Di saat awal Penerimaan Siswa Baru (PSB), biasanya aneka promosi tentang kondisi sekolah (SMA) ditonjolkan. Aneka fasilitas ditampilkan untuk menarik perhatian, hal mana wajar. Karena itu banyak murid yang terpesona dan segera mendaftar. Tetapi apakah sekolah juga memperhatikan bagaimana tamatannya nanti ke Perguruan Tinggi?
Inilah yang jadi pertanyaan sekaligus kegalauan Ibu Maria Fatima Kewa Namang. Dengan posisinya sebagai guru Bimbingan dan Konseling di sebuah sekolah Buddhis terbesar di Tangerang, Merty, demikian nama panggilannya banyak menjalin Kerja sama dengan berbagai Perguruan Tinggi baik swasta maupun negeri di Jabodetabek. Hal itu bukan saja untuk memfasilitasi siswa dari sekolah tempat ia mengabdi, tetapi juga ia ‘sisipkan’ beberapa anak dari NTT.
“Ya, selama 3 tahun ini ada beberapa siswa yang saya sudfah bantu untuk memperoleh program beasiswa.Ada 2 yang sudah maslk Universitas Podomoro dengan beasiswa 75%. Ada seorang yang dibimbing untuk bisa masuk Sekolah Keperawatan dengan beasiswa full di Universitas Pelita Haraopan,” ujar Maria yang setiap tahun menerima undangan untuk pergi bersama rekan-rekan guru BK ke Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand.
Lalu apakah untuk selanjutnya, masih bisa dibantu lulusan dari SMA di Lembata untuk memperoleh peluang melanjutkan kuliah di berbagai Perguruan Tinggi di Jakarta, demikian pertanyaan yang diajukan kepada wanita asal Atawolo – Atadei. “Mulai tahun 2024 ini, fokus hanya untuk lulusan 𝑺𝑴𝑨 𝑺𝑲𝑶 𝑺𝑴𝑨𝑹𝑫 Lembata,” tandasnya.
Apa yang diungkapkan tentang proses yang dilaksanakan dengan SMARD ini ternyata bukan saja menunggu di akhir tahun saat lulus tetapi sudah dimulai sejak awal tahun ajaran. “𝑫𝒊 𝑺𝑴𝑨𝑹𝑫, 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒐𝒐𝒓𝒅𝒊𝒏𝒂𝒔𝒊 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒓𝒂 𝒈𝒖𝒓𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒑𝒂𝒌 𝒀𝒐𝒃𝒊𝒏 𝑩𝒂𝒕𝒂𝒐𝒏𝒂 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝑲𝒆𝒑𝒔𝒆𝒌 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒆𝒎𝒑𝒆𝒓𝒔𝒊𝒂𝒑𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒓 𝒅𝒊 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒖𝒓𝒖𝒂𝒏 𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊. 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝑺𝑴𝑨𝑹𝑫 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒌𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕𝒂𝒔𝒊 𝑪 𝒎𝒂𝒌𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒋𝒂𝒕𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝑷𝒆𝒓𝒈𝒖𝒓𝒖𝒂𝒏 𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝑵𝒆𝒈𝒆𝒓𝒊. 𝑰𝒕𝒖 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒊𝒎𝒃𝒊𝒏𝒈 𝒑𝒓𝒐𝒔𝒆𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒉𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌, 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒍𝒂𝒌𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉 𝑨𝒕𝒊𝒔𝒔𝒂 𝑫𝒊𝒑𝒂𝒎𝒌𝒂𝒓𝒂 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒚𝒂 𝒃𝒆𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒔𝒂𝒂𝒕 𝒊𝒏𝒊, 𝒔𝒆𝒕𝒊𝒂𝒑 𝒕𝒂𝒉𝒖𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒊𝒕𝒂𝒓 6 – 7 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝑷𝑻𝑵”, demikian jawabnya.
Selain PTN, dijelaskan juga bahwa dibuka juga ruang untuk kuliah di Perguruan Tinggi Swasta terutama yang menawarkan beasiswa. “Kalau diproses dari awal dan secara dini maka kemungkinan untuk dapatkan beasiswa full sangat terbuka, asalkan komunikasi itu berjalan baik sejak awal tahun dan itu sudah dilakukan di SMARD Lembata saat ini”, demikian lanjutnya.
Lalu Maria yang pernah belajar Pastoral Kaum Muda di Universitas Salesian Roma ini mengatkaan bahwa kalau prosesnya lambat maka kemungkinan beasiswa di Perguruan Tinggi Swasta itu hanya 50 – 75% saja. Karena itu sekali lagi ditegaskan bahwa proses ini hanya bisa kalau dilaksanakan dari awal tahun ajaran dan itu hanya mungkin karena SMARD berada di bawah Yayasan Koker Niko Beeker, dan Ibu Maria telah diberi akses untuk mengadakan persiapan.
ernyata program untuk membantu lulusan SMA/SMK asal Lembata tidak berhenti di situ. Mengingat untuk kuliah meskipun dapat beasiswa, masih diperlukan biaya, maka disediakan peluang untuk bekerja satu tahun di Yayasan yang kredibel. “𝘈𝘥𝘢 𝘭𝘶𝘭𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘬𝘦𝘳𝘫𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘸𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘯𝘴𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭 𝘥𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮. 𝘔𝘢𝘬𝘢𝘯, 𝘮𝘪𝘯𝘶𝘮, 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘴𝘪𝘢𝘱𝘬𝘢𝘯. 𝘔𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵𝘬𝘢𝘯 𝘨𝘢𝘫𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘪𝘯𝘪𝘮𝘢𝘭 𝘙𝘱 3 𝘫𝘶𝘵𝘢 𝘱𝘦𝘳 𝘣𝘶𝘭𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘥𝘪𝘩𝘦𝘮𝘢𝘵 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯, 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘬𝘶𝘮𝘱𝘶𝘭𝘬𝘢𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘶𝘭𝘪𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘪𝘬𝘶𝘵𝘯𝘺𝘢,” 𝘵𝘶𝘵𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢.
Di akhir wawancara ketika ditanyakan, apa yang menjadi motivasi sehingga melaksanakan hal-hal di atas? Ibu Maria hanya tersenyum dan mengatakan hal ini: “Kita mengurus anak-anak orang lain di Jakarta untuk bisa mendapatkan akses di Perguruan Tingig. Tidak salah kalau kita juga berikan sedikit waktu utnuk bantu anak-anak dari Lembata untuk memperoleh hal yang sama”. Tetapi sekali lagi ia tegaskan bahwa mulai tahun 2024 ini hanya diperuntukkan bagi lulusan SMARD Lembata. Karena itu lulusan SMP yang berminat kuliah setelah tamat SMA, maka SMARD bisa menjadi pilihan dan akan dimbimbing sejak dini untuk hal di atas. (Rilis/AN-01)