Aksinews.id/Larantuka – Taman Kota Larantuka memang tak seriuh sebelum Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Meski demikian, masih saja ada riak anak muda yang nimbrung di Taman Felix Fernandez, sekedar berfoto ria sambil menarik napas lega memandang panorama laut. Sesekali mata mereka menjurus jauh, ke tengah pantai, mengamati perahu-perahu di bibir pantai yang diterjang anak gelombang hingga miring tak beraturan dan kembali tenang setelah laut teduh.
Di tengah taman kota, ada sebuah panggung kecil. Di etalase panggung tersebut berhamburan buku-buku karya sastra. Di situ, puluhan anak-anak muda pencinta sastra dan teater membaca buku, berdiskusi dan bicara mengenai situasi kekinian Kabupaten Flores Timur.
Saat disambangi di lokasi kegiatan pada Rabu (3/3/2021), Zaeni Boli, pendiri Lapak Baca Sastra dan Teater, mengatakan kegiatan yang tengah dijalaninya ini diadakan setiap hari Rabu. Ia mensinyalir adanya komentar miring terkait kegiatan yang ia gelar, yang kadang dianggap seremonial belaka.
“Kegiataan ini bermaksud untuk membuka ruang-ruang publik. Kita coba jadikan ruang-ruang kultur literasi, kita bisa menikmati bersama, membaca, berdiskusi ringan, ngobrol hal-hal penting. Saya lebih fokus ngobrol tentang sastra dan teater. Kita adakan ini ke masyarakat umum, terutama di taman kota”, ujarnya.
“Di tahun 2017, kumpulan kawan-kawan seniman, yang mau merebut taman kota tapi sepanjang ini, saya tidak melihat geliat mereka disini. Tapi saya ingin ruang seni ini tetap ada. Setiap hari Rabu, saya selalu di sini. Yang saya lakukan ini giat kecil. Ini semacam seremoni belaka. Tapi agendanya rutin”, sambung aktor kawakan Teater Nara tersebut, dan berharap literasi di Flores Timur ini harus terus digaungkan meski kecil, sunyi tapi rutin supaya kokoh.
Peserta diskusi, Kaliktus Ure Maran melihat kegiatan tersebut sebagai bagian dari mengasah keterampilan dalam berbicara dan membaca. “Ya, dengan kegiatan tersebut, kita diarahkan untuk bebas berbicara, bebas membaca. Saya sering dapatkan ruang diskusi di PMKRI, lebih banyak bicara tentang kegelisahan kami sebagai mahasiswa”, ungkapnya berharap supaya kegiatan tersebut tetap berjalan.
Lain dengan Maria Ambrosia Desni Sahul, mahasiswi di Flores Timur. Ia menuturkan bahwa dengan kegiatan tersebut, ia sebagai perempuan bisa berkarya dan terus membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan terbaru.
“Saya suka seni. Setelah saya kuliah, saya masuk program studi pendidikan Matematika. Sehingga seni bukan ditinggalkan, tetapi tensinya diperkurang. Bagi saya, perempuan punyak hak setara dengan laki-laki. Kalau laki-laki bisa berpolitik, sebenarnya perempuan juga bisa. Selagi bisa berkarya, perempuan juga bisa. Hanya bagaimana perempuan mengatur waktunya”, ujarnya.
“Saya sangat mendukung kegitan lapak baca ini, karena dengan begitu kita bisa berpikir, kita mengembangkan idealisme kita. Saya berharap dengan ruang seperti ini, semakin banyak kaum muida berpartisipasi. Dan boleh jadi, kegiatan semacam ini dapat membantu kita menambah wawasan baru,” ungkap Maria yakin.(yup)