Persebata Lembata mungkin menjadi satu-satunya kontingen El Tari Memorial Cup (ETMC) XXXI 2022 yang hanya mengandalkan pemain lokal. Seluruh pemain Persebata adalah pemain yang berlaga di klub-klub lokal Lembata. Andaikan saja, Maura Hally Betekeneng, mantan pelatih Persebata Lembata tidak ‘angkat kaki’, maka tim Sembur Paus akan punya ‘pemain asing’. Setidaknya, lima dari tujuh orang yang didatangkan Maura Hally dari Jawa bisa dimainkan dua atau tiganya pada setiap pertandingan.
Terminologi pemain asing dalam ajang ETMC ini memang agak unik. Karena yang disebut pemain asing, bukan berarti pemain yang didatangkan dari luar negeri. Disebut pemain asing, jika sang pemain tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk dari Nusa Tenggara Timur. Tapi, kalau ber-KTP luar NTT, akan disebut sebagai pemain asing.
Semua pemain yang ber-KTP NTT tetap disebut sebagai pemain lokal. Entah dia bermain mewakili kabupaten/daerah sesuai alamat KTP ataupun tidak, sang pemain tetap disebut sebagai pemain local. Asprov PSSI NTT hanya membolehkan lima orang dalam kontingen. Tapi, hanya dibolehkan tiga orang yang masuk dalam Daftar Pemain (DP) atau line up untuk ikut dalam setiap laga.
Ketentuan yang sama juga berlaku pada pemain senior atau berusia di atas 23 tahun. Hanya dibolehkan tiga dari lima pemain senior dalam setiap laga. Boleh jadi, ketentuan inilah yang bikin striker Persebata Lembata yang akrab disapa Kentang, hanya duduk di bangku cadangan sampai pagelaran ETMC XXXI usai. Padahal, Kentang merupakan sosok striker yang bisa bikin lawan ketar ketir. Apalagi, ia pernah terjun dalam turnamen sepakbola di Kota Pancasila, Ende. Sehingga pemain Perse Ende yang turun di final ETMC sudah baku tahu karakter dan cara bermainnya.
Pelatih kepala Persebata Lembata, Hasan Haju Wahar tentu punya pertimbangan sendiri dalam menyusun komposisi pemain sesuai skema yang dirancangnya. Dia lebih memilih menempatkan tiga pemain senior di barisan tengah dan belakang. Yohanes Kopong alias Denis dan Master, adalah dua dari tiga pemain senior yang selalu ditampilkan.
Hasan Haju memang tidak terlibat dalam proses rekruitmen pemain. Dia baru datang ke Lewoleba, Lembata, tanggal 3 September 2022. Padahal, kick of ETMC sudah harus dimulai tanggal 9 September 2022. Dia cuma punya waktu 6 hari untuk menggodok pasukan Sembur Paus. Sehingga, sejak tampil pertama melawan Bintang Timur FC, klub asal Atambua, Kabupaten Belu, Persebata sudah tampil tanpa striker murni. Sekalipun mampu menahan imbang tanpa gol, Persebata Lembata mulai memperlihatkan cara bermain yang agak berbeda.
Berlatih sambil berlaga. Boleh jadi, itu yang dilakukan Hasan Haju. Performa Persebata Lembata tampak membaik di setiap laga berikutnya. Ujungnya, Persebata tembus ke babak final, dengan memenangkan pertandingan di setiap sesi knock out atau sistem gugur. Babak 16 besar, Persebata menyingkirkan PS Malaka dengan adu pinalti. Begitu juga di babak 8 besar menumbangkan Persami Maumere dengan adu tendangan 12 pas. Bahkan, di semifinal pun dipaksa Perserond Rote Ndao bermain 120 menit dengan hasil imbang dan harus melakukan adu pinalti.
Tidak habis disitu. Di babak final, Perse Ende yang mengandalkan ‘pemain asing’, Cahya Dwi Purnama bernomor punggung 9, yang diduetkan dengan pemain lokal Ende, Atep, mampu unggul 2-0, sebelum akhirnya disamakan Persebata Lembata menjadi 2-2, dan berujung adu pinalti. Perse Ende juara ETMC ketiga kalinya, setelah menang adu pinalti. Persebata Lembata untuk pertama kalinya menjadi runner up ETMC.
