Oleh: ๐๐จ๐๐๐ซ๐ญ ๐๐๐ฅ๐
๐๐๐ง๐๐๐ฅ๐๐ฆ๐ข ๐๐ฎ๐๐ฅ๐ข๐ ๐๐ฉ๐๐๐ค๐ข๐ง๐ (๐๐ฅ ๐๐ซ๐ญ๐ ๐๐ ๐๐๐๐ฅ๐๐ซ ๐๐ง ๐๐ฎฬ๐๐ฅ๐ข๐๐จ), ๐ ๐๐๐ฎ๐ฅ๐ญ๐๐ ๐ ๐ข๐ฅ๐จ๐ฅ๐จ๐ ๐ข๐, ๐๐ง๐ข๐ฏ๐๐ซ๐ฌ๐ข๐๐๐ ๐๐จ๐ฆ๐ฉ๐ฅ๐ฎ๐ญ๐๐ง๐ฌ๐ ๐๐ ๐๐๐๐ซ๐ข๐ ๐๐ฉ๐๐ง๐ฒ๐จ๐ฅ
๐๐๐ง๐ฎ๐ฅ๐ข๐ฌ ๐๐ฎ๐ค๐ฎ ๐๐๐ง๐ฃ๐๐๐ข ๐ ๐๐ฌ๐ข๐ฅ๐ข๐ญ๐๐ญ๐จ๐ซ ๐ฒ๐๐ง๐ ๐๐ค๐ญ๐ฎ๐๐ฅ, ๐๐๐ง๐๐ซ๐ข๐ค, ๐๐๐๐ค๐ญ๐ข๐, ๐๐๐ง ๐๐ค๐ญ๐ฎ๐๐ฅ (๐๐๐ง๐๐ซ๐๐ข๐ญ ๐๐๐ง๐ข๐ฌ๐ข๐ฎ๐ฌ, ๐๐๐ญ๐๐ค๐๐ง ๐ค๐-๐)
Baru pada sesi awal pemaparan visi dan misi, seorang pecinta berat Gibran (dan Prabowo) langsung mengungkapkan kebanggaannya. Bisa terlihat betapa besar rasa kagum pada Gibran yang selama ini jadi obyek olokan apalagi dianggap takut debat. Mungkin karena itu, baru di awal debat, sang pecinta berat itu langsung memberikan statemen yang cukup jitu. Ia sudah meramal, seluruh panggung akan dikuasai oleh Gibran.
Yang jadi pertanyaan: mengapa pengagum Gibran mengklaim bahwa jagoannya memenangkan debat? Kesimpulan itu bisa didapatkan setelah melihat Gibran begitu mengalir menjelaskan tentang visi dan misinya. Sebuah uraian yang sangat detail dan tentu saja mudah dipahami oleh orang berpendidikan. Penggunaan istilah-istilah maupun singkatan digunakan secara tidak langsung untuk menunjukkan bahwa berhadapan dengan orang berpengalaman (seperti Mahfud MD dan Gus Muhaimin), Gibran perlu tampil beda dengan pengetahuan beda.
Dalam perspektif ini maka dari sisi Public Speaking, uraian visi dan misi tidak lebih merupakan uraian yang bagus dan terstruktur dan sangat runtut mengikuti panduan. Itulah pidato ๐ญ๐๐ฑ๐ญ ๐๐จ๐จ๐ค yang sangat bagus.
Sebagai pidato yang berdasarkan buku teks, maka pidato Gibran disusun dengan baik sesuai masukan para pakar dalam bidang yang dilengkapi dengan struktur yang sangat jelas. Sayangnya buku teks seperti itu di satu pihak menarik untuk beberapa orang berpendidikan tetapi bagi khalayak akan kesulitan.
Pada sisi lain, Gibran kecolongan dengan menggunakan istilah bahasa asing atau singkatan hanya mau menunjukkan diri lebih tahu istilah asing sambil mengklaim bahwa pertanyaan itu sulit.
Bila Gibran menjadi seorang guru dan menyusun soal maka ia tidak lolos pada pelajaran paling awal sebagai guru. Ia keliru karena pertanyaan sulit bukanlah pertanyaan yang tidak diketahui. Contohnya: seorang guru bertanya tentang berapa jumlah gundi yang pernah dimiliki Raja X? Bila tidak diketahui maka hal itu bukan pertanyaan sulit. Ia tidak diketahui karena istilah itu terasa asing.
