Kamis, 27 Oktober 2022
Ef.6:10-20 ; Luk.13:31-35
Pekan Biasa XXX
“Pergilah, tinggalkan tempat ini karena Herodes hendak membunuh Engkau”
(Luk.13:31)
Karya pewartaan Yesus, sering mendapat banyak tantangan, bahkan ancaman nyawa. Beberapa orang Farisi dalam injil hari ini, meminta Yesus meninggalkan Yerusalem, karena tahu niat buruk Herodes hendak membunuh Dia. Entah apa alasan. Namun Yesus tidak gentar. Ia tetap bertahan, melanjutkan karya misi-Nya. Siap dan setia melaksanakan kehendak Bapa-Nya, apaun resikonya.
Dia bahkan berani berjawab “pergi dan katakan kepada si serigala itu, Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang sakit pada hari ini dan esok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai”.
Nasib Yesus seperti para pejuang keadilan dan kebenaran pada umumnya, bagai buah simalakama. Disukai tetapi juga dibenci. Disanjung, tetapi terancam nyawanya. Maka Ketika Yesus tampil dengan visi baru, memperjuangkan keadilan hak bagi yang lemah, menolak berkolusi, berani mengertitik kelalilam penguasa, di satu sisi Ia disukai dan diterima begitu banyak orang, tetapi hati Herodes seperti penguasa umumnya, tidak nyaman mendengar tutur dan kritik Yesus. Diam-diam, Herodes beriktiar membunuhNya. Melenyapkan Dia, supaya tak mendengar lagi kritikan pedasnya.
Kita kadang heran, bahkan bertanya-tanya, mengapa selalu sama, bahwa banyak pejuang kebenaran dan keadilan, tidak diterima dan diapresiasi. Kita menyaksikan sendiri, hanya demi kemapanan, demi status quo, orang memandang perjuangan demi kebaikan dan kebenaran hanya mengganggu kenyamanan. Hadirnya, tuturnya, komitmennya, bagai duri dalam daging, terus menusuk hati yang tak sudi kebobrokannya terbongkar. Yang tidak sudi amis aibnya tercium.
Belum lagi berhadapan dengan lingkungan yang permisif dan syarat manipulasi. Orang tak peduli, bahkan terkesan membiarkan saja banyak kebobrokan terjadi di depan mata terus menggurita. Biar tetap nyaman.
Banyak problem dalam relasi, entah di rumah, komunitas, di tempat kerja, atau di manapun, terjadi karena orang tidak mau ditegur dan dikoreksi kesalahannya.
St. Paolus mengingatkan kita, “berdirilah tegap berikatpinggangkan keadilan, berpakaian kebenaran dan berkasutkan kerelaan”.
Kita sadar, kadang tak kuat beridiri. Tetapi dalam nama Tuhan, semoga tetap berdiri kokoh. Jangan lari dari tantangan. Agar kita makin dewasa dalam iman. Dan tidak mudah goyah karena tak siap menerima resiko di depan mata.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD. Wens Herin
Terima Kasih Romo, apapun itu kalau sudah komitmen pasti ada resikonya.
“berdirilah tegap berikat pinggangkan keadilan, berpakaian kebenaran dan berkasutkan kerelaan”.
Amin…
Harga diri dan status quo tak ada nilainya di hadirat Tuhan. Kebenaran dan keadilan adalah mahkota kehidupan yang sangat mulia dan lestari abadi..
Amin Romo👍🙏
Terimakasih Romo