Aksinews.id/Maumere – Tak terima diperlakukan kasar oleh Tim Patroli Satgas Covid-19 Sikka hingga luka robek pada wajahnya, Selasa (6/7/2021) lalu, Emanuel Manda, warga Kelurahan Kota Baru, Kabupaten Sikka melaporkan tindak kekerasan itu ke Polres Sikka. Dia digebuk aparat Satgas Covid-19 Sikka saat melakukan operasi penertiban PPKM Mikro yang mendapati dirinya tidak mengenakan masker di rumah sekaligus kios dan bengkel motor miliknya.
Laporannya diterima anggota Polres Sikka dengan Nomor: TBL/154/B/VII/2021/SPKT/PolresSikka tentang pengeroyokan. Tim Patroli Satgas Covid-19 Sikka yang diduga terlibat aksi main hakim sendiri itu beranggotakan petugas dari unsur Satuan Pol PP, Polri, TNI, BPBD dan KBPP Sikka.
Ikhwal soalnya, menurut penuturan korban kepada wartawan, Rabu (7/7/2021), saat kejadian ia bersama istrinya baru tiba dari dari rumah mertuanya di Kewapante. Sekitar pukul 20.30 Wita, ia dan salah seorang anak buahnya yang biasa membantunya di bengkel hendak menutup pintu kios tempat usahanya.
Ia kemudian ditegur karena belum menutup pintu kiosnya oleh salah seorang petugas yang diketahui adalah Kasat Sabhara Polres Sikka. Saat itu, ada juga Kasat Pol PP. Ia pun berusaha menjelaskan kepada petugas kenapa ia tidak pakai masker dan kenapa belum tutup. Namun petugas tetap mencecarnya dengan pertanyaan.
“Kami tinggal di rumah ini yang sekaligus kios dan bengkel motor. Kami sudah tutup pintu sebelah, tinggal sebelah lagi yang belum karena masih bereskan gantungan dagangan di pintu. Petugas tiba lalu panggil saya, ‘woe, sini kau, kau mau preman?’ Lalu saya ditanya, ‘maskernya mana?, kenapa tidak pakai masker?”. Saya berusaha menjelaskan kepada petugas, tetapi tidak didengarkan”, jelas Emanuel Manda.
Lantaran suara petugas meninggi, istrinya pun keluar memeluknya. Kepada petugas, istrinya meminta maaf dan berupaya menjelaskan, namun tidak dihiraukan. “Isteri saya minta maaf berulang kali, tetapi tidak didengarkan. Lalu Pak Kasat Pol PP menghempaskan tangan isteri saya yang saat itu sedang memeluk saya. Karena itu, saya spontan bereaksi untuk merangkul isteri saya. Kasat Pol PP bilang ibu jangan menghalang-halangi petugas, nanti bisa kena pasal. Tiba-tiba leher baju saya ditarik oleh petugas Polisi dan saya dikeroyok oleh petugas”, papar Emanuel Maga, sedih.
Setelah itu, ia disuruh dan didorong untuk naik ke mobil petugas. Saat diatas mobil, ia merasa mata sebelah kanannya perih oleh cairan yang menetes dari pelipis kanan. Ia kemudian memegang pelipis matanya lalu mengetahui kalau ada luka di pelipis mata kanannya. Karena darahnya menetes banyak, salah seorang petugas lalu meminta air untuk membasuh darahnya. Korban kemudian dibawa oleh petugas ke Kantor Polisi. Setibanya di kantor polisi, beberapa petugas lalu membawanya ke rumah sakit Dr. TC. Hillers untuk mendapat perawatan.
Istri korban, Novayanti Alfrida Piterson menduga ada upaya membiarkan korban teraniaya oleh darah yang mengucur dari pelipisnya yang luka robek. Ya, “Usai pukul suami saya, mereka buang dia ke atas mobil patroli lalu dibawa dengan paksa keliling pemukiman warga. Mungkin niat mereka supaya menakut-nakuti warga atau saja niat petugas gabungan itu supaya darah yang ada pada pelipis mata dan dahi itu, keluar terus agar suami saya mati perlahan-lahan. Atau entah apa maksud mereka. Pokoknya terlalu sadis mereka perlakukan suami saya”, ungkap Novayanti Alfrida Piterson.
Dia menjelaskan bahwa dirinya bersama teman-teman nekad mengikuti petugas untuk meminta agar suaminya segera diantar ke rumah sakit agar bisa diselamatkan.
Setelah mendapatkan perawatan dari petugas medis di rumah sakit, pihaknya langsung melaporkan kasus pengeroyokan tersebut ke pihak kepolisian. Ya, “Kami sudah buatkan laporan kepolisian dan sedang dalam penelusuran pihak polisi. Kami harap dengan laporan ini pihak polisi bisa bekerja secara profesional dan para pelaku diberikan sanksi setimpal dengan perbuatannya. Sebab petugas yang waktu itu melaksanakan tugas menyangkal telah melakukan penganiayaan terhadap suami saya. Kami harap polisi bisa mengungkap siap saja pelaku yang waktu itu melakukan penganiayaan untuk suami saya”, ucap Novayanti, berharap.
Bantah Tidak Memukul
Kasat Sabhara Polres Sikka, Iptu Mikael Donis membantah bahwa ada tindakan pemukulan oleh petugas. “Tidak ada masalah lain. Karena dia mau pukul saya anggota, maka anggota lain tidak terima. Masih banyak Pol PP, TNI liat situ. Tidak dipukul” tandasnya, seperti dikutip vivatimur.com.
Soal luka di pelipis, Donis mengaku tidak tahu menahu. “Itu anggota tarik, mungkin kena tangannya anggota atau anggota di dekat mobil toh. Agak gelap toh. Saya posisi masih omong sama isterinya. Jadi didorong naik mobil, tidak mau naik juga, jadi didorong naik. Itu fakta yang sebenarnya, karena saksi banyak. Ada Pak Kasat Pol PP di depan dengan saya. Intinya bahwa tadi kita operasi. Kita himbau, kita omong, mana maskernya, saya masuk, dia mau pukul ayun begini, anggota lain tidak terima. Itu faktanya”, tegas Doni. (*/fre)
Kasat sabhara kok berkelitnya bodoh amat sih. Kalau tidak ada yang pukul, lalu luka menganga itu dari mana datang? Tak mungkinlah korban buat luka sendiri