Menariknya, sejak babak knock out 16 besar, supporter Persebata Lembata mulai membanjiri stadion Gelora 99, Desa Pada, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata. Lokasi bekas kandang kambing milik Pemda Lembata itu diubah wujudnya oleh mendiang almarhum Eliaser Yentji Sunur, Bupati Lembata periode 2017-2022, menjadi stadion megah. Kendati belum rampung 100%, Yentji Sunur nekad mempromosikan kabupaten yang dipimpinnya sebagai tuan rumah ETMC, pasca Flores Timur buang handuk. Pataka atau Panji ETMC yang sudah ada di Flotim pun diserahkan ke Lembata.
Sejak panji diterima Lembata, Yentji Sunur membentuk dinas baru, Dinas Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan (Disporabud). Dia menunjuk Markus Labi Waleng sebagai Kadisnya, dengan tugas utamanya adalah mensukseskan ETMC XXXI Lembata. Rencananya, waktu itu, digelar bulan Agustus 2021. Maka, Yentji Sunur pun melakukan safari keliling NTT, untuk mengundang Pemkab se-NTT agar mengirim kontingennya ke ETMC Lembata. Dalam proses inilah, ia dipanggil pulang Sang Khalik. Selepas bersafari keliling Pulau Sumba, Sang Fenomenal itu sempat terbang ke Ruteng, Kabupaten Manggarai. Kembali dari sana, ia tertahan di Kupang karena divonis terpapar Covid-19. Dan, dalam perawatan di rumah sakit Siloam Kupang, ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Kepulangannya ke Lembata dengan pesawat carteran, sungguh mengundang kontroversi. Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat dicerca habis-habisan di media sosial gara-gara mengijinkan pemulangan jenazah korban Covid-19. Maklum, ketika itu, belum banyak yang tahu soal perubahan regulasi terkait pemakaman jenazah pasien Covid. Dan, EYS dimakamkan di rumah pribadinya di Kuma Resort, Desa Waijarang, Kecamatan Nubatukan, Lembata.
Posisi EYS digantikan wakilnya, Thomas Ola Langoday sebagai Bupati Lembata sampai akhir masa jabatan keduanya. Sejak itu, perbincangan soal ETMC sama sekali tak terdengar lagi. Apalagi, Thomas Ola lebih tertarik menggelar festival budaya bertajuk Sare Dame. Lagi-lagi Dispora yang dipimpin Markus Labih Waleng jadi lokomotifnya. Akibatnya, seluruh dana di Dispora tersedot ke ‘Sare Dame’ atau apapun namanya. Sehingga anggaran pemasangan lampu stadion yang semula dianggarkan sebesar Rp 600 juta pun ludes terpakai. Padahal, waktu itu, direncanakan untuk tambah lagi dana sekitar Rp800 – 900juta untuk membiayai pembangunan lampu stadion, agar dapat digelar pertandingan pada malam hari.
Sambil meloby kalangan DPRD Lembata, EYS memang sudah melakukan koordinasi dengan Gubernur Laiskodat dan Asprov NTT, agar ETMC di Lembata digelar pada pagi dan sore hari. Dia bahkan sudah mulai mempersiapkan lapangan pendukung. Empat lapangan sepakbola disurvei untuk dibenahi. Yakni, lapangan sepakbola Lamahora, lapangan Merdeka di Tanah Terekat, lapangan Waipukang/Muruona, dan satu lagi di Desa Dolu, Kecamatan Omesuri.
Lapangan yang terakhir di Omesuri dibatalkan lantaran progress penyelesaian jalan negara Waijarang-Balauring agak tersendat. Sehingga ia focus pada tiga lapangan yang ada, Lamahora, Tanah Terekat, dan Waipukang/Muruona. Namun semua buyar. Pekerjaan ketiga lapangan terhenti, setelah EYS berpulang ke pangkuan Illahi. Lalu?
