Aksinews.id/Larantuka – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Flores Timur mengadakan kegiatan edukatif selama sepekan, sejak Senin – Sabtu (22-27/5/2023). Pekan edukatif ini dilakukan secara daring melalui zoom meeting. Beragam topik yang dibahas dalam kegiatan ini dengan narasumber yang berbeda setiap materi.
Pada hari kedua, Selasa (24/5/2023), kegiatan ini menghadirkan pemateri guru kampung, Gerardus Kuma yang mengabdi di SMPN 3 Wulanggitang, Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur. Materi yang dibawakan guru kampung ini adalah “Pendidikan Antara Mengejar Prestasi Akademik Siswa dan Mendidik Manusia Seutuhnya”.
Dalam pemaparannya, Gerardus menyatakan bahwa pendidikan nasional kita telah keluar dari tujuan utama pendidikan, yaitu mendidik siswa seutuhnya. Hal ini terkonfirmasi dari pelaksanaan ujian nasional yang dijalankan sebelum akhirnya dihapus Mendikbud Nadiem Makarin tahun 2021 lalu.
Model pendidikan yang lebih mengejar prestasi akademik dikritik oleh praktisi dan ahli pendidikan, Thomas Amstrong. Menurut Amstrong, pendidikan yang hanya mengejar prestasi akademik memberikan efek negatif seperti ada mata pelajaran yang diabaikan, pembelajaran hanya untuk memperoleh nilai, serta adanya manipulasi nilai oleh pendidik.
“Dan faktanya memang selama ini mata pelajaran yang di-UN-kan seperti Matematika, Bahasa Indonesia lebih diprioritaskan. Pembelajaran di kelas pun lebih mempersiapkan siswa untuk menjawab soal UN,” ujar Gerard.
Alumnus UNIKA Santo Paulus Ruteng ini menjelaskan bahwa sebagai gantinya pendidikan harus dijalankan berdasarkan wacana perkembangan manusia yang ditawarkan Amstrong. Model pendidikan ini sejalan dengan roh kurikulum merdeka yaitu pendidikan yang mengakomodir, mendukung dan memfasilitasi pertumbuhan dan keberagaman siswa.
Untuk itu, putra Lembata ini merekomendasikan beberapa hal. Seperti, menjalankan pembelajaran berdiferensiasi, penyediaan tenaga pendidik dan sarana prasarana yang memadai, menghapus KKM dan atau KKTP.
“Kurikulum merdeka adalah angin segar untuk pendidikan dalam mengakomodir keberagaman anak. Karena itu, guru harus memperhatikan keberagaman peserta didik dalam pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Dan, supaya pendidikan kita tidak lagi berorientasi pada nilai, KKM atau KKTP juga harus dihilangkan,” ujar Gerard.
Pekan edukatif hari kedua ini dimulai pukul 16.00 Wita dan diikuti oleh 89 peserta. Setelah pemaparan materi, kegiatan yang dimoderatori Maria Natalia A. Yusti ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab hingga pukul 18.00 Wita.
Ketua PGRI Kabupaten Flores Timur, Maksimus Masan Kia, dalam kesempatan berbeda menjelaskan bahwa PGRI Flores Timur senantiasa memenuhi aspirasi dan kebutuhan guru di Flores Timur. Salah satunya melalui pekan edukatif yang diadakan guna memberi ruang bagi para guru membagikan gagasan dan praktik baik dalam pengembangan kualitas pendidikan.
“Melalui kegiatan ini PGRI Flores Timur membuka ruang yang luas bagi guru-guru di Flores Timur yang memiliki gagasan dan praktik baik dalam pengembangan kualitas pendidikan, dapat berbagi dengan para guru lain. Karena itu saya mengapresiasi pemateri yang bersedia berbagai dalam pekan edukatif PGRI Flores Timur ini,” ujar Maksi.
Dia juga mengajak guru-guru baik di Flores Timur maupun daerah lain untuk terlibat dalam kegiatan yang diadakan PGRI Flores Timur. “PGRI Flores Timur sudah membuka ruang. Karena itu saya mengajak bapa ibu guru untuk terlibat dalam setiap kegiatan yang diadakan PGRI Flores Timur. Iklim ilmiah seperti ini harus terus dijaga, dirawat, dan dikembangkan bersama,” ujar mantan Ketua Agupena Flores Timur ini. (GKA)