Sebuah pertanyaan dianggap bagus bukan karena tidak diketahui tetapi harus merupakan uraian mencari sebab musebab serta memberikan jalan keluar. Dalam arti ini pertanyaannya kepada Gus Muhaimin dengan menggunakan singkatan SGIE tanpa menjelaskan bahwa itu merupakan singkatan dari ๐๐ญ๐๐ญ๐ ๐จ๐ ๐ญ๐ก๐ ๐๐ฅ๐จ๐๐๐ฅ ๐๐ฌ๐ฅ๐๐ฆ๐ข๐ ๐๐๐จ๐ง๐จ๐ฆ๐ฒ atau bertanya tentang regulasi terhadap ๐ช๐๐๐๐๐ ๐ช๐๐๐๐๐๐ ๐บ๐๐๐๐๐๐ (CCS) adalah pertanyaan yang perlu diuraikan.
Hal seperti ini sekaligus perlu menjadi evaluasi bagi moderator agar terhadap pertanyaan seperti itu harus dihindari. Dalam arti ini ketika Gus Muhaimin tidak paham, maka seharusnya Gibran yang masih punya kesempatan menjelaskan pertanyaan dan bukan memotong kesempatan Gus Muhaimin dalam menjawab. Tetapi Moderator pun tidak bisa dipersalahkan karena ia pun hanya menjadi moderator ‘text book’ yang melaksanakan perintah tanpa kreativitas yang semestinya.
Gibran menggunakan beberapa istilah untuk menanyakan istilah. Dalam konteks pertanyaan untuk ujian dikategorikan sebagai pertanyaan yang menguji daya โingatanโ dan merupakn pertanyaan yang paling rendah karena menguji kemampuan untuk menghafal. Karena itu dari segi pedagogik, kualitas pertanyaan Gibran sangat rendah dan dikategorikan dalam ๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐.
Tetapi ๐ค๐๐ฆ๐๐ฆ๐ฉ๐ฎ๐๐ง ๐๐๐ซ๐ญ๐๐ง๐ฒ๐ ๐๐ข๐๐ซ๐๐ง ๐ฌ๐๐ฉ๐๐ซ๐ญ๐ข ๐ข๐ง๐ข ๐๐ฎ๐ค๐๐ง ๐ฌ๐๐ฌ๐ฎ๐๐ญ๐ฎ ๐ฒ๐๐ง๐ ๐๐๐ซ๐ฎ. ๐๐๐ฅ๐๐ฆ ๐๐๐๐๐ญ ๐๐๐๐, ๐๐จ๐ค๐จ๐ฐ๐ข ๐ญ๐๐ง๐ฒ๐ ๐ญ๐๐ง๐ญ๐๐ง๐ ๐๐๐๐ ๐ฒ๐๐ง๐ ๐ญ๐ข๐๐๐ค ๐๐ข๐ค๐๐ญ๐๐ก๐ฎ๐ข ๐จ๐ฅ๐๐ก ๐๐ซ๐๐๐จ๐ฐ๐จ. ๐๐๐๐๐ก๐๐ฅ ๐ค๐๐ฅ๐๐ฎ ๐๐จ๐ค๐จ๐ฐ๐ข ๐ฅ๐๐ง๐ ๐ฌ๐ฎ๐ง๐ ๐ญ๐๐ง๐ฒ๐: โ๐๐ข๐ฆ ๐ฉ๐๐ง๐ ๐๐ง๐๐๐ฅ๐ข ๐ข๐ง๐๐ฅ๐๐ฌ๐ข ๐๐๐๐ซ๐๐ก,โ maka hal itu akan dengan mudah dijawab oleh Prabowo. Kebiasaan bertanya seperti inilah yang barangkali diwariskan dari Jokowi ke Gibran. Lebih lagi kemudian Gibran berseloroh, โmaaf Gus, ini pertanyaan yang sulitโ, sebuah ejekan yang sebenarnya merendahkan diri Gibran yang hanya tanya istilah yang dihafal dan bukan uraian yang menguji kecerdasan.
Berbicara tentang Diri
Kalau ulasan ini mengingkari judul bahwa sebenarnya bukan Gibran yang jadi pemenang debat lalu siapa pemenangnya dari sisi Public Speaking dan evaluasi semantik atas bobot pembicaraan?
Gus Muhaimin sebenarnya merupakan capres yang tidak hadir dengan pemikiran yang sangat standar. Ia berusaha menyerang Gibran dengan penjelasan tentang IKN yang denga cepat dijawab Gibran bahwa ia menjadi bagian dari peresmian IKN saat itu. Leibh lagi penjelasan tentang komitmen membangun 40 kota setingkat DKI Jakarta dianggap sebagai proyek berlebihan yang nota bene mengagetkan Gibran dan Mahfud MD.
Pada sisi lain pertanyaan tentang penguasaan lahan yang sangat besar yang tidak seimbang semestinya diajukan ke Gibran untuk meminta berpendapat tentang orang-orang yang punya lahan yang sangat luas. Gus Muhaimin sebenarnya bisa mengingatkan Gibran bahwa 5 tahun lalu, Jokowi menanyakan hal itu ke Prabowo. Pertanyaan itu yang diajukan ke Mahfud yang jawaban Mahfud akan lebih menguntungkan Mahfud.
