Aksinews.id/Adonara – Warga Desa Lelenbala, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, benar-benar lega. Bahkan, Camat Adonara Timur, Damianus Lamawuran, SH pun tak kuasa menyembunyikan kelegaannya. Apa pasal ?
“Hasil tes rapid antigen terhadap semua warga desa Lelenbala pada hari Selasa tanggal 9 Maret 2021 sejak jam 09.00 pagi ternyata negatif semua”, ungkap Kades Lelenbala, Lodovikus Kopong, kepada aksinews.id, Selasa (9/3/2011) petang.
“Hari ini, sebagai tindak lanjut dari RDP (Rapat Dengar Pendapat) lembaga DPRD Kabupaten Flores Timur bersama perwakilan warga desa Lelenbala (Senin, 8/3/2021), 16 (Enam Belas) warga yang dipastikan kontak erat bersama almarhum Paulus Kopong telah dirapid antigen dengan HASIL NEGATIF/NON REAKTIF. Sebagai Kampung Tangguh, Desa Lelenbala benar-benar tangguh dalam mengelola dinamika persoalan untuk Flores Timur yang lebih elegan”, ungkap Camat Adonara Timur, Damianus Lamawuran melalui akun facebooknya.
Rapid tes antigen langsung digelar di balai desa Lelenbala. Petugas dari Dinas Kesehatan Flores Timur bersama jajaran petugas dari Puskesmas Waiwerang langsung terjun ke desa Lelenbala. Ini merupakan hasil kesepakatan warga Desa dengan pihak Pemkab Flores Timur yang difasilitasi dalam sidang DPRD Flores Timur, Senin (8/3/2021).
Tak kurang dari 55 warga desa Lelenbala, termasuk Kepala Desa dan BPD, para kepala suku dan Karang Taruna langsung “menyerbu” gedung Bale Gelekat Lewotana di Larantuka, Senin (8/3/2021). Mereka mengecam keras kasus kematian warganya, Paulus Kopong, yang kemudian dinyatakan sudah terpapar Covid-19. Kematian pasien Covid-19 di Lelenbala sungguh menimbulkan keresahan hebat di kalagan warga Lelenbala maupun warga Adonara lainnya. Warga tampak geram ketika berdialog dengan DPRD Flores Timur, yang langsung dipimpin ketuanya, Robert Rebon Kereta, SPd.
Saat dialog dengan Dewan, ketua Dewan Stasi Lelenbala, Hipolipus Mado meminta pihak rumah sakit melihat kembali manajemen sampai petugas keamanannya. “Saya sempat mencari donor darah untuk bapak Paulus Kopong yang dinyatakan Covid. Dari keluarga menyatakan bahwa tidak boleh dekat. Yang saya sesali adalah manejemen rumah sakit yang begitu buruk sekali. Perawatan Covid seatap dengan pasien lain. Ini sengaja menghancurkan seluruh masyarakat supaya bisa terpapar Covid. Saya bilang ke suster Ami, bagaimana bisa suster, pasien ini sudah terpapar Covid hasilnya tanggal 25 tapi tanggal 27 pasien diarahkan pulang. Setelah itu, pasien sudah meninggal. Itu suster bilang, bilang no, kalau pasien sudah meninggal bisa bungkus pakai plastik. Bungkus pakai plastik kemana?” ungkapnya, kecewa.
“Pada hari ini (Senin, 8/3/2021), saya sampaikan kepada bapak Dewan untuk melakukan sikap mulai dari manajemen sampai securitynya. Di depan itu tukang ojek semua masuk, padahal di belakang ada ruangan Covid. Ini kita berkoar-koar di media sosial tidak ada jalan keluarnya. Jadi sengaja hari ini kami datang untuk kita bisa membenahi manajemen ini lewat bapak-bapak, supaya pelayanan terhadap masyarakat itu bisa lebih baik”, ungkap Hipolitus Mado.
“Bapak Paulus Kopong almahrum ini, hasil rujukan puskesmas Waiwerang negatif, yang terpapar Bapak Paulus Kopong ini di rumah sakit. Koq rumah sakit menjadi klaster penyebaran virus? Sedangkan posko 24 jam kami jaga. Pihak rumah sakit sengaja menyebarkan Covid ini di Flores Timur. Kalau ini tidak ditanggapi, saya orang pertama yang membakar rumah sakit”, ungkap Hipolitus Mado dengan nada suara tinggi dan langsung disambut teriakan warga, ”Bakar saja”.
“Saya ketua dewan stasi. Kemanusian itu lebih penting dari institusi. Saya mau menyelamatkan umat stasi saya, dan juga umat kita di Keuskupan Larantuka ini dan juga masyarakat Flores Timur. Koq rumah sakit menjadi klaster penyebaran? Seperti apa ini?”, tandasnya, geram.
Namun demikian, Ketua DPRD Flores Timur, Robertus Rebon Kereta terus berusaha menenangkan warga yang tengah dirundung resah itu. Dia menegaskan bahwa lembaga DPRD sudah bersepakat untuk merekomendasikan kepada pemerintah agar secepat-cepatnya melakukan tracking kepada masyarakat Lelenbala. Ya, “DPRD secara kelembagaan setelah berdinamika, DPRD merekomendasikan kepada pemerintah melalui Tim Gugus Tugas Kabupaten untuk segera melalukan tracking kepada masyarakat di luar Desa Lelenbala, dan masyarakat Lelenbala untuk dilakukan Tes Rapid Antigen mulai Selasa, 9 Maret 2021 yang bertempat di Desa Lelenbala”, tandasnya.
Selain itu, DPRD, juga merekomendasikan kepada Komisi III/C DPRD untuk menggelar Rapat Kerja bersama OPD teknis demi melakukan evaluasi secara komperensif terkait mekanisme pelaksanaan penanganan Covid-19 di Kabupaten Flotim pada Rabu, 10 Maret 2021.
“DPRD Flotim secara kelembagaan merekomendasikan kepada Pemkab Flotim untuk segera mempertegas produk hukum sebagai Pedoman Kerja Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Flotim agar tidak terkesan ada yang bekerja dan ada yang cuci tangan”, tegas Robert Rebon Kereta.
Langkah warga desa Lelenbala dibawah kendali Lodovikus Kopong selaku kepala desa mendapat apresiasi yang cukup luas. Rapid Antigen di Desa Lelenbala pun dihadiri Camat Adonara Timur, Damianus Lamawuran, SH, Kapolsek Adonara Timur dan Danramil 1624-02 Adonara Timur. Bahkan, anggota DPRD Flores Timur, Ikram Ratuloli langsung terjun ke Lelenbala untuk memastikan keberlangsungan proses Rapid Antigen.
Camat Adonara Timur, Damianus Lamawuran mengakui bahwa sejak tanggal 6 Maret 2021 desa Lelenbala benar-benar viral. “Terhitung 3 (tiga) hari lamanya (6-8 Maret 2021), Kampung Tua Lewo Lambolan, Desa Lelenbala, Kecamatan Adonara Timur menjadi viral dan topik diskusi bagi siapa saja yang peduli akan pola penanganan pandemi Covid-19. Berbagai isu miring bak anak panah lepas dari busur”, ungkap dia.
Setelah hasil rapid antigen non reaktif, Camat Adonara Timur itu pun menyampaikan terima kasih kepada warga desa, DPRD Flotim, Kapolsek Adonara Timur, Linda Dores dari Dinas Kesehatan Flores Timur, Puskesmas Waiwerang, Kades – BPD dan warga Desa Lelenbala. Dia menulis dengan hastag Dari Lambolan, Desa Lelenbala untuk Flores Timur. (yup/fre)