Aksinews.id/Lewoleba – Mantan aktivis anti kekerasan di Lembata, Petrus Bala Wukak, SH mengaku sungguh merasakan kehilangan seorang rekan perjuangan, saat mendengar kabar kematian Romo Agustinus Siswani Iri, Pr., SH.
Hal senada juga diungkapkan Ketua Forum Peduli Pembangunan Lembata (FP2L), Aleks Murin. Dia menyebut Romo Gusty merupakan sosok imam Katolik yang berani dan kritis.
Romo Gusty (dalam lingkaran) rela berjemur bersama massa aksi yang berunjukrasa di Lewoleba, Lembata.
Ya, “Romo Gusti merupakan sosok pastor atau imam yang kritis dan berani bersuara untuk ketidakadilan di Lembata saat itu,” ungkap Aleks Murin, Senin (22/5/2023) mengenang masa-masa memperjuangkan penuntasan proses hukum kasus pembunuhan mantan Kadis Perhubungan Lembata, Lorens Wadu.
Piter Bala Wukak mengaku sangat bersedih mendengar kabar kematian tragis Romo Gusty. “Duka yang mendalam dari kita semua. Romo Gusty seorang imam yang menghadirkan altar di tengah orang-orang yang tertindas dan konsisten pada nilai-nilai perjuangan untuk kemanusiaan dan keutuhan ciptaan Tuhan,” ujar mantan koordinator Aliansi Anti Ketidakadilan dan Tindak Kekerasan (Aldiras) Lembata ini.
Bala Wukak dan Aleks Murin menyebut Romo Gusty menjadi sosok pastor projo yang sangat peduli pada orang-orang tertindas. Dua momentum aksi massa yang selalu melibatkan almarhum mantan Ketua Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan Keuskupan Larantuka Flotim itu adalah aksi tolak tambang di Lera Gere dan Kedang, serta aksi mendorong proses hukum pelaku pembunuhan Lorens Wadu.
Dikisahkan bahwa Romo Gusty nekad terjun dalam aksi massa mengenakan jubah putih. Dia rela berjemur di bawah terik matahari bersama ribuan massa yang memadati pelataran Mapolres Lembata, kantor Bupati Lembata maupun gedung DPRD Lembata.
“Mengenakan jubah suci untuk untuk berjuang terdepan untuk pemberantasan korupsi dan menjadikan mimbar bukan hanya bicara tentang penguatan nilai-nilai iman umat tetapi juga ruang edukasi untuk membangkitkan kesadaran akan kekuasaan yang bersih dan berwibawa, dan bebas dari korupsi keutuhan ciptaan, yakni alam dan lingkungan juga penghormatan terdahap martabat kemanusiaan,” ujar Bala Wukak, yang kini menjadi anggota DPRD Lembata dari Fraksi Partai Golkar.
Aleks Murin mengakui kalau Romo Gusty menjadi tokoh sentral dalam aksi massa di Mapolres Lembata tanggal 20 Januari 2014 silam. “Para Pastor termasuk Romo Gusti memimpin massa menduduki Mapolres Lembata selama 1×24 jam untuk menuntut penuntasan kasus pembunuhan Lorens Wadu, tokoh masyarakat Lembata yang ditemukan tewas di kebunnya secara tidak wajar,” ujarnya.
Keduanya mengaku sangat sedih mendengar kabar kecelakaan maut yang dialami mantan pastor pembantu Paroki Maria Banneaux Lewoleba, Lembata itu. Kecelakaan yang terjadi pada pukul 17.00 Wita di depan markas Kodim 1624, Kelurahan Lokea, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, itu akhirnya merenggut nyawa Romo Gusty.
Romo kelahiran 15 Mei 1982, yang baru berulang tahun ke-41 itu akhirnya dinyatakan meninggal dunia di RSUD dr. Hendrikus Fernandez pukul 22.00 Wita. Jenazahnya kemudian disemayamkan di gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka. Selasa (23/5/2023) siang pukul 12.00 Wita nanti, digelar upacara penguburannya. Romo Gusty akan dimakamkan di pekuburan para imam Paroki Katedral Reinha Rosari Larantuka.(AN-01)