Oleh: Maria Lupita Asman
Mahasiswi Teknik Sipil, tinggal di Ruteng, Manggarai
Pembangunan gereja ST. Nikolaus Golodukal adalah pembangunan yang dilandaskan oleh kurangnya kapasitas gereja untuk menampung umat. Kapasitas gereja yang dulu kecil dan tidak dapat menampung seluruh umat yang jumlahnya banyak, terlebih lagi pada hari-hari saya besar yaitu Natal dan Paskah. Banyak umat yang datang lebih awal untuk mendapat tempak duduk. Umat yang datang terlambat sering tidak mendapat tempak duduk. Pihak paroki mendirikan tenda-tenda di samping gereja sebagai solusi untuk menangani hal tersebut. Karena kapasitas yang kurang, beberapa umat menyediakan atau membawa kursi dari rumah untuk mengantisipasi bila tidak mendapat tempat duduk.
Pembangunan ini dimulai pada tahun 2022, yang berlokasi di Golodukal kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Pembangunan gereja mendapat sambutan baik dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dukungan yang paling berpengaruh adalah dukungan dari umat paroki Golodukal serta para donator yang menyumbangkan uang dan tenaganya untuk menyukseskan pembangunan. Para tukang yang dipekerjakan merupakan perwakilan dari setiap KBG (Komunitas Basis Gerejawi) yang terdiri dari 3 orang setiap kelompok. Para umat paroki bergotong royong dalam proses pembangunan, dimulai dari pembersihan lahan hingga proses peletakan batu pertama. Setiap umat berbondong-bondong mengambil bagian pada setiap tahapan dimulainya pembuatan gereja.
Pada permukaan tanah yang tidak horisontal, komponen gravitasi cenderung untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jika komponen gravitasi sedemikian besar sehingga perlawanan terhadap geseran yang dapat dikembangkan oleh tanah pada bidang longsornya terlampaui, maka akan terjadi longsoran. Analisis stebilitas tenah pada permukaan yang miring ini, biasanya disebut analisis stabilitas lereng. Adapun maksud analisis stabilitas adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial.
Pendirian bangunan di perbukitan/lereng, memerlukan perhatian yang lebih jika dibandingkan dengan pendirian bangunan di permukaan tanah lokasi yang berkontur datar. Lereng yang tidak stabil sangatlah berbahaya terhadap lingkungan sekitarnya, oleh sebab itu analisis stabilitas lereng sangat diperlukan. Lereng merupakan suatu kondisi topografi yang banyak dijumpai pada berbagai pekerjaan konstruksi sipil. Lereng dapat terjadi secara alami maupun sengaja dibuat oleh manusia dengan tujuan tertentu. Bangunan yang dibuat di lereng diharapkan dapat menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengguna. Rasa yang dimaksud adalah rasa aman terhadap factor alam. Faktor alam tersebut terdiri dari kelongsoran, angin, gempa dan berbagai factor alam lainnya. Pembangunan ini membutuhkan banyak biaya hal ini dikarenakan lokasinya yang berada di lereng. Lokasinya yang berada di lereng mengakibatkan rawan terjadinya longsor.
Kelongsoran atau tanah longsor adalah peristiwa pergerakan akibat massa tanah yang menuruni lereng dikarenakan gaya pendorong tanah lebih besar daripada gaya penahan tanah pada lereng. Kejadian tanah longsor tersebut merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di wilayah Indonesia, terutama saat musim penghujan tiba dan pada lokasi yang berbukit-bukit atau dataran tinggi seperti lereng yang curam serta pada tanah yang nilai kestabilan tanahnya rendah. (Subagio & Kuningsih, 2019). Setiap kali musim hujan, banyak daerah terlanda bencana longsor sehingga timbul kecemasan terhadap ancaman bahaya longsor yang mungkin terjadi sewaktu-waktu. Ruteng merupakan salah satu kota yang itensitas hujannya tinggi, sehingga teknik penanganan dalam pembuatannya pun membutuhkan tingkat ketelitian yang tinggi.
