Rabu, 22 Maret 2023
Yes.46:8-15; 5:17-30
Prapaska IV
“Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya? Sekalipun ia melupakan, aku sekali-kali tidak melupakannya”
(Yes. 46:15)
Kasih setia Allah tak berkesudahan. Bagai sungai yang tak henti mengalirkan rahmat dan berkatNya bagi semesta. Juga tak berubah, meski dunia berdosa dan tak setia pada jalan-jalan-Nya. Karena kasih, Ia telah mengutus AnakNya, menderita dan wafat di kayu salib, untuk menyelamatkan kita.
Ketika ditindas dan terhimpit dalam penderitaan, bangsa Israel mengeluh, “Tuhan telah meninggalkan aku, dan Tuhan telah melupakan aku”. Benarkah demikian? Bukankah sebaliknya, justru mereka yang mulai tidak setia? Bukankah mereka yang beralih hati dan perlahan mulai melupakan Tuhan?
Yesaya menjawab keluhan mereka dengan menegaskan bahwa, sampai kapapun Allah tidak melupakan mereka. Seperti seorang ibu, yang tetap mengasihi meski terluka. Yang menyembunyikan air matanya, demi kebahagiaan anak-anaknya. Yang tak akan membuang anaknya, meski ia mendruhaka. Begitu pula hati Allah, sekali-kali Ia tidak melupakan anak-anaknya. Meski kita sering jatuh dan jatuh lagi dalam dosa.
Rintihan hati bangsa Israel dalam kisah ini, mengajari kita bahwa ujian, tantangan dan penderitaan, bukan pratanda Tuhan meninggalkan kita. Justru merupakan saat, Allah memberi peringatan dan memurnikan iman serta komitmen kita.
Selamanya Allah tak melupakan kita. Ini kabar gembira yang senantiasa menumbuhkan harapan. Pintu kerahiman Allah terus terbuka menanti kita kembali dalam setiap langka tobat kita, teristimewa dalam masa prapaska ini.
Inta, meski kita bisa saling melupakan, saling mengabaikan, tak saling peduli lagi, namun Allah tetap mengingat kita, karena Ia mengasihi kita, dengan kasih yang abadi.
Selamat berpuasa. Tuhan memberkati kita. SALVE. ***
RD. Wens Herin