Senin, 16 Januari 2022
Ibr.5:1-10; Mrk.2:18-22
Pekan Biasa II
“Murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, mengapa murid-muridMu tak berpuasa?”
(Mark.2:18)
Puasa adalah aktifitas keagamaan Yahudi yang mengikat semua orang. Makan terasa janggal, melihat murid-murid orang Farisi dan murid Yohanes berpuasa, sedangkan murid-murid Yesus tidak. Padahal, moment itu adalah saat berpuasa bagi semua.
Murid-murid Yesus tidak berpuasa karena Diri-Nya masih bersama mereka. Dengan itu, Yesus memberi makna baru, bahwa berpuasa sejatinya merupakan lajan mendekatkan diri dengan Tuhan.
Yesus hendak mengoreksi, bahwa puasa tidak sekedar niat jasmani, seperti tidak makan, tidak minum atau tidak melakukan sesuatu. Kita memaknai puasa sebagai ugahari, saat kita berniat menahan diri, mengekang keinginan, mengatur kelekatan kita pada hal duniawi, dan semakin mengarahkan kerinduan jiwa kita lebih dekat dan lebih intim bersatu dengan Tuhan.
Kita juga sering melakukan puasa, tidak makan dan minum pada masa prapaska atau momen lain karena niat tertentu. Ada yang diet untuk menjaga kesehatan, menjaga kelangsingan, atau yang lain meniatkan supaya bisa berbagi dengan yang berkekurangan.
Puasa juga berarti meniatkan melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat. Meniatkan tidak marah, tidak mendendam, tidak memusihi, meniatkan berdamai, meniatkan memberi maaf, meniatkan disiplin berkerja, meniatkan berdoa pribadi atau ke gereja, meniatkan lebih kuat menghadapi problem hidup.
Gereja menganjurkan kita melakukan puasa, agar kita bisa mengolah hidup, menjaga kemurnian batin dan merawat keteguhan iman kita, agar tetap melangkah di jalan Tuhan.
Tuhan membantu kita. SALVE. ***
RD. Wens Herin
Amin…trimakasih