Aksinews.id/Malang – Ini pemandangan yang tak lazim. Dan, mungkin di Pulau Jawa, hanya ada di Pondok Pesantren Rehabilitasi Mental Az Zainy, Tumpang, Kabupaten Malang. Acara pengajian, sholawatan, istighosah, dilanjutkan dengan ceramah, dihadiri pula oleh para pastor, para frater, dan para suster. Bahkan, biarawan biarawati Katolik itu diajak bernyanyi ‘Yalal Wathon’.
Acara yang dilaksanakan Jumat malam (10/2/23) itu juga dihadiri beberapa guru besar, beberapa rektor perguruan tinggi, beberapa pengusaha muslim dan non muslim, pejabat sipil dan militer, kalangan professional, ketua organisasi profesi, perwakilan dari beberapa media massa, juga ada anak-anak muda dan sebagian besar adalah para ibu.
“Ini yang dimaksud dengan kebersamaan. Lintas agama, lintas golongan, lintas profesi, lintas umur, dan lintas etnis berkumpul di sini. Ini yang disebut dengan miniatur Indonesia,” ungkap KH Zain Baik, Pengasuh Pondok Pesantren Az Zainy, ketika memberikan tausiyah pada malam itu.
Gus Zain, begitu sapaan akrab KH Zain Baik, menambahkan, setiap kali bertemu dengan para pastor dan juga para suster, dia tidak pernah berbicara soal agama. Tapi, yang diobrolkan hanya hal-hal yang ringan-ringan. “Karena kalau yang dibicarakan soal agama, maka berarti bicara tentang perbedaan. Kita jangan ngomong perbedaan. Kita ngomong tentang persamaan saja. Persamaan harus ditingkatkan,” tandasnya.
Acara Jumat malam itu merupakan pengajian rutin yang diadakan sebulan sekali di Pondok Pesantren Az Zainy, yakni setiap Jumat Pahing. Malam itu, terasa istimewa, selain karena dihadiri para tokoh lintas agama dan pejabat, juga ditampilkan musik gambus zapin, diiringi tarian sufi. Gus Zain didaulat untuk menari zapin. Begitu dia menari zapin, lantas mengajak tamu-tamu pria yang duduk di panggung kehormatan untuk ikut menari zapin. Tak terkecuali para pastor, dan para frater, juga ikut menari zapin.
Yang menarik, untuk ikut memeriahkan Perayaan Satu Abad NU, Gus Zain mengajak seluruh jamaah untuk menyanyikan lagu “Yalal Wathon”. Termasuk para frater diminta ke depan dekat panggung, untuk ikut menyanyikan lagu “Yalal Wathon”.
“Ini kalau bukan Gus Zain, nggak bisa mendatangkan tamu-tamu spesial seperti ini,” kata Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dr. H. Fauzan, M.Pd yang malam itu juga memberikan tausiyah. “Kalau saja di Indonesia ada 200 orang seperti Gus Zain, Indonesia akan maju dan damai,” tambahnya.
Kata Fauzan, sosok Gus Zain termasuk manusia langka. Karena selain seorang kyai, punya jamaah pengajian, punya pondok, Gus Zain juga seorang bisnisman yang punya beberapa unit bisnis. “Saya pernah diajak ke kebunnya di Malang. Ditanami Alpukat,” ceritanya, seperti dilansir radarmalang.
Selain Fauzan, deretan tamu lainnya adalah Kepala LLDikti Wilayah VII Jawa Timur, Prof Dr Dyah Sawitri S.E, M.M; Rektor ITN, Prof Dr Eng Ir Abraham Lomi MSEE; Rektor Universitas Dr Soetomo (Unitomo) Surabaya, Dr Siti Marwiyah, S.H, M.H yang merupakan adik kandung MenkoPolkam Prof Dr Mahfud MD; Rektor Universitas Dr Nugroho Magetan, Dr Marsini, S.H, M.Pd, M.M; Rektor Universitas WR Supratman (Unipra), Dr Bachrul Amiq, S.H, M.H; Ketua Senat Akademik Universitas Diponegoro, Semarang, Prof Dra Indah Susilowati, M.Sc., Ph.D; dan mantan Rektor UIN Malang, Prof Dr Mudjia Rahardjo.
Dari kalangan pengusaha non muslim hadir Umang Gianto, mantan Ketua DPD REI Malang. Kalangan profesional ada beberapa dokter, advokat dan notaris. Salah satunya Ketua Ikatan Notaris Indonesia (INI) Pengda Malang Raya, Imam Rahmat Syafii S.H, M.Kn. Deretan tamu istimewa yang juga hadir: Sekjend DPP Projo (Pro Jokowi), Handoko; Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang, Suwadji; Ketua Yayasan ITN, Ir Kartiko Ardi Widodo, MT; Sekretaris Komisi C DPRD Kota Malang, H. Ahmad Wanedi; dan Dandim Kabupaten Malang.
Dari tokoh lintas agama, hadir Romo Peter Sarbini, Ketua Komisi HAK Keuskupan Malang. Salah satu tokoh Katolik di Malang yang juga dosen di STFT (Sekolah Tinggi Filsafat Teologi) Widya Sasana Malang ini malam itu mengajak dosen-dosen dan juga para mahasiswanya yang merupakan para frater (calon pastor). Juga ada sejumlah suster dari Pertapaan Karmel, Ngadireso, Tumpang yang dipimpin Suster Petra. Mereka tampak khidmad selama pengajian berlangsung. (*/AN-01)