Aksinews.id/Lewoleba – Nama lengkapnya, Gregorius Yoseph Laba. Akrab disapa Yoris Wutun, anak Desa Paubokol, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata. Lelaki 20 tahun ini lolos seleksi menjadi salah satu anggota Global Youth Panel di tingkat internasional, bersama dengan anggota lainnya dari negara Ekuador, Lebanon, Malawi, Mali, Zimbabwe, Amerika Serikat dan Inggris.
Alumnus SMANSA Nubatukan dan SMPK ST. Pius X Lewoleba ini lolos dari 374 peserta dari seluruh Indonesia yang mengikuti seleksi, yang digelar Plan Internasional Indonesia.
Mantan penasihat muda Plan Internasional di Lembata dan Ketua Forum Anak Lembata ini sedang mengikuti pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Jentera, Jakarta. Namun di sela kesibukan kuliah, ia tetap fokus memproduksi video-video kreatif untuk diposting di akun you tube pribadinya.
Saat ini, dia bersama sineas Aldino Purwanto Bediona, aktivis Dominikus Karangora dan kreator musik dari Adonara, Alfred Ike Wurin sedang mengerjakan sejumlah proyek film fiksi maupun dokumenter di Lembata dan Adonara. Yoris juga aktif dalam sejumlah diskusi tentang hukum, politik dan seni bersama teman-temannya di Kota Lewoleba.
Bagaimana kisahnya sampai lolos seleksi dan akan menghadiri Sidang Umum Majelis Umum PBB di New York, September 2022 mendatang, berikut sekilas cerita Yoris Wutun kepada aksinews.id.
Program ini namanya Youth for Education in Emergencies Global Youth Panel (youth4EiE GYP/Panelis Muda Global untuk Pendidikan di Masa Darurat) yang diinisiasi oleh Plan International Inggris (United Kingdom) bekerja sama dengan NGO Education Cannot Wait.
Ada 8 negara yang jadi pilot projectnya. Yakni, Indonesia, Mali, Malawi, Zimbabwe, Lebanon, Ekuador, Amerika Serikat, dan Inggris. Setiap negara mengirim 2 (dua) orang sebagai delegasi dalam forum itu.
Tujuan forum ini sendiri adalah untuk mengadvokasikan akses pendidikan yang berkualitas bagi anak dan anak muda di masa darurat (darurat bencana alam, konflik sosial/perang, dan pandemi) termasuk peningkatan pendanaan dari pemerintah dan pihak terkait.
Awalnya, saya dapat informasi tentang program ini melalui instagram Plan Indonesia. Saya mendaftar di akhir bulan Desember bersama 374 pendaftar lainnya di seluruh Indonesia. Setelah melewati seleksi tahap 1 (pendaftaran berkas), ada 10 calon delegasi yang diumumkan lewat instagram. Setelah itu kami ikut sesi full english interview dengan Project Manager Plan Indonesia dan diseleksi lagi untuk masuk 4 besar. Selanjutnya 4 calon delegasi ini diinterview oleh Plan International Inggris. Akhirnya, dari Indonesia terpilih saya dan Indy dari Denpasar, Bali.
Setelah diumumkan di awal Januari 2022, kami semua anggota GYP (16 anggota dari 8 negara) mengikuti proses induction (perkenalan program) dengan Plan Inggris dan Education Cannot Wait. Sampai sekarang kami rutin mengikuti Capacity Building secara virtual seminggu sekali. Setelah proses capacity building ini rencananya akan ada beberapa konferensi yang kami hadiri secara langsung diantaranya High Level Political Form di New York, July 2022; Sidang Umum Majelis Umum PBB di New York, September 2022; dan Education Cannot Wait Replenishment Event, Maret 2023 (lokasi belum ditentukan), juga beberapa even regional di Afrika, Asia, dan Eropa.(*/AN-01)