Seorang misionaris Katolik di Nagoya, Jepang, Pater Yoseph Bruno Dasion SVD menulis puisi khusus untuk dibacakan dalam seminar Bulan Bahasa di Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Maklum, seminar ini bertajuk: Menelisik Peran Prof. Dr. Gorys Keraf dalam Perkembangan Pengajaran Bahasa di Indonesia.
Penulis memang satu kampung dengan almarhum Prof. Dr. Gregorius Keraf atau lebih dikenal dengan nama Dr. Gorys Keraf. Keduanya sama-sama kelahiran Desa Lamalera, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ya, Gorys Keraf lahir pada 17 November 1936. Ia seorang ahli bahasa ternama Indonesia dan salah seorang dosen Universitas Indonesia.
Gorys menuntaskan pendidikan SMP di Seminari San Dominggo Hokeng pada tahun 1954. Dia melanjutkan ke SMA Syuradikara di Ende pada tahun 1958. Dan, tahun 1964 ia menamatkan Jurusan Sastra Indonesia, di Universitas Indonesia (UI). Gelar Doktor dalam bidang Linguistik diraih dari Universitas Indonesia pada tahun 1978, dengan disertasi Morfologi Dialek Lamalera.
Pada tahun 1962-1965, ia pernah mengajar di SMA Syuradikara. Juga, mengajar di SMA Santa Ursula Ende dan SMA Santa Theresia Ende pada tahun 1964. Ia menjadi Dosen Unika Atmajaya Jakarta pada tahun 1967. Kemudian ia mengajar di Perguruan Tinggi Kepolisian, dan Jakarta Academy Of Languages Jakarta pada tahun 1971. Ia menjadi pengajar tetap di Fakultas Sastra UI sejak tahun 1963.
Selain itu, ia mejadi koordinator Mata Kuliah Bahasa Indonesia dan Retorika di Fakultas Hukum dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.
Setelah meninggal dunia di Jakarta, 30 Agustus 1997, nama Prof. Dr. Gorys Keraf praktis tak lagi terdengar. Namun buku-buku karyanya masih tetap dibaca, terutama yang menekuni cabang ilmu Linguistik, sastra dan bahasa.
Tanggal 20 Oktober 2022, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Lembata berkolaborasi dengan Komunitas Literasi Lembata (IGI, Agupena, Pondok Perubahan, Moting Maung dan Jurnalis Lembata) menggelar seminar untuk membicarakan kembali sosol Prof. Dr. Gorys Keraf. Untuk seminar inilah, Pater Bruno menuliskan puisinya. Berikut petikan lengkapnya:
GREGORIUS PRAFFI KERAF
Untuk apakah HARI INI?
bagi kami semua yang jejakkan kaki di pulau ini
di Tanah bernamakan LEMBATA?
Pergimu telah lama
seolah tak tersimpan lagi
dalam garba kenangan dan ingatan kami
namun diri-mu yang terlahir dari Rahim LAMALERA,
KAMPUNG MATAHARI,
memang tak bisa disekap dalam keterlupaan,
kembali terbit di langit sejarah Kabupaten Pulau ini
dengan benderang kebijaksanaan dan kecerdasan
yang tak pernah luntur di dalam gerit deraan waktu.
Dirimu
Adalah sebutir gandum yang ditabur;
kini menghilang,
namun akar yang telah kau tumbuhkan tak pernah tercerabut,
daun-daunmu tak kenal musim gugur,
mekarmu sepanjang musim
dan buah-buahmu selalu bernas tak kenal waktu.
Hari ini,
kami menyambutmu kembali,
sambil gegap berteriak: PAHLAWAN! PAHLAWAN! PAHLAWAN!
Kami mendengar kembali gema bahana doa-mu:
“AD MAIOREM DEI GLORIAM!” [MAIOREM dibaca MAYOREM]
Itulah prinsip hidup-mu
itulah tujuan seluruh tugas dan
pekerjaan akademik-mu.
Itulah kesejatianmu sebagai Orang Pintar,
Itulah tanggujawabmu sebagai seorang Intelektual.
