Yurgo Purab
Pernah belajar Filsafat Politik di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero
Sinyal politik kian runcing di awal tahun 2022. Meski begitu perhelatan akbar pilkada masih jauh dari pandang. Namun, sejumlah calon sudah mendeklarasikan diri maju pada pertarungan 2024 nanti.
Kita patut bertanya; akankah Bupati dan Wakil Bupati sekarang –Anton Hadjon dan Agus Boli masih “semesra” periode pertama?
Ataukah, Agus bakal memastikan menjadi orang nomor satu (1) dan memilih pindah rumah dan siap bertarung dengan Anton, Lukman dan ADD? Kita tak bisa menebak! Karena arena politik ibarat menabur angin, tidak tahu arah jelasnya.
Anton terlihat diam di tengah percaturan politik saat ini. Atau orang Italia bilang, Anton lagi menerapkan manuver politik yang mereka sebut “Silenzio Stampa” (puasa bicara). Tak banyak rekam jejak digital yang kita temui di setiap ucapan Anton di media sosial. Ia tampak tenang, adem, dan tak suka tampil.
Jika politik itu ibarat catur, kelihatannya, Anton tak suka main catur. Baginya, diam adalah bahasa “batin” paling sunyi yang tak punya riak. Kalau ada riak ia hanya berada pada tataran periferi.
Membaca Gestur dan Gimik Anton: Eudaimonia
Saya yakin Bupati Anton punya gestur politik yang tenang, alot dan terukur. Ia terlihat biasa-biasa saja. Bahasanya sederhana. Sesekali ia “ngeledek” dengan gaya humor, saat ia diberi kesempataan berbicara. Ia bisa jadi membungkus aroma politik di setiap selingan narasi humoritasnya. Tak kental memang. Anton Hadjon sepertinya tahu, mana satire dan sarkasme yang perlu dilesatkan pada momen yang tepat.
Anton tahu seni berpolitik. Seni itu ada pada gesturnya. Ia akrab dengan masyarakat. Amat dekat dan bahkan menyalami mereka dengan senyum yang membahagiakan (eudaimonia).
Beberapa kunjungan Anton bikin warga antusias. Awalnya, saya berpikir itu hal yang wajar karena siapa pun sosok pemimpin, jika ia berkunjung ke wilayah tertentu, pasti disalami dan mendapat respon dari warganya. Dan Itulah budaya kita di bumi lamaholot. Namun, saya melihat ada sesuatu yang lain, yang dimiliki dari sosok Anton.
Jika kita bicara politik, maka tidak terlepas dari gestur dan gimik seorang pemimpin. Dan hal itu berpengaruh secara politis pada sepak terjangnya sebagai seorang politisi.
Hampir dapat dipastikan Anton punya basis yang kuat, yang mau tidak mau harus diperhitungkan oleh lawan politiknya pada kompetisi bergengsi 2024 nanti.
Para rival yang mau mengagendakan bertarung pada agenda 2024 nanti harus punya dua hal; pertama, basis dukungan akar rumput, dan kedua, strategi politis yang tepat sasar.
Saya bisa jadi berspekulasi, “Anton masih dipercaya dan dicintai oleh separuh warga Flores Timur.”
Dr. Otto Gusti dalam pengantar buku Filsafat Politik, ia bilang refleksi filsafat politik tak pernah mendahului peristiwa, tapi selalu datang kemudian setelah kejadian berlalu. Artinya, omong filsafat politik tentu harus beranjak dari sebuah peristiwa menuju refleksi.
“Karena itu filsafat politik tak pernah dapat mendidik orang untuk menjadi peramal, apalagi menjadi dukun politik. Atau dalam bahasa filsuf G.W.F. Hegel, filsafat politik itu ibarat burung hantu dewi Minerva yang mulai mengepakkan sayapnya setelah matahari terbenam ditelan bumi.”
Oleh karena itu, bicara tentang Sosok Anton dan Olah Gerak Politisnya, tak lepas dari teks mengenai Anton: berangkat dari sikap politisnya, kerja-kerjanya dan rekam jejak digitalnya yang akhir-akhir ini jarang terekspos.
Anton adalah Bupati Flores Timur, serentak salah satu politisi yang lebih banyak memilih diam, ketimbang berbicara di depan publik.
Ia kepar diterjang oleh publik di media sosial soal kebijakannya yang kerap kontradiksi atau berseberangan dengan kaca mata publik.
Manuver Anton cuma satu “Silenzio Stampa” (Puasa Bicara)
Dengan tidak membalas satu pun ocehan di media sosial, Anton tahu, ia tak harus masuk di ranah itu.
Ia tahu memanfaatkan situasi “kegantungan” isu yang dicubit netizen dengan sikapnya yang senyap, tenang dan penuh konsentrasi. Di situ letak keunggulan Anton mencounter segala bising di medsos dengan sikap dingin tanpa grusa-grusu.***
*Tulisan ini merupakan bagian kedua, setelah tulisan pertama Olah Gerak Politik Agus Boli, Siapa yang Bisa Membacanya. Penulis sedang menyusun tulisan ketiga : Sepak Terjang Politisi Anton Doni Dihen di Panggung Politik Flores Timur. Dan, Keempat, Penulis Meneropong Sosok Lukman Riberu. *Tulisan ini merupakan opini, pandangan semata penulis. Jika, ada yang kurang berkenan harap dimahfumi.