Kamis, 15 Juni 2023
2Kor.3:15-4:1.3-6 ; Mat.5:20-26
Pekan Biasa X
“Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan Orang Farisi, kalian tidak akan masuk dalam Kerajaan Surga”
(Mat.5:20)
Hidup keagamaan mencakup aspek kesalehan dan kesaksian. Hidup saleh, berarti punya fondasi rohani, fondasi iman yang kuat. Dibangun dalam doa, merayakan ekaristi, membaca Firman Tuhan, devosi, dll.
Yesus ingatkan, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar”, itu berarti ada aspek lain yang juga dituntut mesti baik. Kata lain, hidup saleh saja belum cukup jadi orang beriman yang baik. Mesti ditopang dengan kesaksian iman dalam perilaku yang baik dan terpuji.
Karnanya wajar Yesus mengeritik ahli taurat dan orang Farisi, karena paham baik dan taat hidup beragama, tetapi kesaksian hidupnya tak sejalan tuntutan iman. Mereka mengajar kebaikan dan kebenarqan tetapi sering sewenang-wenang dan menindas dengan alasan saleh. Mengajar cinta kasih, tetapi tidak peka, tidak berempati dan solider. Ibarat menaruh beban dipundak orang, dan mereka sendiri tidak memikulnya. Kritik ini juga jadi alaram untuk kita.
Dunia begitu memikat, menawarkan berbagai peluang yang mudah, prospektif, juga manipulatif. Karnanya kita mesti kristis dan selektif. Membawa kekuatan rohani kita sebagai sejanta menghadapi dunia. Menjaga nurani agar selalu bisa menimbang disaat tergiur, disaat sulit, dan disaat menemui jebakan. Agar kita tidak salah jalan.
Ingat, hidup saleh, tidak berarti menutup diri dari dunia, supaya tidak terkontaminasi. Atau menutup mata dari pergumulan kehidupan, agar hati nyaman dan damai. Itu semu dan egois. Iman mesti melebur dalam suka duka kehidupan. Karena iman harus menyata dalam kebaikan-kebaikan hidup.
Tuhan memberkati kita. SALVE. ***
RD. Wens Herin
” Iman nyata dalam.Kebaikan hidup”