Sabar dulu. EYS tak cuma mengurus infrastruktur pertandingan. Dia juga mulai membenahi tim Persebata Lembata. Askab PSSI Kabupaten Lembata pun didorong menggelar kongres. Entah siapa yang diinginkan EYS, tapi yang terpilih adalah Linus Beseng menumbangkan ketua sebelumnya, Paskalis Ola Tapobali. Namun kemudian yang kelihatan seolah-olah terjadi ketegangan antara EYS dengan Askab PSSI Lembata. EYS tidak mau ambil pusing dengan Askab. Proses pemilihan pelatih dan seleksi pemain dilakukannya bersama Dispora Lembata. Apalagi, Sekdispora Wis Nedabang memang seorang pesepakbola yang paham seluk beluk persepakbolaan NTT. Bersama EYS, mereka menunjuk Mathias Bisinglasi sebagai pelatih kepala Persebata Lembata. Targetnya, Persebata juara ETMC.
Mathias Bisinglasi, mantan punggawa PSK Kabupaten Kupang ini pun memulai agenda pelatihan, sembari melirik siapa yang bisa mendampinginya menjadi asisten pelatih. Namun sepeninggal EYS, rupanya Thomas Ola yang juga mantan pesepakbola PSKK Kota Kupang tidak mau ambil pusing. Padahal, Thomas dan Mathias Bisinglasi, pernah sama-sama memperkuat tim sepakbola NTT yang berlaga di PON Jakarta. Thomas berposisi sebagai defender, sedangkan Mathias berada di barisan midfielder (gelandang). Akhirnya, Mathias pun balik kanan pulang Kupang. Dan, di ETMC XXXI, dia datang kembali ke Lembata mendampingi kontingen Persarai Sabu Raijua sebagai pelatih kepala.
Gaung ETMC Lembata sempat tenggelam, sebelum kedatangan Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa. Boleh jadi, Gubernur Laiskodat memberi tugas khusus padanya untuk menggelar ETMC XXXI di Lembata. Sehingga Marsianus Jawa pun bertindak gesit. Kalangan DPRD Lembata berhasil “dirayu” untuk mensuport kembali pembiayaan kegiatan ETMC sebagai tuan rumah. Pemkab dan DPRD Lembata sepakat mengalokasi Rp 3 miliar, untuk membiayai turnamen ini, sekaligus mempersiapkan tim tuan rumah, Persebata Lembata.
Setidaknya, terjadi tiga kali perubahan APBD Lembata tahun anggaran 2022. Yang terakhir, dilakukan untuk mengaspal lintasan lari di Gelora 99, dan dikerjakan dalam tempo singkat, semalam, sehari sebelum babak final dan penutupan ETMC XXXI.
Harus diakui bahwa Lembata dibawah komando seorang Marsianus Jawa, sukses menyelenggarakan ETMC XXXI 2022, sekaligus menciptakan prestasi Persebata Lembata. Kendati tidak berhasil menggondol trophy ETMC, toh kehadiran Hasan Haju menukangi Persebata Lembata sukses mencapai partai puncak, final ETMC.
Dan, lebih menarik lagi adalah lahirnya komunitas supporter Persebata, yang menamakan diri Lomblen Mania. Sebelumnya, sempat muncul Lamafa (Lembata Mania Fans), tapi kalah pamor dengan Lomblen Mania. Mereka menggalang dana untuk biaya karcis masuk dan membeli atribut Lomblen Mania dengan melakukan ‘ngamen’ di titik-titik keramaian, di kawasan pertokoan, perempat jalan hingga ke lokasi pasar. Sikap santun yang ditunjukkan Lomblen Mania sungguh mengundang simpati. Berbagai yel-yel hingga lagu-lagu membakar semangat pemain Persebata Lembata diciptakan dan dinyanyikan bersama-sama. Mereka bahkan menggelar latihan meneriakan yel-yel dan bernyanyi bersama lagu yang diciptakan. Maklum sejumlah musisi Lembata pun bergabung di Lomblen Mania. Semisal, Irsan YD, Jedo Woyo, Pokar YHNS, dan Apet, adalah pentolan Hip Hop Lembata Foundation (HLF) yang bergabung di Lomblen Mania. Pun, ada Delos dan Arlan, musisi reggae Lembata pun ikut bersama Lomblen Mania.