Hidup bukan untuk memuliakan diri,
bekerja bukan untuk menimbun uang dan ketamakan
semuanya hanyalah untuk
menyadari kerendahan hati dan ketulusan jiwa
di hadapan Kemuliaan Allah.
Membawa-mu kembali dalam ingatan
adalah tanggujawab kami,
sebab hidup dan karyamu
membakar harap dan percaya diri kami semua
bahwa LEMBATA atau pulau-pulau kecil lainnya
yang tersebar di seantero Nusantara
boleh menjadi yang terkecil
seturut takaran angka timbangan
tetapi manusia yang lahir darinya
adalah yang bermartabat, berpengetahuan luas, kokoh tanggungjawabnya,
dan kaya kebijaksanaan.
Dalam takaran ekonomis
orang Lembata dan orang-orang di pulau-pulau kecil lainnya
boleh dianggap terbatas dan miskin,
tetapi dalam takaran kepandaian,
mereka juga memiliki kedahsyatan berfikir
yang dapat mengubah Nusantara dan Dunia
menjadi lebih baik dan manusiawi.
Merayakan kehadiranmu
adalah sebuah pencerahan,
mengingatkan kami untuk tetap merengkuh cita-cita
agar boleh terbang tinggi
mencapai yang dikira tak tergapai,
sebab cita-cita
adalah juga sealir sungai yang dapat mengubah
padang gurun menjadi Eden kebahagiaan.
Merayakan kehadiranmu
membangunkan kami dari tidur kemalasan,
memandang jauh ke batas-batas lautan
mencoba melangkahkan kaki ke depan
agar jalan yang tak pernah ada
bisa terbuka,
sebab yang dicari, akan ditemukan
kalau kami tak malas menerobos lebih jauh dan dalam
dengan percaya teguh pada diri sendiri.
Mazmur peninggalan Nenek-Moyang Lamalera:
“Ama Gennâ Ola, Ola Kaé ka todé tai”
(Nenek moyang meninggalkan legasi budaya, budaya itu harus kita hidupi)
Dirimu menekuni budaya Lamalera
mematrikannya ke dalam “Morfologi Dialek Lamalera”
Disertasi Doktral yang engkau sajikan
pada Rabu, 22 Pebruari 1978
di hadapan Prof. Dr. Mahar Mardjono,
Prof Dr. Amran Halim,
Prof Dr. J.W.M. Verhaar
Dr. E.K.M. Masinambouw
Ini juga sebuah Mazmur bagi kami,
jadi méménto (awasan) bagi siapa saja,
bahwa pengetahuan dan kebijaksanaan
selalu berawal dari kampung halaman,
berakar pada kebudayaan sendiri.
Ketekunan mencintai dan mengolah budaya sendiri
menjadikan seorang manusia lebih terbuka
kepada yang lain,
menjadikan seorang ilmuwan
BAVALOVE (Gerbang) pertemuan semua bangsa dan budaya.
Semoga kami menjadi manusia pencinta budaya sendiri,
sambil bersikap terbuka untuk belajar dari budaya lainnya.
Kami belajar dari-mu, Gregorius Praffi Keraf,
Ilmu adalah santapan
yang harus disajikan dengan sukacita
di atas meja makan kebersamaan manusia.
Ilmu itu berdaulat dan bebas
yang harus menjadi hak semua orang.
Tugas ilmuwan dan intelektual
membagikan roti dan ikan pengetahuan
tak boleh dihempang oleh batas-batas agama, ras dan budaya.
Ilmuwan dan Intelektual
tak boleh takut berkorban karena mau membela kedudukan dan privilese.
Ilmuwan adalah pribadi yang bebas, se-bebas angin,
berhembus ke mana ia mau, dan selalu mengajar
segala yang Baik, Indah dan Benar.
Ilmuwan, selalu rendah hati.
Hari ini, Di hari ini,
kami tahu
Engkau masih hidup, dan,
akan selalu hidup
di dalam hati kami semua.
Rabu, 19 Oktober 2022
Yoseph Bruno Dasion SVD
Nagoya – Jepang