Duka menyelimuti warga Panti Asuhan Eugene Schmitz, di Jalan Eugene Schmitz Nomor 6 Lamahora, Kelurahan Lewoleba Timur, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (11/7/2022). Mama Regina Sura Lolonrian, pengasuh Panti Asuhan tutup usia pukul 08.00 Wita.
Mama Regina memang menderita sakit beberapa bulan terakhir. Dia sering masuk keluar rumah sakit. Bahkan, sempat dirujuk ke Rumah Sakit Umum Prof. W.Z. Yohanes Kupang. Sekembalinya dari Kupang, mama Regina masih juga masuk keluar rumah sakit.
“Tadi malam (Minggu, 10/7/2022) mama Gin drop sehingga dibawa ke rumah sakit. Tapi, Tuhan pung mau lain. Mama Gin jalan pas jam 08.00 pagi tadi,” ucap keluarga di rumah duka, Panti Eugene Schmitz, kepad aksinews.id, Senin (11/7/2022).
Selama ini, Mama Gin merupakan satu-satunya orang yang menghabiskan waktunya untuk mengurus anak-anak di Panti Asuhan Eugene Schmitz sejak didirikan oleh Pater Eugene Schmitz, SVD saat menjadi Deken Lembata, Keuskupan Larantuka, tahun 2003 silam.
Mama Regina mulanya adalah juru masak bagi para pastor ordo Serikat Sabda Allah (SVD). Dia berhasrat kuat untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu agar tetap bisa bersekolah. Dia bahkan menyisihkan penghasilan dari memasak untuk membantu mereka. Hingga akhirnya ia menyiapkan rumah penitipan anak.
Melihat kegigihan mama Regina Lolonrian untuk menolong anak-anak yang dalam kesusahan: anak-anak yatim piatu, anak-anak dari keluarga yang mengalami tekanan ekonomi, maupun keluarga tidak lengkap atau mengalami gangguan mental, bikin Pater Schmitz tergugah. Apalagi, Regina Lolonrian yang bekerja di Rumah Biara SVD di Bukit, berdekatan dengan Rumah Sakit Bukit Lewoleba, nekad memelihara dan merawat anak-anak tersebut.
Alhasil, Pater Schmitz, misionaris asal Amerika Serikat pun turun tangan. Pater Deken Lembata itu ingin memelihara dan merawat anak-anak yang membutuhkan bantuan. Bantuan itu terutama bagi anak-anak yatim piatu, anak-anak putus sekolah, anak-anak dari keluarga tak mampu, orangtua yang pisah ranjang, bahkan dari orangtua yang terganggu secara mental. Maka didirikanlah panti.
Kehadiran panti juga dimaksudkan untuk membantu orang-orang sakit dan anak-anak yang ditinggal pergi orangtua mereka untuk bekerja di luar negeri.
Karena itu, Pater Schmitz membantu Regina Lolonrian dengan memberikan sedikit uang. Mama Gina, kelahiran Buriwutung, 18 Agustus 1970, adalah warga Lembata yang lama menghabiskan waktu bekerja di lingkup Gereja maupun pastoran di Keuskupan Larantuka. Ia, misalnya, pernah bekerja di Susteran CIJ Lewoleba, Susteran CIJ Damian Lewoleba, St Arnoldus Larantuka – Flores Timur, asrama putra Sekolah Teknik Menengah (STM) Bina Karya Larantuka, Rumah Biara SVD Bukit Lewoleba.
Pada 8 April 2003, dengan uang seadanya dan bantuan tenaga siswa-siswi serta instruktur STM Bina Karya Larantuka, pembangunan fisik Panti Asuhan akhirnya dirampungkan. Rumah permanen sekaligus panti tersebut digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus tumpangan bagi anak-anak.
Kerinduan merawat dan menampung anak-anak dengan beragam persoalan mulai terwujud. “Ada puluhan anak dari berbagai usia sekolah dapat ditampung di panti. Jumlah ini belum terhitung keluarga yang datang berobat, juga ibu-ibu yang menunggu kelahiran bayinya di panti ini,” ucap Regina, suatu waktu dalam sebuah perbincangan.
Sebelum kehadiran Bruder Damianus, SVD, rektor Biara SVD Bukit Lembata, mama Regina menjadi tulang punggung kehidupan panti. Apa saja ia kerjakan untuk bisa menjamin kebutuhan hidup panti asuhan. Ia menerima jahitan, jual beli sayur mayor, ayam potong dan lain sebagainya. Tidak banyak donator yang membantu. Mama Regina tak pernah putus asa.
Kemudian didirikan sebuah Yayasan untuk mewadahi Panti Asuhan. Namanya Yayasan Eugene Schmitz. Akan tetapi, Yayasan pun belum mendapatkan donatur tetap. Sehingga mama Regina harus bisa putra otak untuk setidaknya memberi makan tiga kali sehari, kepada 50-an anak panti.
Kehadiran Bruder Damianus cukup membantu. Sehingga ada anak panti yang bisa disekolahkan hingga ke perguruan tinggi. Sayangnya, beberapa bulan lalu, Bruder Damianus meninggal dunia. Sejak itu, pula mama Regina harus mengurus sendiri panti. Namun ia mulai sakit-sakitan.
Kini, masih ada 53 anak yang ditampung di Panti Asuhan Eugene Schmitz. Mereka benar-benar kehilangan mama pengasuh. Mata mereka berkaca-kaca saat ditemui. Ada anak panti yang masih terlampau kecil, dan tidak paham kalau dirinya sudah kehilangan pengasuh penuh kasih sayang itu.
Beberapa pengurus Yayasan yang hadir di panti menjelaskan bahwa pengelolaan panti akan diserahkan kepada sebuah biara suster. “Mereka (para suster) itu akan datang bulan Agustus nanti,” ujar seorang pengurus Yayasan, kepada aksinews.id.
Mama Gin, mama Panti Asuhan Eugene Schmitz tentu berharap agar Panti Asuhan ini terus dirawat sebagaimana dirinya mencurahkan hidupnya mengurus panti, dengan tidak menikah hingga ajal menjemputnya. Ia bahkan berpesan agar dirinya dimakamkan di halaman Panti Asuhan Eugene Schmit.
“Mama Gin tunjuk lokasi di depan, tapi pengurus Yayasan pindahkan ke samping. Sehingga besok (Selasa, 12 Juli 2022) mama Gin akan dikuburkan di sini (Panti Eugene Schmitz Lewoleba) jam 10.00 pagi,” ujar seorang ibu yang belakangan menemani Mama Gin di Panti Asuhan.
Mama Gin, selamat jalan. Jasamu akan terus kami kenang. Kami dan anak-anak asuhmu di Panti Asuhan Eugene Schmitz tentu akan selalu merindukanmu. Semoga segala amal kebaikanmu di dunia mendapat gajaran di keabadianmu. Selamat jalan mama Gina. (freddy wahon)