Bergabungnya, beberapa tokoh pemuda yang lebih senior semisal Cory Making dan Andris Welan, bikin Lomblen Mania semakin kreatif. Mereka berhasil membuat koreografi di tribun utama, saat partai final Persebata Lembata versus Perse Ende. Kehadiran Red Boys, supporter Perse Ende yang juga melibatkan rapper asal Ende, bikin kedua supporter makin kental semangat persaudaraan. Ini yang bikin ETMC XXXI Lembata 2022 agak berbeda. Dan, ribuan supporter Persebata Lembata yang datang dari kampung-kampung seolah dihipnotis untuk tidak bertindak brutal sekalipun tim kesayangannya tumbang dari tim tamu, Perse Ende.
Lomblen Mania sukses mendorong sepakbola damai di tanah Lepan Batan. Mereka bahkan mengawal Perse Ende dari Gelora 99 menuju penginapan, saat kericuhan oleh supporter Perseftim Flores Timur. Dan, terakhir para pemain dan Red Boys hanyut dalam goyang bersama di Gelora 99 usai menerima trophy ETMC. Lomblen Mania bahkan beramai-ramai mengantar kontingen Perse Ende menuju pelabuhan laut Lewoleba saat hendak kembali ke kampung halamannya, Sabtu (1/10/2022).
Wakil Bupati Ende, Erick Rede sampai menulis ucapan terima kasihnya kepada masyarakat Lembata yang sudah sangat ramah terhadap kontingennya saat berlaga di Lembata. Dia berharap, agar tuan rumah ETMC lainnya kedepan nanti, bisa menciptakan suasana seperti yang tercipta di tanah Lepan Batan.
Para petinggi Asprov PSSI NTT pun tak bisa menyembunyikan kegembiraannya atas sukses yang dicapai Lembata dalam mewujudkan sepakbola damai dan bermartabat. Apakah ETMC Lembata hanya mampu melahirkan supporter sekaliber Lomblen Mania?
Entahlah. Yang pasti, Lembata akan kembali menjadi tuan rumah Soeratin Cup tahun 2024 mendatang. Pertandangan usia muda antar kabupaten se-NTT, tentu saja, tidak akan kalah pamor dengan ETMC. Namun persiapan menuju 2024 jauh lebih penting lagi. Even sepakbola usia dini yang dimulai SMPK Santu Pius X Lewoleba, dengan pertandingan antar siswa Sekolah Dasar dan antar SMP, hendaknya dilirik Pemkab melalui Dispora Lembata, serta Askab PSSI Lembata sebagai meomentum pencarian bakat sepakbola anak Lembata. Begitu pula dengan Liga Pelajar antar SLTA, yang digelar asosiasi guru se-Lembata.
Sejauh ini, Askab PSSI maupun Pemkab Lembata belum punya even sepakbola, baik usia dini maupun usia remaja dan senior. Turnamen Lembata Cup yang sempat digulirkan sudah hilang tanpa kabar sama sekali sampai sekarang. Syukur ada anak-anak Wangatoa, Kelurahan Selandoro, Kecamatan Nubatukan, Lembata yang bikin turnamen Wanted Cup, yang melibatkan para pemain local Lembata maupun pemain dari luar Lembata. Turnamen Wanted Cup terakhir kali bahkan melibatkan para pemain yang kemudian berlaga di ETMC XXXI Lembata 2022. Hampir separoh pemain Perserond Rote Ndao diperkuat punggawa PS Muhammadiyah Kupang yang menjuarai Wanted Cup IV. Begitu pula, tim Persebata Lembata dan Platina FC justeru diperkuat pemain-pemain dari klub-klub yang berlaga di Wanted Cup.
Kita semua tentu berharap agar banjir penonton pada laga-laga Persebata Lembata bisa menjadi pemantik lahirnya semangat anak-anak Lembata untuk memupuk bakat sebagai pesepakbola. Pembinaan bakat sepakbola hanya akan bisa berjalan apik, jika turnamen sepakbola terus digalakan. Sehingga, pada gilirannya nanti, kita akan menyaksikan tim kebanggan Persebata Lembata berjaya di berbagai even, baik di Lembata maupun di luar Lembata.
Nah, mari kita nantikan geliat sepakbola Lembata pasca El Tari Memorial Cup (ETMC) XXXI Lembata 2022. Setidaknya, Persebata dengan striker murni yang lincah di depan gawang lawan, dan jitu melepaskan tembakan yang mampu merobek jala gawang lawan. Sepakat? (freddy wahon)