Aksinews.id/Lewoleba – Tim dokter di bawah pimpin dokter Yovita telah melakukan visum et repertum atas jenazah Antonius Dolu Lerek, 60 tahun, yang ditemukan meninggal dalam kondisi tubuh berlumuran dana di kamar tidurnya di kawasan Botan Senesan, Desa Pada, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata, Minggu (22/5/2022) dini hari sekitar pukul 04.30 Wita.
Hasilnya, tim dokter yang melakukan visum et repertum sama sekali tak menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban. Namun, hidung korban terus saja mengeluarkan darah. Ini yang menimbulkan tanda Tanya, gerangan apakah yang terjadi pada almarhum sampai menghembuskan nafas terakhirnya.
Kronologis hingga ditemukan tak bernyawa dalam kondisi bermandi darah, menurut laporan kepolisian, korban pertama kali ditemukan sepupunya, Stefanus Bala Lerek, sekitar pukul 03.30 Wita, di teras rumahnya di Botan Senesan, Desa Pada. Mulut korban mengeluarkan darah, dan seketika itu korban langsung berjalan ke kamarnya dan langsung tidur dengan posisi kepala sampai paha korban berada diatas tempat tidur sedangkan dari lutut sampai ke ujung jari korban tergantung di ujung tempat tidur.
Saat ditemukan korban tidak memakai baju dan hanya menggunakan celana pendek dan kain juga terlihat pada tubuh korban sudah tersimbah darah.
Melihat korban berdarah, Stefanus Bala Lerek memanggil Bernabas Gesi, dan memintanya untuk memanggil keluarga korban. Keluarga korban tiba dan melihat kondisi korban yang sudah tersimbah darah, langsung melaporkan kejadian tersebut ke pihak Kepolisian Resor Lembata untuk ditangani lebih lanjut.
Stefanus Bala Lerek, 36 Tahun, dalam keterangannya kepada aparat kepolisian, mengisahkan bahwa korban baru kembali dari kampungnya Watowawer, Desa Atakore, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata. Ia tiba di rumahnya hari Sabtu, 21 Mei 2022, sekitar pukul 17.30 Wita. Sekitar pukul 19.00 Wita, korban pergi ke keluarganya di kampung Pada.
Sebelum korban pergi, Barnabas Gesi datang ke rumah Stefanus Bala Lerek untuk menginap disitu. Saat Stefanus dan Gesi di rumah, korban kembali lagi sekitar pukul 20.00 Wita. Korban langsung ke kamar tidur. Mereka melihat korban dalam keadaan aman dan sehat seperti biasanya. Sekitar pukul 21.00 Wita Stafanus dan Barnabas Gesi masuk tidur. Menurut Stefanus, tidak ada orang lain yang datang ke rumah korban.
Baru sekitar pukul 03.30 Wita, korban berteriak memanggil Stefanus. Sehingga ia bangun dan melihat korban sedang duduk di kursi tepatnya di depan teras depan rumah korban. Saat saksi melihat pada bagian mulut korban sedang mengalir darah sehingga saksi pun membangunkan saksi lainnya Barnabas Gesi dan menyuruhnya untuk pergi memanggil keluarga korban di kampung Pada.
Saat Barnabas Gesi pergi memanggil keluarga korban, Stefanus sendirian bersama korban. Dia tidak berani memegang atau memeriksa korban saat itu. Selang sekitar 5 (lima) menit, Stefanus melihat korban susah bernapas dan kesakitan. Sehingga korban masuk kedalam kamar dan langsung tidur. “Sedangkan saya berdiri di luar sambil memantau korban,” jelasnya.
Sekitar pukul 04.00 Wita, Barnabas Gesi kembali bersama keluarga korban, Nimus (anak kandung Korban) dan Sili (adik kandung Korban) serta Yohanes Kia Lerek (kakak kandung korban). Saat keluarga tiba di rumah korban, keluarga langsung masuk dan memeriksa keadaan korban. Namun saat itu korban sudah meninggal.
Stefanus mengaku kalau selama ini tidak pernah mendengar korban mengeluh sakit. Dia juga menerangkan bahwa sesuai pengamatannya secara langsung pada tubuh korban tidak terdapat luka.
Dikatakan, sekitar enam bulan terakhir, korban tinggal sendirian tanpa istri dan anak. Hanya sesekali barulah anak laki-lakinya Nimus datang menjenguk korban. Stefanus tinggal berdampingan dengan korban sekitar kurang lebih 6 bulan lamanya hingga saat ini.
Sementara itu, saksi Barnabas Gesi, 62 tahun, mengisahkan bahwa saat dirinya dating ke rumah Stefanus sekitar pukul 18.30 Wita, ia melihat sepeda motor yamaha vixion warna merah hitam milik korban terparkir di depan teras rumah korban. Sedangkan pintu dalam keadaan terutup, dan kemungkinan korban didalam kamar.
Barnabas Gesi dan koleganya, Stefanus Bala Lerek duduk bercerita hingga pukul 21.00 Wita barulah kedua tidur. Gesi mengaku dibangunkan Stefanus sekitar pukul 03.40 Wita dan meminta tolong untuk melihat kondisi keadaan korban. Ketika bangun dan melihat korban, saat itu posisi korban sedang duduk di atas tempat tidur dan mengeluarkan darah dari mulut yang sangat banyak.
Stefanus menyuruh Barnabas Gesi pergi memanggil keluarga korban yang beralamat di Kampung Pada. Tapi, saat keluarga korban tiba, Gesi mengaku melihat korban sudah dalam keadaan tertidur dan masih ada napas sedikit-sedikit.
Anak kandung korban, Nimus naik ke atas tempat tidur dan memeriksa keadaan korban. Dia berniat untuk mencari pertolongan, namun tidak lama korban sudah tidak bernapas lagi. Keluarga korban yang lain, yakni kakak kandung korban, Yohanes Kia Lerek dan adik kandungnya, Sili Lerek masuk dan memeriksa korban. Namun korban sudah tidak bernapas sehingga adik kandung korban langsung menutup tubuh bagian pusar sampai ke paha korban dengan sarung.
Barnabas Gesi mengaku sering datang ke rumah Stefanus dan juga sudah lama mengenal baik korban. Apalagi, dia sering tidur bersama Stefanus di kamar tidurnya.
Menurut Gesi, pada tubuh korban tidak ditemukan luka ataupun tanda kekerasan lainnya. Dia tahu menahu apakah korban memiliki penyakit bawaan atau tidak.
Sekitar pukul 06.35 Wita, anggota Polsek Nubatukan, Unit Pidum Polres Lembata bersama Unit Identifikasi Polres Lembata tiba di Tempat Kejadian Perkara (TKP). Aparat kepolisian langsung melakukan olah TKP di bawah pimpinan Kasat Reskrim Polres Lembata, IPTU Yohanis Mau Blegur, SH didampingi Kapolsek Nubatukan IPTU Erlan Y. Supriyatna dan KBO Reskrim Polres Lembata, IPDA Edy Sophian, SH. Kemudian pada pukul 08.15 Wita jenasah korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lewoleba dengan mobil ambulance untuk dilakukan pemeriksaan.(*/AN-01)