama teman-teman remaja lainnya. Tetapi kakak saya meminta saya ke Jakarta,” tutur pria kelahiran Lerek 24 April 2001 ini.
Hendrik merasa sangat bersyukur mendapat kesempatan untuk kuliah apalagi dengan beasiswa. Ya, ‘Saya sangat bersyukur kepada Yayasan Tunas Karya Persada Nusantara yang memberikan saya beasiswa bisa kuliah dan praktik langsung di Hotel Paragon Jakata,” tutur tamatan SMAN 1 Nubatukan ini.
Terkait beasiswa, Hendrik mengungkapkan bahwa kuliah di perhotelan itu sangat mahal. “Model kuliah kami itu Hotel School dan karena itu kami langsung praktik di Hotel Paragon Jakarta. Hotel adalah laboratorium langsung sehingga kami tidak belajar dengan simulasi saja seperti di akademi lain tetapi terjun langsung dan kini menjadi mahir,” ujarnya.
Hendrik bersyukur pula karena diterima untuk magang di Hotel Aston International, sebuah hotel yang sangat terkenal dengan pelayanan dan disiplin. “Saat interview kami benar-benar mendapatkan pertanyaan yang berat tetapi kami beruntung telah dilatih oleh dosen dan instruktur kami sehingga bisa melewati proses seleksi itu dengan baik,” tuturnya.
Ditanya tentang rencananya kedepan, Hendrik mengungkapkan bahwa ia mau memahirkan diri dalam bekerja di House Keeping dan Food Production. Baginya, sebagai mahasiswa, ia mau mahirkan diri minimal dalam dua bagian.
“Saya pun bercita-cita bisa untuk menangani bidang Front Office tetapi saya harus banyak mempersiapkan diri terutama dalam bahasa Inggris karena bekerja di FO akan berkontak langsung dengan tamu yang kebanyakan orang asing,” ujarnya.
Ditanya, apa informasi yang bisa diberikan untuk adik-adik lulusan SMA/SMK di Lembata, baik Birce maupun Hendrik sepakat mengatakan hal ini, “Tantangan memang sangat besar tetapi kalau mau sukses harus berani keluar dari kenyamanan di Lembata dan mulai belajar bekerja jauh di orang tua”.
Birce juga berkisah bahwa dia beruntung saat kuliah ia bisa tinggal dengan orang sambil membantu di rumah tangga. “Saya bersyukur saya bisa bantu-bantu di rumah berupa cuci, gosok, bersih-bersih rumah. Dari itu saya dapatkan juga sedikit uang saku sehingga bisa kuliah dengan tenang. Saya beryukur keluarga dimana saya tinggal juga sangat baik dan setelah magang saya akan kembali dengan mereka,” ujar wanita yang sangat irit bicara ini.
Birce juga berpesan kepada adik-adik perempuan asal Lembata bahwa bekerja selalu bisa asal jujur dan rajin. “Kita banyak kali dites dengan uang yang ditaruh di banyak tempat. Tetapi semuanya itu cobaan kepada kita apakah kita jujur atau tidak. Tetapi dari hal kecil ditambah dengan kerja yang semangat, maka bisa dipercaya,” tandasnya, mengingatkan.(RB)
Tulisan yang sangat menginspirasi 👍