Oleh Maksimus Ramses Lalongkoe
Akademisi, tinggal di Jakarta
Pertama-tama, ijinkan saya menyampaikan permohonan maaf, bila tulisan ini mengusik warga Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sesungguhnya, nafas tulisan ini hanya sekedar ingin membuka sedikit mata, hati dan pikiran jernih warga Pulau Sumba umumnya dan Sumba Barat Daya (SBD) khususnya. Untuk itu, tulisan inipun bisa diperdebatkan sepanjang ada pandangan dan pemikiran yang lebih rasional untuk kebaikan bersama.
Jika hari-hari belakangan ini sebagian warga Sumba khususnya pendukung utama atau pemilih yang memilih Ratu Ngadu Bonu Wulla alias Ratu Wulla, calon anggota legislatif (caleg) DPR RI dari Partai NasDem nomor urut 5, Daerah Pemilihan (Dapil) Nusa Tenggara Timur (NTT) II, yang memilih mengundurkan diri, masih ‘berduka’ karena merasa kecewa bahkan mungkin merasa dikhianati kepercayaannya, sayapun cukup memahami ungkap hati warga Sumba atau pun pendukungnya.
Namun, rasa kecewa itu sebaiknya perlu diakhiri, sebab, sebagai salah satu putra NTT, saya melihat Pulau Sumba itu tidak kekurangan tokoh hebat, baik yang ada di NTT maupun yang tinggal di luar NTT. Sehingga tidak berlebihan kalau kita sepakat, Palau Sumba itu salah satu daerah laboratorium tokoh-tokoh hebat yang dimiliki NTT.
Dalam rekaman saya, ada begitu banyak tokoh-tokoh visioner dari daratan Sumba itu, dan mereka berkarya di mana-mana, sama seperti tokoh-tokoh dari daerah lain di NTT. Salah satu tokoh Pulau Sumba yang sedang bersinar saat ini yakni Agustinus Tamo Mbapa, S.Sos, M.Si.
Tokoh muda yang biasa disapa Gustaf, merupakan putra asal Kodi, Sumba Barat Daya. Saat ini Gustaf merupakan salah satu politisi Partai Demokrat dan beberapa kali ikut bertarung sebagai calon anggota legislatif DPR RI Dapil NTT II yang meliputi, Pulau Sumba, Pulau Timor, Rote dan Sabu Raijua.
Meskipun belum beruntung menjadi wakil rakyat, namun Gustaf tidak bisa dianggap tokoh kaleng-kaleng. Sebab rekam jejak dan pengalamannya mudah diketahui. Sebulum menduduki beberapa jabatan di partai berlambang Mercy, Gustaf dikenal sebagai seorang aktivis sejak mahasiswa. Ia pernah menempati posisi penting di organsiasi kemahasiswaan dan kepemudaan. Diantaranya, Ketua Pertama Forum Komunikasi Generasi Muda Wona Kaka Kupang (1993-1995), Wakil Ketua GPR Muda Katolik Sumba Kupang (1997-1999), Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik (2012-2015), dan tercatat juga sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perkumpulan Margasiswa Republik Indonesia (Patria) 2022-2025.
Selain kemampuan memimpin dan jaringan organisasi, Gustaf juga jebolan dari Lembaga Pendidikan ternama, menyelesaikan SMA di SMA Katolik Anda Luri di Waingapu, Sumba Timur, Strata Satu di FISIP Universitas Nusa Cendana Kupang dan Strata dua di Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI).
Saat aktif di organisasi PMKRI, Gustaf pernah ke Banglades dan Mumbay-India dalam rangka kegiatan pelatihan Kepemimpinan untuk pendampingan orang muda dan kegiatan sosial terkait Globalisasi. Dari sisi keluarga, Gustaf lahir dari ayah seorang pendidik Sekolah Dasar yang sudah meninggal tahun 1992. Gustaf terdiri dari 7 bersaudara dan semuanya sukses di bidangnya masing-masing.
Menghadapi Pemilu 14 Februari 2024 lalu, Deputi Organisasi Sayap BPJK DPP Partai Demokrat 2021-2025 ini, menawakan enam program strategis eksklusif yang diyakini bisa menjawab kebutuhan masyarakat NTT khususnya di dapil NTT II. Keenam program itu, yakni pertama, memperjuangkan dan meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan dan peternak di wilayah Sumba, Timor, Rote dan Sabu. Kedua, memperjuangkan ketersediaan air bersih bagi daerah-daerah yang selama ini mengalami kesulitan air bersih dengan cara memperluas dan mempermudah akses air bersih. Ketiga, memperjuangkan ketersediaan Taman Bacaan, meningkatkan anggaran pembangunan sarana pendidikan baik pada tingkat SD, SMP, SMA/SMK dan perguruan tinggi swasta/negeri. Memperjuangkan anak-anak tidak mampu untuk mendapatkan beasiswa dan mencari solusi untuk meningkatkan kesejahteraan para guru honorer. Keempat, mendorong ketersediaan sarana dan prasarana bidang pariwisata. Kelima, memperjuangkan pembukaan sekolah bola menuju industri bola dan pembangunan stadion bola kaki yang dilengkapi penerangan maksimal untuk pertandingan di malam hari dan Gedung Olah Raga (GOR) di wilayah Sumba dan Kota Kupang. Dan Keenam, memperjuangkan pembentukan Provinsi Sumba untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Sumba dan menyerap lapangan kerja ribuan orang serta menarik investasi untuk pertumbuhan ekonomi.
Kalau mencermati semua kisah perjalanan panjang dan rekam jejak seorang Gustaf Tamo Mbapa ini, nampaknya warga Sumba masih memiliki tokoh harapan masa depan, salain sosok tokoh-tokoh lainnya dari tanah Kuda Sandalwood. Sehingga, Ratu Wulla bukanlah satu-satunya tokoh Sumba yang harus sesasali. Jadikan peristiwa yang dialami Ratu Wulla sebagai kisah dan cerita pedih sekaligus sebagai pelajaran penuh makna dalam memilih wakil rakyat.
Gustaf Tamo Mbapa sang matahari pagi dari Kodi, bisa menjadi salah satu alternatif pilihan bagi orang Sumba untuk NTT yang lebih baik, atau mungkin bisa juga menjadi alternatif bagi orang Sumba Barat Daya untuk Sumba Barat Daya yang lebih baik dalam menghadapi Pemilihan Umum Kepala Daerah penghujung tahun 2024 ini.
Berbagai program strategis eksklusif Gustaf saat menghadapi Pemilu 2024 lalu, bisa saja direduksi menuju Pilkada Sumba Barat Daya, bila warga Sumba Barat Daya, bersatu dalam satu nafas kebersamaan. Pengalaman panjang Gustaf, semestinya sudah bisa didorong menjadi calon Bupati Sumba Barat Daya. Apalagi dari aspek pergaulannya, Gustaf tergolong sosok yang komunikatif dan mudah dijumpai kapan dan di mana saja.
Saya dan kita tentu yakin dan percaya, tokoh muda dari tanah Kodi ini, bisa menjadi sosok yang akan memajukan tanah Sumba Barat Daya. Tangan dinginnya memimpin sejumlah organisasi baik lokal maupun level nasional, bisa menjadi kaca bersama dalam memimpin SBD ke depannya. Semoga warga Sumba khususnya warga Sumba Barat Daya membaca tulisan singkat ini sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai masukan dalam menghadapi peristiwa politik di depan mata. Semoga.***