Oleh: Yurgo Purab
Jurnalis Aksinews.id
Akhir-akhir ini, publik dikejutkan dengan polemik di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka. Mulai dari polemik pelayanan di ruang Covid, hingga jasa tenaga nakes yang belum terbayar lunas.
Jujur, sebagai jurnalis, saya ingin Flores Timur lebih maju. Artinya, setiap pengambilan kebijakan tentu harus mempertimbangkan dampak psikologis, antropologis, ekonomis, sosial, dan karya karitatif lainnya.
Terlepas dari catatan kritis-komperhensif terhadap RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, saya ingin menulis tentang Tim Medis (Dokter, Perawat, Bidan, dan tenaga kesehatan lainnya) dalam sebuah bingkai refleksi teologis mengenai keterlibatan mereka dalam karya keselamatan Allah.
Benar, bahwa bicara mengenai Rumah Sakit pikiran kita harus lebih mengerucut pada Tim Medis (Dokter, Bidan, Perawat dan tenaga kesehatan lainnya).
Mengapa? Karena mereka adalah garda terdepan di Rumah Sakit. Tanpa mereka, rumah sakit hanyalah ruangan kosong yang tak Terurus. Kisah ini seperti Kisah Yesus, sang Tokoh Almasih dalam kitab suci Agama Katolik. Ketika Ia disoraki sebagai Raja di jalan ke Yerusalem, banyak di antara murid-muridnya menyuruh orang-orang itu diam. Tapi, Yesus berkata : jika mereka diam, batu-batu ini akan berteriak.
Levinas dan Filsafat Wajah
Saya mulai tertarik dengan pemikiran Emmanuel Levinas. Levinas dilahirkan pada tanggal 12 Januari 1906 di Kaunus, Lithuania sebagai anak seorang Yahudi. Pada tahun 1923, Levinas pindah ke Paris, Perancis.
Kemudian Levinas mengikuti kuliah-kuliah yang diberikan oleh Husserl dan Heidegger di Jerman yang berpengaruh besar terhadap pemikiran filsafatnya. Pada 1961, terbit buku pertama Levinas yang berjudul Totalite et Infini (Totalitas dan Ketakberhinggaan).
Salah satu pemikiran Levinas yang terkenal adalah filsafat wajah. Bagi Levinas, wajah Allah dapat ditemukan pada Liyan (yang lain). Artinya, gambaran wajah itu ada pada setiap wajah orang-orang di sekitar kita. Senada dengan itu, Pater Leo Kleden, SVD merefleksikan pemikiran Levinas, dan menemukan wajah Allah dalam diri orang-orang kecil, orang-orang sederhana dan orang miskin.
Dalam kitab suci agama Katolik, pemazmur menggambarkan dengan sangat indah sebuah kerinduan akan Allah.“Janganlah sembunyikan wajah-Mu kepada hamba-Mu, sebab aku tersesak; segeralah menjawab aku! Datanglah kepadaku, tebuslah aku, bebaskanlah aku oleh karena musuh-musuhku.” (Mazmur 69: 17-18).
Pertanyaanya, Wajah Allah yang mana yang patut kita rindukan?
Wajah Pasien dan Tim Medis Sebagai Rekan Kerja Allah.
Merunut pada pemikiran Levinas, bagi saya, wajah Allah ditemukan pada wajah orang-orang sakit. Dan, Tim Medis adalah Rekan Kerja Allah yang terlibat secara langsung, dipakai oleh Allah untuk menjalankan misi kerajaan Allah di tengah dunia.
Kesadaran sebagai rekan kerja Allah harus tumbuh di benak Tim Medis. Bahwa saya dipakai sebagai perpanjangan tangan Allah untuk melakukan mukjizat yakni kesembuhan. Hal ini, sejalan dengan karya Yesus yang menyembuhkan orang sakit, orang timpang, orang cacat, orang tuli, dan lain sebagainya.
Yang kedua, Tim Medis hadir sebagai orang yang menyejukan. Ibarat rumput yang disirami embun pagi dan mekar. Wajah orang sakit akan mekar kalau Tim Medis hadir membawa harapan. Ibarat firman Tuhan jatuh ke tanah yang subur dan berbuah. Karena itu, melayani orang yang sakit, berarti melayani wajah Allah yang lain.
Ada cerita orang sakit, ketika dia sakit parah, ada dokter yang hanya memberikan senyuman, dia merasa kuat dan sembuh tanpa di rawat. Ada lagi cerita bahwa ada dokter, bidan atau perawat tertentu yang dianggap memiliki “tangan dingin”, artinya obat yang diberikan selalu membawa kesembuhan bagi pasien.
Itu beberapa cerita yang saya dengar dari orang-orang sakit kepada beberapa dokter yang melayani mereka di RSUD. Tentu, ada sekian banyak cerita positif lainnya.
Kinerja Tim Medis ini, yang kita anggap sebagai perpanjangan tangan Tuhan dalam melakukan mukjizat kesembuhan, mesti juga kita tempatkan hak dan nasib mereka secara baik. Maka, sudah semestinya kita sepikir dengan Pierris, yang selalu adil memperhatikan hak dan nasib orang lain. Dalam soteriologi biblisnya, Pierris mengatakan, kita harus membebaskan orang miskin dari kemiskinannya, meluputkan orang kaya dari kekayaannya dan melepaskan kedua-duanya dari dosa ketamakan.(*)
Great!