Larantuka – Kepala Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Hendrikus Fernandez, Larantuka, dokter Sanny menegaskan bahwa pihaknya lebih fokus melayani permintaan rapit test untuk pasien. Kebijakan ini diambil mengingatkan stok bahan rapit test antibodi makin terbatas.
“Selama ini rapid antibodi selalu ada. Dan kami kontraknya di Dinas Kesehatan. Awalnya, kami bisa untuk anak sekolah. Tapi mengingat kondisi rapid yang diberikan Dinas Kesehatan terbatas, jadi kami membatasi hanya untuk pasien,” jelas dr. Sanny, ketika ditemui di kantornya, Senin (4/1/2021).
Dia menampik sinyalemen yang menyebutkan bahwa pihaknya tidak melayani permintaan rapit test oleh masyarakat. “Kami melayani, tapi dalam perjalanan rapid kami stoknya tinggal sedikit. Akhirnya kami memfokuskan untuk pasien,” tandasnya.
Soal rapid antibodi dan antigen, Sanny menjelaskan bahwa tahun 2020 lebih dikenal rapid antibodi. Rapid antigen baru mulai ramai pada bulan Desember 2020, tapi Dinas Kesehatan Flotim sudah belanja rapid antibodi.
“Kemarin itu, masalahnya memang saya sudah koordinasi ke dinas (kesehatan-red), dinas bilang iya. Tapi sempat bagian farmasi kami ke gudang tapi hari libur. Rapid antibody kemarin memang habis dan kami baru ambil di Dinas Kesehatan dengan jumlah 75. Jadi rapid ini kami utamakan ke pasien,” paparnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Flores Timur, dr. Agustinus Ogie Silimalar ketika dikonfirmasi Selasa (5/1/2021) malah menyatakan bahan rapid test masih ada stok.
“Barang masih ada, sekarang lihat stok logistik. Kita pelayanan publik ini, sebelum berlibur lihat stok logistik, apalagi pelayanan langsung kepada masyarakat. Bukan kita berlibur tidak melihat tiba-tiba orang ribut di atas baru menyalahkan kami, lagi! Barang ini kan tergantung surat permintaan karena surat permintaan dan laporan menjadi bukti, bahwa saat diaudit aman. Barang ini kita harus lewat mekanisme, bos. Orang boleh berteriak-berteriak tapi yang diperiksa adalah kami,” tandas Ogie Silimalar.
Dia menambahkan bahwa mereka akan usahakan datangkan rapid antigen sesuai dengan keperluan masyarakat. “Selama ini kami dari dinas menyiapkan rapid antibodi. Sekarang ini kan, terkait dengan rapid antigen. Ke depannya kita skenario untuk mendatangkan antigen sesuai persyaratan-persyaratan pelaku perjalanan untuk suatu wilayah. Karena kita ketahui, di Surabaya masih antigen. Bali harus diswab, dan sebagainya,” jelas dia.
Asal tahu saja, seorang anggota DPRD Provinsi NTT, Saiful Sengaji sempat marah di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka gara-gara pasien IGD, Siti Hawa yang rencananya Minggu (3/1/2021) dipindahkan ke rawat nginap tapi belum dipindahkan lantaran belum dilakukan rapid test. Alasannya, stok rapit test di rumah sakit sedang kosong. Wartawan aksinews.id sempat dibohongi seorang staf perempuan di RSUD Larantuka, Senin (4/1/2021). Dia mengaku dokter Sanny sedang tidak berada di tempat. Padahal, staf lainnya, Agustinus Wangge yang ditemui terpisah malah minta wartawan bersabar karena dokter Sanny masih melakukan pertemuan internal. “Staf suka bohong sebaiknya tidak bekerja di lembaga public seperti RSUD begini,” gerutu wartawan, (yup)