Dalam arti ini maka wacana debat dari Gus Muhaimin menurunkan kualitas debat yang telah dicapai dengan cemerlang oleh Anies Baswedan dalam debat perdana. Dalam arti ini maka pemenang tentang bukan pada Muhaimin Iskandar yang bergerlar Doktor Honoris Causa.
Lalu bagaimana dengan Mahfud MD? Sejak presentasi visi dan misi, Mahfud telah hadir dengan dirinya sendiri. Berhadapan dengan Gibran yang sangat text book dengan uraian pikiran yang sangat runtut dan lancar, bisa terlihat bahwa beberan itu bukan terutama tentang apa yang sudah dilaksanakan tetapi pemikiran yang dirampung dari berbagai ahli sehingga bisa dihadirkan sebagai sebuah pemikiran ilmiah yang logis.
Mahfud hadir berbeda dengan mengerucutkan persoalan ekonomi pada kepercayaan akibat penerapan hukum yang belum meyakinkan investor untuk datang ke Indonesia. Kebocoran yang telah ditemukan selama ini dianggap Mahfud sebagai kontribusi teramat besar. Dalam arti ini maka Mahfud menjawab persoalan dari kapasitas diri dengan mengukur apa yang bisa dilaksanakan. Tak pelak Mahfud bicara tentang kapasitas dirinya dan itu merupakan sebuah kekuatan.
Mengapa merupakan kekuatan? Karena ia berbicara tentang apa yang ia sadari sebagai persoalan dan menggadaikan dirinya sebagai orang yang bakal memperjuangkannya. Dengan kiprahnya memperjuangkan penerapan hukum sebagai jaminan investasi, maka banyak persoalan ekonomi dapat terselesaikan dan kebocoran akan menjadi modal bagi pemerataan pembangunan.
Bila ditinjau dari sisi ini maka judul artikel ini bisa dijawab. Bukan Gibran yang menjadi pemenang debat. Secara kecakapan berbicara, bisa disebut ya. Tetapi bahkan terhadap pertanyaan panelis yang tentu disusun dengan kriteria yang sangat tinggi tentang keseimbangan antara infrastruktur fisik dan infrastruktur sosial, terlihat Gibran kabur menjelaskannya.
Atas pertimbangan ini penulis berkesimpulan (dengan catatan kesimpulan ini debatable, alias bisa diperdebatkan, bisa diterima dan tidak), bahwa pemenang Debat Cawapres adalah Mahfud MD. Jaminan hukum sebagai rahim yang bisa melahirkan kepercayaan dan kepastian investasi menjadi topik yang bisa dikerjakan Mahfud hal itu menempatkannya sebagai pemenang debat Cawapres (22/12/23). ***
Sebagai guru saya mengapresiasi argumen pak Robert Bala dalam opininya di atas. Pertanyaan yang diajukan mas Gibran kepada Prof Mahfud dan Gus Muhaimin sesungguhnya berlawanan dengan salah satu substansi pendidikan yakni menanyakan apa tanpa memperjelas apa yang ditanyakan kepada lawan debatnya. Maka pantaslah kalau Gus Muhaimain bertanya kembali dan Prof Mahfud menyanggahnya. Ini sebuah pembelajaran dan edukasi yang kurang baik dari seorang calon pemimpin bangsa. Sesungguhnya apa yang disanggah oleh Prof Mahfud adalah sangat mendidik bahwa apa yang ditanyakan jika tidak dijelaskan substansi atau maksud pertanyaan itu maka sesungguhnya akan membingungkan. Pertanyaan itu mengandung bobot yang rendah atau yang berkategori LOTS (Low Order Thinking Skill). Salam literasi
Pertanyaan SGIE itu adalah sebuah pertanyaan jebakan bagi lawan…dan bisa memunculkan ejekan, seharusnya dalam debat terbuka seperti itu, hal ini tidak perlu ada. Krn penanya sendiri yang ketahui maksud dan artinya. Ini harus menjadi perhatian dan evaluasi KPU untuk debat berikutnya.
Teman Robert memang Gibran bukan guru, apalagi sebagian penggemar Gibran. Sebab itu mereka tidak tahu bagaimana cara menyusun pertanyaan yang Sukar (HOS= higher order thinking skill) dan pertanyaan yang muda (LOS=lower order thinking skill). Sehingga apa yang ada dalam pikirannya mudah saja mereka lontarkan kepada lawan debat.
Kalau seorang guru tentu pasti tahu. ketika menyusun soal untuk mengukur kemampuan pemahaman siswanya terhadap materi yang dipelajari. Tapi kan soal itu tidak ditarik bukan dari materi yang tidak diajarkan. Kalau Itu terjadi maka salah besar.