Oleh: Martina Rumondang Simbolong
Nusantara Sehat Puskemas Lato
Berbicara tentang kesehatan, hal pertama yang harus kita pahami adalah bahwa manusia ada bukan hanya secara fisik. Tubuh manusia dihidupkan oleh jiwa. Tokoh Filsafat Yunani Aristoteles menyebutkan bahwa jiwa merupakan kehidupan itu sendiri dan tugasnya adalah menjadikan tubuh organik menjadi hidup sehingga jiwa merupakan inti dari makhluk hidup (Naraha, 2011).
Sejalan dengan hal ini, makna kesehatan sendiri menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Aspek fisik dan jiwa berjalan beriringan untuk mencapai aspek kesehatan.
Sayangnya, seiring dengan perkembangan jaman dan alat kesehatan yang tersedia, semakin banyak jenis penyakit dan semakin banyak jumlah penyakit per jenisnya. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan cara kerja/metabolisme tubuh manusia akibat intervensi yang diberi kepada tubuh baik melalui makanan maupun jiwa.
Menyadari akan hal ini, bagaimana kita memahami secara sederhana untuk hidup sehat?
Dalam dunia penelitian, ilmu pengetahuan selalu memperhitungan nilai normal tanpa mempertimbangkan nilai ekstrim kiri dan ekstrim kanan. Misalnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian penyakit jantung pada 95% sasaran intervensi menyebutkan mengalami penyakit jantung akibat konsumsi kopi berlebih, sedangkan hasil riset pada 5% lainnya menyebutkan pasien mengalami penyakit jantung akibat faktor lain. Nilai ekstrim yang dimaksud adalah nilai 5%.
Jika kita amati lebih jauh lagi, nilai 5% bisa kita artikan bahwa manusia unik. Penyakit yang sama belum tentu disebabkan oleh penyebab yang sama. Mengacu pada konsep keunikan tubuh, maka pencegahan dan pengobatan penyakit pada manusia seharusnya bersifat personal atau “personalised treatment”.
Sehat atau tidaknya seseorang bergantung pada makanan yang dikonsumsi dan cara hidup seseorang. Akumulasi harian meliputi makanan, air, olahraga, tidur, kerja, dan stres (Shinya, 2007). Dalam aspek makanan, bagaimana cara mengetahui makanan yang dikonsumsi tepat untuk tubuh? Apakah semua makanan bisa dikonsumsi oleh manusia dan menghasilkan kesehatan yang baik bagi tubuh?
Ilmu gizi mengenal konsep nutrigenomik dan nutrigenomik. Berlandaskan konsep keunikan tubuh, setiap makanan memberikan dampak perubahan pada susunan DNA manusia dan respon kesehatan manusia. Seperti contoh yang disajikan pada paragraf pertama menunjukan bahwa penyakit jantung yang dialami oleh pasien bukan hanya konsumsi kopi berlebihan, melainkan ada faktor lain.
Adapun cara untuk mengetahui makanan yang dikonsumsi sesuai dengan disposisi tubuh kita adalah dengarkan dan pantau reaksi tubuh (sensitivitas tubuh) karena reaksi tubuh merupakan alarm tubuh. Tubuh merupakan laboratorium paling canggih yang mudah kita pahami jika kita peka terhadap kondisi tubuh kita.
Oleh karena itu, kita coba memahami secara sederhana contoh reaksi tubuh. Ada dua orang sehat dan sakit terkena angin atau cuaca dingin. Orang sehat tidak mengalami masuk angin, sedangkan orang sakit mengalami masuk angin. Perbedaan respon tubuh berbeda karena metabolisme tubuh manusia berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme tubuh adalah usia, jenis kelamin, komposisi tubuh, suhu tubuh, aktivitas fisik dan makanan. Komposisi tubuh meliputi banyak hal, yaitu jumlah sel tubuh manusia, jumlah enzim, jumlah bakteri dalam tubuh, tegangan tubuh manusia, dan jumlah makro dan mikronutrient dalam tubuh. Siapa yang mampu memahami cara kerja tubuh manusia secara detail dan rinci? Inilah alasan mengapa tubuh disebut sebagai laboratorium tercanggih. Mesin-mesin atau organ tubuh kita setiap detik tidak pernah berhenti bekerja untuk menopang kita sehari-hari.
Lalu, makanan apa yang baik untuk tubuh kita? Beberapa hal yang menunjukkan bahwa makanan baik bagi tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini. Pertama, bergerak dari hulu, maka asal makanan perlu dipertimbangkan apakah ditanam secara organik atau anorganik. Bahan makanan yang baik bagi tubuh adalah ditanam secara organik.
Kedua, cara pengolahan makanan yaitu makanan yang sehat hanya memerlukan pengolahan sederhana dimana tidak terjadi perubahan signifikan pada rasa, warna, dan bentuk makanan. Artinya, makanan yang diolah masih mirip dengan sifat aslinya. Ketiga, respon sensorik lidah terhadap makanan yaitu makanan akan terasa enak dilidah tanpa ditambah atau hanya menggunakan sedikit bahan tambahan pangan apapun.
Kembali pada konsep keunikan tubuh, kita mengenal respon tubuh. Beberapa cara yang mudah dilakukan agar lebih peka terhadap reaksi tubuh, yaitu 4 cek. Pertama, cek di lidah meliputi rasa makanan terasa nikmat tanpa bahan tambahan pangan apapun. Kedua, cek reaksi perut meliputi apakah perut terasa nyaman, kembung, rasa mual, dan sakit perut/mules.
Ketiga, cek reaksi otak meliputi perasaan nyaman. Jika merasa pusing/sakit kepala sesaat setelah makan bisa menunjukkan jenis makanan yang dikonsumsi kurang baik bagi tubuh atau jumlah yang dikonsumsi sudah terlalu banyak.
Keempat, cek limbah BAB meliputi jika sembelit berarti banyak makanan yang tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga terjadi penumpukan pada usus. Jika teksturnya cair, maka ada makanan yang tidak cocok dengan tubuh. Diare atau mencret merupakan salah satu cara mengeluarkan racun/sampah yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Penumpukan racun dalam tubuh berakibat malas, gemuk, mata perih atau sering merasa kantuk, mudah marah, dan murah tersinggung.
Tubuh memang laboratorium paling canggih dan untuk memahaminya tidak sesulit yang dibayangkan. Semakin peka terhadap alarm/respon tubuh setelah intervensi atau pemberian makanan untuk tubuh, maka semakin mudah kita memantau kesehatan kita. ***