Aksinews.id/Larantuka – Jenazah Romo Agustinus Siswani Iri, Pr akhirnya dimakamkan di pemakaman para imam Paroki Kathedral Reinha Rosari Larantuka. Upacara pemakaman didahului misa yang dipimpin sendiri oleh Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr didampingi para deken dan pastor-pastor Keuskupan Larantuka, di gereja Katedral Reinha Rosari Larantuka, Selasa (23/5/2023).
Ribuan umat dari berbagai daerah datang mengikuti upacara pemakaman romo yang ditahbiskan di Boru Kedang, Kecamatan Wulanggitang, 2 September 2011, itu. Air mata duka sungguh menetes, membasuh wajah para pelayat.
Dalam homilinya, Monsigneur Fransiskus Kopong Kung mengupas soal moto imamat Romo Gusty Iri. “Belajarnya pada Sang Guru. Itulah moto imamat dari imam kita, Romo Agustinus Siswani Iri,” ujar Uskup Fransiskus.
“Belajarnya pada sang guru. Sang guru yang dimaksudkan tidak lain adalah Yesus Tuhan, imam Agung, guru dan gembala baik,” tandasnya.
“Apa saja yang kita belajar? Seluruh kehidupan Yesus. Kata-kataNya, perbuatanNya, keutamaan-keutamaan hidupNya, semangatNya, cinta kasih dan pengorbananNya, hidup doaNya, kesetiaanNya pada kehendak Bapa di Sorga, kerendahan hatiNya. Kita belajar pada seluruh hidup dan contoh dan teladan hidup Yesus, guru Illahi kita,” ungkap Uskup Fransiskus.
Monsigneur Fransiskus juga mengingatkan bahwa belajar dari Yesus hendaknya dilakukan sepanjang hayat di kandung badan. Ya, “Belajar seumur hidup sampai kematian datang menjemput kita,” tandasnya.
Mengutip bacaan Injil Mateus, 11, 25-30, Uskup Larantuka menyebut, “Romo Gusty mengajak kita untuk belajar berdoa dan bersyukur kepada Bapa di Sorga”.
Dikatakan, Romo Gusty Iri senantiasa mengingatkan semua kita untuk berdoa dan bersyukur. “Doa dan syukur itu penting dalam kehidupan sebagai umat Yesus. Doa dan syukur itu penting bagi kehudipan seorang imam. Tidak hanya pengalaman sukses tapi juga pengalaman kegagalan. Tidak hanya saat sehat, senang. tapi juga pada saat sakit dan menderita. Kita juga bersyukur saat kematian menjemput kita,” ungkap Uskup Fransiskus.
Romo Gusty Iri menghembuskan nafas terakhirnya di RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka, Minggu (20/5/2023) malam sekitar pukul 22.00 Wita. Dia meninggal gegara kecelakaan tunggal yang dialaminya dalam perjalanan pulang dari kampung halamannya di Boru Kedang. Entah mengapa, sekitar pukul 17.00 Wita, sepeda motor yang dikendarainya terpleset menaiki trotoar hingga menabrak pagar tembok Kodim 1624 Larantuka. Helm dan tasnya terlepas dari kepala dan badannya. Akibatnya, ia mengalami benturan hebat, hingga tengkorak kepalanya dilaporkan pecah. Nyawanya tak bisa tertolong.
Rasa duka mendalam menyelimuti Keuskupan Larantuka, Kota Reinha Rosari, atas kepergian Romo Gusty Iri, seorang imam muda yang sangat dihormati umat keuskupan Larantuka dan masyarakat luas.
Wakil Bupati Flores Timur periode 2017-2022, Agustinus Payong Boli, sekaligus Ketua DPD Pemuda Katolik Propinsi Nusa Tenggara Timur dan Direktur Eksekutif Lembaga Bantuan Hukum Bhumi Pertiwi Nusantara, mengaku penuh kesedihan saat menyampaikan rasa duka mendalam. Dia berharap Romo Gusti Iri senantiasa menjadi pendoa bagi keluarga yang ditinggalkannya dan umat umumnya.
Agus Boli mengaku sering berdikusi dengan Romo Gusty dalam berbagai kesempatan. Berbagai topik dibicarakan, baik menyangkut pemerintahan, pembangunan, kemanusiaan maupun soal keadilan. “Romo Gusty Iri sebagai imam muda yang tengah bersinar di tengah tugas kegembalaan dan selalu berpihak pada kaum kecil, apalagi kalau bicara tentang keadilan, kesejahteraan dan pembangunan,” ujarnya.
Agus Boli mengaku kagum pada Romo Gusty. “Almahrum Romo Gusty Iru itu cerdas dan sangat kritis. Ia suka bicara keadilan, pembangunan dan masa depan kaum muda. Terakhir, per telpon minggu lalu, Ia meminta dukungan lanjut program magister hukumnya, dan Romo Gusty katakan ia ingin menjadi pengacara gereja,” ungkap politisi partai Gerindra ini.
“Saya selalu memberi dukungan, bertukaran beberapa referensi pengetahuan. Romo memberi alasan mengapa ia ingin menjadi pengacara Gereja, karena ia melihat banyak masalah hukum yang timbul dikarenakan sebab-akibat masalah lain seperti politik, kemanusiaan dan sosial lainnya. Tapi para penegak hukum cenderung abaikan sisi itu sehingga orang kecil kadang jadi korban hukum itu sendiri,” ungkap Agus Boli.
Belum sempat mewujudkan mimpinya membantu kaum marginal, maut lebih dulu datang menjemput Romo Gusty. “Kita bersedih dan mendoakan dia hingga tanah air Sorgawi. Semoga Romo Gusty menjadi pendoa bagi kita semua yang masih berziarah di dunia ini,” ujar Ketua Pemuda Katolik NTT ini.
Selamat Jalan Romo Gusti Iri. Doakanlah kami.(AN-02/AN-01)