Lewoleba – Setelah aktivitas gunung berapi Ile Lewotolok dipastikan menurun, Pemerintah Kabupaten Lembata memutuskan untuk memulangkan 1.066 pengungsi yang masih tertahan di kamp pengungsian dan rumah penduduk di Lewoleba, sejak erupsi 27 November 2020 lalu. Rata-rata merupakan warga Desa Jontona, Kecamatan Ie Ape Timur.
Pengungsi asal Desa Jontona memang menjadi rombongan pengungsi terakhir yang dipulangkan setelah Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, menyatakan radius berbahaya turun dari 4 (empat) kilometer menjadi 3 (tiga) kilometer.
Pelaksana Harian Sekretaris Daerah, Kedang Paulus, SPi, MSi mewakili Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur ketika melepaspulangkan para pengungsi, mengatakan, keputusan memulangkan masyarakat Desa Jontona didasarkan pada surat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam hal ini Badan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Nomor:58.Lap/GK.05/BGV/2021 tanggal 5 Februari 2021 perihal Evaluasi Tingkat Aktivitas Gunung Ile Lewotolok.
Masyarakat diingatkan untuk tetap waspada dengan wabah Covid-19, dan memperhatikan resiko erupsi susulan berupa abu panas. Sehingga mereka diharapkan tetap menggunakan masker selain mengikuti protokol kesehatan, agar tetap terlindung dari debu erupsi yang kapan saja bisa terjadi.
Menjawab pertanyaan wartawan terkait kebutuhan masyarakat yang wajib dipenuhi setelah berada di desa berupa bahan makanan dan air bersih, Kedang Paulus menjelaskan bahwa Pemda Lembata telah menyiapkan kebutuhan pangan dan air bersih untuk 16 desa terdampak erupsi dalam empat belas hari kedepan. Ya, “Kami memastikan bahwa persediaan beras sangat cukup untuk dibagikan, begitupun dengan air bersih, semua tanki sudah kita disiapkan”, tandas Kedang Paulus.
Hal yang sama disampaikan Sekretaris Camat Ile Ape Timur, Fransiskus Bedara. “Ya, hari ini kita resmi pulangkan mereka semua ke kampung halaman. Selama kurang lebih dua bulan mereka berada di pusat pengungsian”, sebutnya.
Dikatakan bahwa semua lingkungan tempat tinggal mereka sudah disterilkan semua. “Lingkungan rumah sudah aman, sudah steril. Kita sudah fogging dan bersihkan semua. Jadi ketika mereka tiba tidak perlu repot lagi atau takut ada gangguan kesehatan seperti DBD dan lainnya”, paparnya.
Fransiskus pun mengharapkan, pasca dipulangkan semua warga desa perlu waspada dalam melakukan semua aktivitas social. “Sebab kondisi Gunung Ile Lewotolok masih terus fluktuatif.”
Tampak beberapa mobil pariwisata dan mobil milik Koramil Lewoleba digunakan untuk memobilisasi para pengungsi kembali ke desanya. Setibanya di kampung halaman, para pengungsi tersebut diserahkan Camat Ile Ape Timur, Nikolaus Watun kepada Bele Lewuhala (pembesar kampung dalam pranata adat), Marselinus Tuan Soromaking dan Elias Kaluli Making kemudian di serahkan kepada Raya (raja-dalam pranata adat-red), Matheus Kiwan. Setelah menjalani ritual Keru Baki, para pengugsi itu dapat kembali ke rumahnya masing-masing.(con)