Untuk menghindari kelongsoran diperlukan pengkajian jenis tanah terhadap kelongsoran. Adapun hal yang perlu dilakukan untuk menghindari longsor adalah kemiringan lereng.Selain itu,hal yang perlu diperhatikan juga adalah pemilihan bentuk dan dimensi pondasi. Pembangunan ini tentunya memiliki resiko yang tinggi dikarenakan kemiringan tanah dapat mempengaruhi struktur bangunan gereja. Hal ini tentunya menjadi tugas berat bagi konsultan yang menangani proyek.
Kelongsoran biasanya terjadi karena itensitas hujan yang meningkat selama beberapa waktu berturut-turut. Air hujan mengalir, kemudian membasahi tanah dan masuk ke bagian lapisan tanah. Ketahan tanah terhadap kelongsoran dapat berubah atau menurun, jika terdapat kandungan air yang meningkat dalam tanah. Kandungan air yang banyak dalam tanah dapat menyebakan struktur dan pondasi bangunan menjadi gampak rusak.Selain itu, diperlukan desain serta agregat yang tepat bagi struktur dan pondasi bangunan. Hal ini tentu saja tidak mudah dan membutuhkan banyak pengkajian.
Sebelum dimulainya pembangunan,dilakukan penggusuran terlebih dahulu agar tanah tersebut rata dan memiliki elevasi yang sama. Setelah itu dilakukan pembuatan terasering untuk mengurangi terjadinya erosi atau pengikisan akibat air hujan. Terasering adalah moteode yang harus dilakukan untuk melindungi bangunan gereja yang berada di kemiringan. Terasering dibuat dengan cara membuat teras-teras bertingkat. Dimana terasering ini berfungsi untuk mengurangi kemiringan lereng dan membatasi aliran air,sehingga resiko erosi dapat diminimalisir. Pembuatan terasering melibatkan semua umat paroki St.Golodukal.Selain pembuatan terasering, hal yang harus dilakukan untuk keamanan struktur bangunan gereja adalah sistem penahan tanah. Sistem penahan tanah adalah teknik yang diterapkan untuk menahan tanah lepas. Adapun jenis-jenis dari sitem penahan ini,salah contohnya adalah tembok penahan.Pembangunan diawali dengan pembuatan tembok penahan di samping kanan dan depan gereja,untuk mengantisipasi terjadinya longsor demi keamanan bangunan. Pembuatan tembok penahan membutuhkan waktu yang cukup lama karena tempatnya yang berada di lereng yang memiliki ketinggian yang tinggi.Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatannya, seperti keselamatan para pekerja.Selain itu,agregat yang digunakan harus kuat,agar tidak mudah rusak dan rubuh. Pemilihan agregat tentunya harus melibatkan pihak-pihak yang sudah ahli dalam hal tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam pembuatan. Serta untuk menghindari terjadinya kerusakan dini pada bangunan.
Diperlukan adanya perencanaan fondasi dengan baik agar bangunan gereja berdiri kokoh di atas tanah. Fondasi ini dibuat untuk mempunyai daya dukung cukup dan tidak mengalami penurunan berlebih bila di atasnya didirikan bangunan. Lokasi gereja yang terletak pada tingkat kemiringan tanah yang tinggi menjadi tantangan tersendiri bagi pekerja dan dalam pemilihan jenis agregat yang di lakukan dalam pembuatan pondasi. Hal ini mengakibatkan para pekerja mengalami kesulitan pada saat bekerja.Namun, hal ini tidak menjadi hambatan karena para pekerja melaksanakan tugasnya dengan semangat cinta.
Di zaman yang modern ini, ada berbagai teknik yang bisa diterapkan untuk meningkatkan kualitas tanah atau ground improvement. Ground improvement berarti perbaikan lapangan, tempat bangunan dibangun. Mengetahui kondisi tanah, masih sulit dipahami, proyek ini ditangani oleh konsultan ahli. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah membuat terasering. Terasering dilakukan untuk mencegah erosi pada lahan yang miring. Air hujan yang turun tidak langsung mengalir begitu saja sehingga dapat mengurangi terjadinya erosi atau pengikisan.Hal ini dilakukan dengan cara membuat tangga pada lahan yang miring. Teknik terasering ini juga dilakukan pada pembuatan gereja St.Nikolaus Golodukal. Terasering membuat model tersendiri pada sisi samping kanan gereja,yang tampak menarik perhatian. Terlebih lagi lokasinya yang berada di ketinggian, menambah kesan indah. ***