Puluhan tahun sudah Agustina hidup sebagai single parent untuk kedua anaknya, Berni dan Hendra. Namun diusianya yang paruh baya itu, ia masih menyisahkan asa akan khabar keberadaan sang suami yang belum diketahui rimbahnya hingga kini. Akankah asa perempuan yang bernama lengkap Agustina Bengang Raring ini terwujud?
Ketika diberi kesempatan berkisah tentang pengalaman hidup saat bermigrasi, perempuan asal Desa Lamatuka, Kecamatan Lebatukan, Kabupaten Lembata ini mengaku, kalau keinginan bermigrasi saat itu didorong oleh kemauan untuk mencari kekasih hatinya. Sebuah motivasi yang jarang ditemukan pada pekerja migran umumnya di Kabupaten Lembata.
Untuk diketahui, hasil assessment Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS), ditemukan sebagian besar masyarakat Lembata yang bermigrasi karena alasan ekonomi dan pendidikan, juga ingin mendapatkan pengalaman hidup yang baru dan mencari pekerjaan. Namun tidak demikian bagi pemilik nama lengkap Agustina Bengang Raring. Ia pergi mencari kekasih hatinya Paulus Atawolo yang hilang kontak dengannya kala ia merantau ke Malaysia. Padahal keduanya sudah bertunangan 10 tahun lamanya.
Karena itu, berbekal dokumen seadanya dari Pemerintah Desa Lamatuka kala itu, ia berangkat menuju Malaysia. Di Nunukan, ia mampir mengurus dokumen keimigrasian berupa paspor dan visa lawatan atau visa turis yang berlaku kurang lebih tiga bulan. Padahal visa yang seharusnya ia kantongi adalah visa kerja. Karena selain mencari keberadan tunangannya Paulus Atawolo menjadi tujuan utama, namun tentu saja ia juga harus bekerja sebelum kembali ke tanah kelahirannya. Namun demikian karena tidak ada jaminan, ia lalu siasati masuk ke negeri jiran itu dengan visa lawat.
“Tidak mungkin saya langsung pulang kampung setelah menemukan keberadaan tunangan saya di Malaysia. Saya pasti bekerja dulu mencari sesen dua untuk ongkos pulang. Namun karena tidak ada jaminan, saya siasati menggunakan visa lawat untuk masuk ke Malaysia sebagaimana pekerja migran dari Flores dan Lembata pada umumnya,” ujar Mama Agustina ketika diberi kesempatan berkisah tentang pengalaman merantau pada acara Focus Group Discution (FGD) yang dihelat YKS di Hotel Annisa Lewoleba 21 Agustus 2024.
Di Malaysia, Mama Agustina kemudian mencari tahu kepada keluarga yang sudah lebih dahulu bekerja. Ia mendapat khabar bahwa suaminya bekerja pada salah satu perusahan yang bermarkas di Keningau. Mereka lalu bersua dan sama-sama bekerja pada tempat kerja yang sama, yakni kilang plywood. Mereka bekerja dengan sistem shift dimana Mama Agustina bekerja siang hari dan kekasih hatinya Paulus Atawolo bekerja malam hari.
Setelah merasa mantap. Kedua pasangan ini memutuskan berkeluarga dan memiliki dua orang anak yakni Berni Atawolo dan Hendara Atawolo. Selanjutnya, mama Agustina kembali ke kampung halaman bersama kedua buah hatinya, Berni dan Hendra, dan tidak kembali bermigrasi hingga saat ini.
Entah sudah berapa lama Mama Agustina menanti kedatangan suaminya Paulus Atawolo, ia sendiri sudah tidak tahu lagi ketika ditanya berapa lama penantiannya. Yang jelas kedua anaknya yang ia bawa kembali dari negeri jiran Malaysia ketika masih berusia kecil, kini sudah pada berkeluarga semuanya. Bahkan, masing-masimg mereka sudah pula dikarunia anak. Itu berarti Mama Agustina sudah memiliki cucu. Sayangnya, sampai saat ini suaminya hilang tanpa khabar dimana rimbahnya.
Ia sendiri sudah mencari tahu dan didapatkan informasi dari keluarga bahwa suaminya Paulus Atawolo sudah kembali ke kampung halaman. Sayangnya, sudah sekian tahun lamanya tidak pernah muncul di kampung. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Mama Agustina masih menyisahkan harapan. Di ujung usianya yang ia harap suaminya bisa kembali berkumpul bersama sebelum maut menjemput dirinya. (Floresty)