Aksinews.id/Larantuka – Misteri kematian Fransiskus Uje Koten, warga Desa Lewoloba, Kecamatan Ile Mandiri, Kabupaten Flores Timur, masih belum juga terkuak. Bahkan, pihak Reskrim Polres Flores Timur pun belum memeriksa seorang pun saksi, termasuk saksi pelapor.
Aparat Reskrim Polres Flotim masih menunggu keluarga duka menyelesaikan ritual pemakaman almarhum hingga spidi alma, sesuai tradisi gereja Katolik setempat. Ya, “Keluarga masih berduka. Setelah ini, kami segera melakukan pemeriksaan,” jelas Kapolres Flores Timur AKBP I Gede Ngurah Joni Mahardika melalui Kasat Reskrim, Lasarus M.A.LA’A, SH, Rabu (14/12/2022) petang.
Kasat Reskrim Polres Flotim dihubungi melalui sambungan saluler membenarkan bahwa pihaknya belum memeriksa saksi-saksi terkait penemuan mayat Fransiskus Uje Koten di bibir pantai, persis di belakang pabrik pembekuan ikan Desa Wailolong.
Dari hasil visum luar, ditemukan bahwa pada bagian belakang korban terdapat benturan benda tumpul yang mengakibatkan terjadinya pendarahan aktif yang keluar dari kedua telinga korban. Juga, terdapat luka lecet pada bibir bawah bagian kiri dan terdapat luka memar, lecet dan lainnya. Namun di bagian badan korban tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan.
Adanya benturan benda tumpul dan luka lecet pada bibir bawah bagian kiri memicu berbagai dugaan di kalangan masyarakat. Apakah hal itu diakibatkan oleh karena korban terjatuh dan mengenai pinggiran sampan, atau sebab lain, masih belum jelas. Sebab, saat ditemukan istri dan anaknya, korban terlentang tak bernyawa. Kedua tangan lurus, dengan ujung jemari agak ditekuk. Posisi kepala korban membujur ke arah laut, dan kakinya menghadap ke pantai. Apakah korban sempat hanyut terbawa arus air laut, tidak ada yang tahu.
Dua orang nelayan yang pulang mancing menemukan sampan dalam posisi terbalik. Mereka berdua berusaha membawa kembali sampan itu ke bibir pantai, dan mendapati kerumunan warga mengelilingi jenazah korban. Tidak ditemukan bercak darah di sampan tersebut.
Saat ditemukan, darah segar masih mengalir keluar dari kedua telinga dan hidung korban. Diduga pendarahaan itu terjadi lantaran benturan benda tumpul di bagian belakang kepala korban.
Korban dikuburkan tanpa autopsi. Pihak keluarga korban sedang mempertimbangkan untuk melakukan autopsi agar bisa memastikan sebab kematian korban.
Di Desa Lewoloba dan kota Larantuka, muncul rumor kalau korban “dihabisi”. Motifnya, bisa jadi, merebut tas pinggang korban yang menurut istri almarhum selalu dibawa korban saat melaut. Disebut-sebut duit dalam tas itu sebanyak Rp.30-40 juta. Dan, saat jenazahnya ditemukan, tas tidak kelihatan di sekitar lokasi penemuan mayat.
Warga setempat menyebut kalau korban baru saja membeli mobil sepekan sebelumnya. Warga menduga korban “dihabisi” lebih dari satu orang. Namun mereka sama sekali tak mau menyebut siapa orang yang mereka duga sebagai pelaku yang merenggut nyawa almarhum Uje Koten.
Istri almarhum, Fransiska Ene Makin hanya berdoa agar mendiang suaminya bisa menuntut balas atas kematiannya. “Bapa kenapa sampai begini? Kejar mereka bapa, sampai di mana pun,” ungkapnya dalam tangis di kubur mendiang suaminya dalam bahasa daerah Lamaholot.(AN-02)