Duta Cafe merupakan salah satu UMKM yang didirikan di Larantuka, Ibukota Kabupaten Flores Timur pada tahun 2015. Pendirinya adalah seorang perempuan kelahiran Yogyakarta. Namanya Natalia. Perempuan yang mengaku menetap di Bogor sejak kecil tersebut, berani datang dari jauh untuk merintis usaha pusat ole-ole di Kabupaten Flores Timur. Alhasil, ia meraup penghasilan yang lumayan dari hasil kerjanya.
“Iya penghasilan per bulan biasanya berkisar dari 10.000.000 sampai 20.000.000,” ujar Natalia dalam perbincangan dengan aksinews.id beberapa waktu lalu di depan Gedung OMK Keuskupan Larantuka, kelurahan Sarotari, Larantuka.
Ia mengaku awalnya ia mau bangun warung makan, tapi nyatanya jadi pusat ole-ole. “Awalnya kita buka warung makan, tapi akhirnya dari teman- teman kasih hadiah kelapa muda, sarung dan ole-ole lainnya. Makanya kita bikin toko ole-ole karena banyak tamu yang cari ole-ole,” bebernya.
Natalia mengatakan bahwa gedung yang ia gunakan sekarang adalah gedung keuskupan Larantuka. “Saya kontrak di badan pengelola,” tukas dia.
Natalia lebih jauh menceritakan bahwa nama duta merupakan sebuah harapan. Saya hadir di sini untuk memberi model bagi anak-anak muda. Saya ada di sini untuk membantu anak muda yang ada di keuskupan Larantuka. Karena di sini, Sumber daya alam sangat banyak yang belum diolah untuk diperjualbelikan.
Ia menuturkan bahwa ada prodak baru yang di desain baru seperti sereal sorgum jahe, sereal sorgum kelor dan terakhir itu ada beberapa kopi yang kita perbaiki teksturnya dari beberapa pengelolahan jahe.
“Dengan adanya duta, munculnya kesadaran orang bahwa oh, ini duit. Dulu saya beli temu lawak satu kilo lima ribu rupiah, tapi ini hari udah 15.000”, jelas Natalia.
Natalia mengatakan bahwa selama covid-19, dia tidak kejar omset. Walau demikian, selalu ada pengunjung yang hadir. Namun, Natalia menyesalkan karena tingkat kesadaran pengunjung kurang Saat masuk, di depan ada tempat cuci tangan tapi tidak diindahkan.
Natalia merasa terpanggil untuk melatih anak-anak muda untuk training. “Melatih anak-anak untuk training itu tidak mudah. Kesulitan itu di SDM. Maka kita beri pengajaran.”, ungkapnya.
“Awal saya datang ke sini, di antar keluarga. Saya diberi awasan. Apakah kamu mampu berkembang. Karena, yang pertama, orang tidak punya budaya makan di luar. yang kedua SDM,” ujarnya lebih jauh.
Ia menjelaskan bahwa Sudah banyak orang training di tempat kerjanya yang sekarang kerja di warung-warung makan. Dan di pemerintah.
Akhir-akhir ini, Natalia fokus untuk membuat nasi tonu wujo, makanan lokal yang terinspirasi dari Tonu Wujo.
Ia mengaku kehadiran dia untuk mendukung misi, mendukung anak muda. Misi mengangkat kekayaan lokal di NTT, khusus Flores Timur. “Kekayaan lokal itu perlu diangkat. Jadi kita jadi sadar, yah kita kaya yah? kita makan kerapu segar, rumpu rampe.”, paparnya.
Natalia berharap pariwisata terus digiatkan supaya UMKM itu tetap hidup. “Duta tetap survival. Kita berharap wisata dikencangin jadi umkm jadi hidup. Teh kelor saya ambil dari petani, semuanya di ambil dari petani, jadi kita saling membantu, dsb. Selama saya ada di sini pariwisata belum jadi prioritas,” katanya. Ia lebih jauh mengatakan bahwa sekarang duta sudah menjadi wilayah dampingan Dekranasde (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) yang di bawah dampingan oleh Ibu Julie Laiskodat. Yang mana selalu mengadakan pelatihan dan upaya pemasaran yang baik.(Yurgo Purab)