Rabu, 08 Nopember 2023
Rm. 13:8-10 ; Luk. 14:25-33
Pekan Biasa XXXI
“Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku”
(Luk.14:27)
Pada zaman Romawi, orang yang dijatuhi hukuman, harus memikul sendiri salibnya. Dipertononkan di depan orang untuk menyatakan bahwa ia bersalah, hingga dihukum mati.
Yesus mengendaki cara yang sama tetapi beda makna. Kita mesti memikul salib dan mengikuti Dia. Pikul salib, bukan sebagai orang hukuman. Pikul salib sebagai orang meredeka, orang yang telah dilepas dari hukuman dosa. Salib bukan lagi tanda hukuman, melainkan sumber keselamatan.
Iktiar kita sebagai murid adalah setia mengikuti Yesus dengan salib di bahu. Untuk menyatakan kita mesti “mati” terhadap hal-hal duniawi, tidak melekat dan berhamba pada kekuasaan dan materi, pada keinginan dan kenikmatan dunia, melainkan senantiasa hidup selaras kehendak Allah.
Jika salib sudah di bahu, maka “lakukanlah segala sesuatu tanpa bersungut-sungut dan berbantah-bantah” (Ef. Ay. 14). Jalani kewajiban iman kita dengan sukacita. Kerjakan tugas dan kepercayaan dengan sabar, setia, dan bertanggunjawab, seberat apapun salib tugas yang kita pikul.
Sebab jika kita bersungut atau berbantah, justru akan membebani dan menyiksa kita. Masalah kecil bisa jadi rumit. Hal sepeleh akan sulit terpecahkan. Kebaikan tak dihargai, dilihat sebelah mata, karena hati menolakannya.
Ingat, memikul salib, itu teladan iman. Maka setialah! Jangan menghindar. Salib bukan beban, derita, atau ujian hidup yang menyiksa. Di ujung salib, tersedia makota iman kita yakni rahmat keselamatan bagi kita.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD Wens Herin
Banyak dari kita menghindari salib bahkan malu memikul salib hidupnya sendiri.
Terima kasih Romo, Mahkota Iman dari Salib adalah Rahmat Keselamatan.
Maaf Paragraf ke-2 *meredeka ?
Amin.
Salam Sehat, tetap semangat berkarya dalam kasih Tuhan.