Aksinews.id/Labuan Bajo – Momentum pergelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean ke–42 tahun 2023 akan dihelat di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur, 10 – 11 Mei 2023, dinilai strategis untuk mempromosikan Usaha Masyarakat Kecil Menegah (UMKM). Kegiatan yang akan diikuti 11 negara Asia Tenggara ini dimanfaatkan betul oleh Himpunan UMKM Lembata Lamaholot – Lembata.
Saat ini, Kota Labuan Bajo sudah sangat ramai. Para tamu dari barbagai negara juga sudah berdatangan. Begitu juga, dengan para pelaku UMKM seantero Indonesia. Mereka pun ikut ambil bagian dalam meriahrayakan KTT Asean ini. Mereka mempromosikan produk hasil kerajinan tangan dan kearifan local lainnya.
Martin Hekur
Tak ketinggalan Himpunan UMKM Lembata Lamaholot – Lembata. Ada yang unik dari UMKM Lamaholot – Lembata. Mereka tidak saja memamerkan kain sarung, selendang, tas, ikat pinggang, dan aneka kerajinan dari ikan paus. Namun juga mereka mendemonstrasikan proses pembuatan (tenun) sarung adat, titi jagung, tumbuk padi dan buat putu dari ubi.
Koordinator UMKM Lamaholot – Lembata, Bernadus Bera Keytimu, ketika ditemui di arena Pameran, Lapangan Waekesambi, Labuan Bajo, Minggu (7/5/2023), menjelaskan bahwa dirinya bersama tim datang ke Labuan Bajo atas inisiatif sendiri. “Kami dari UMKM Lamaholot Lembata, bersyukur bisa ikut dalam pergelaran kegiatan,” ujarnya, girang.
“Kami berjumlah 10 orang, membawa sejumlah kerajinan kearifan lokal dari Lembata. Antara lain, kain tenun adat untuk mas kawin yang dibuat dari bahan lokal dan ditenun secara manual, kain sarung, selendang, pakaian dengan motif Lembata, minyak ikan paus, kerajinan dari tulang dan gigi ikan paus, dan jagung titi,” papar Keytimu, pengrajin dari bahan tulang ikan paus ini.
Tak cuma itu. “Dan, juga kami mendemonstrasikan bagaimana membuat kain tenun adat untuk mas kawin dengan menggunakan bahan dan alat dari alam, mulai dari memisahkan kapas dari bijinya, dipintal jadi benang, dicelup dengan pewarna alami, dibuat motif, dicelup buka talinya dan ditenun jadi sarung. Selain itu ada demonstrasi membuat jagung titi dan ‘putu’ (makan lokal dari ubi yang dikeringkan dan ditumbuk),” jelas Keytimu.
“Walaupun dengan biaya sendiri, namun kami sudah berusaha sejauh ini untuk sampai di Labuan Bajo mengikuti even internasional ini,” ungkapnya, bangga.
Martin Hekur, warga diaspora Lembata yang tinggal di Labuan Bajo, merasa kecewa dengan Pemerintah Kabupaten Lembata yang kurang mendukung UMKM Lembata yang ikut serta dalam penyelenggaraan KTT Asean di Labuan Bajo.
Ya, “Saya merasa cukup kecewa terhadap pemerintah kabupaten Lembata karena tidak memfasilitasi secara baik UMKM Lembata yang hadir untuk mengikuti pameran di Labuan Bajo dalam rangka kegiatan Asean Summit ke-42 di Labuan Bajo,” ujarnya.
“Mereka (UMKM) ini membawa dan mengangkat nama besar kabupaten Lembata di mata nasional maupun internasional karena kegiatan pameran di Asean Summit ini. Salah satu bentuk keseriusan membangun pariwisata adalah mendukung dan mendorong SDM di bidang pariwisata, dan salah satunya adalah UMKM,” papar Martin Hekur.
“Justru saya meragukan komitmen Pemda Lembata menjadikan pariwisata sebagai leading sector, namun di lain pihak tidak memperhatikan UMKM untuk mengikuti kegiatan ataupun pameran pada hajatan Asean Summit ini,” tegas Hekur yang juga Koordinator Program Pengembangan Pariwisata Terintegrasi dan Berkelanjutan (P3TB) KSNP – Labuan Bajo.(AN-04)