Aksinews.id/Lewoleba – Yayasan Kesehatan untuk Semua (YKS) tahun ini melakukan perluasan wilayah Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI) di Kabupaten Lembata.
Upaya perluasan DESBUMI ini dilakukan dengan menggelar kegiatan perdana di Hotel Annisa Lewoleba, belum lama ini, (16/3-2023), dengan menghadirkan pemerintah desa dan komunitas perempuan purna migran dari enam desa perluasan yakni, Desa Kolontobo, Riangbao, Petuntawa, Waimatan, Baopana dan Lamatuka.
Kegiatan perdana ini dilakukan dengan menggelar diskusi, sekaligus melakukan pengorganisasian kelompok usaha ekonomi produktif perempuan purna migran sebagai salah satu pilar DESBUMI.
Dalam sesi diskusi, perempuan purna migran yang hadir mengisahkan pengalaman mereka ketika menjadi pekerja migran di luar negeri.
Ada peserta yang matanya berkaca-kaca ketika mengisahkan pengalaman diperlakukan tidak adil oleh majikan tempat mereka bekerja. “Sebagai pembantu rumah tangga, saya bekerja dari jam 03.00 dini hari sampai jam 01.00 dini hari. Praktis waktu tidur saya sangat sedikit dan berat badan saya semakin menurun dari waktu ke waktu,” ujarnya.
“Selain itu, kalau jam makan, saya dikasih makanan yang sisa. Namun saya bertahan dan mengadukan persoalan ini ke agency dan saya akhirnya pindah ke majikan yang lebih baik,” imbuh Fransiska Ktipa, warga Desa Lamatuka mengenang pengalamannya saat menjadi pekerja migran di Singapura.
Dari berbagai kisah yang disampaikan peserta, sebagian besar dari mereka mengaku menjadi pekerja migran karena alasan ekonomi, selain untuk biaya pendidikan anak, bangun rumah dan urusan adat yang berbiaya tinggi. Ada juga yang menjadi PMI karena mengikuti suami/isteri yang sudah terlebih dahulu menjadi PMI.
Sebagian besar suami-isteri yang menjadi PMI menitipkan anak untuk diasuh oleh kakek dan nenek. Hal ini yang menjadi penyebab banyak anak putus sekolah karena kurang perhatian. Apalagi selama menjadi PMI, orang tua tidak mengirim biaya sekolah anak. Ada juga anak yang masih berusia Balita mengalami kekurangan gizi karena pola makan anak tidak diperhatikan oleh kakek/nenek yang menjadi pengasuh.
Ditanya alasan memilih migrasi mandiri ketimbang berangkat melalui perusahaan jasa tenaga kerja, beberapa dari mereka mengaku bahwa melalui agency membutuhkan biaya yang tinggi dengan durasi waktu tunggu keberangkatan yang lama, juga takut ditipu. Hal ini yang menjadi alasan utama melakukan migrasi mandiri selain karena migrasi mandiri sudah menjadi kultur bermigrasi masyarakat Lembata sejak dahulu kala.
Dalam kegiatan ini dilakukan juga pengorganisasian kelompok untuk enam desa perluasan dimana masing-masing kelompok yang terbentuk langsung membuat rencana jenis usaha yang dilakukan. Ke enam kelompok yang terbentuk adalah, kelompok eks Migran Desa Lamatuka, Kelompok Merajut Kasih Desa Kolontobo, Kelompok Migran Tater Desa Baopana, Kelompok Hamahena Desa Waimatan, Kelompok Mawar Desa Petuntawa dan Kelompok Asoka Desa Riangbao.
Setelah terbentuk sejumlah harapan pun disampaikan kelompok dengan meminta dukungan baik dari pemerintah desa, YKS dan pihak ketiga. Terhadap permintaan ini YKS menyampaikan komitmennya untuk terus melakukan pendampingan agar kelompok yang telah dibentuk ke depannya bisa mendatangkan manfaat bagi anggotanya.
Untuk diketahui DESBUMI merupakan sebuah inisiatif lokal untuk perlindungan pekerja migran mulai dari desa sebagai basis buruh migran itu sendiri. DESBUMI diinisiasi Migrant Care bersama mitranya sejak tahun 2014 lalu di bawah program Maju Perempuan untuk penanggulangan Kemiskinan (MAMPU). Program ini sebelumnya telah ada di enam desa dan dilaunching secara resmi tahun 2017 oleh Menaker Hanif Dhakiri di Desa Tagawiti, Kecamatan Ile Ape, Lembata.
Adapun enam DESBUMI yang telah ada sebelumnya yakni, Desa Dulitukan, Tagawiti, Beutaran, Lamawolo, Lamatokan dan Desa Bao Lali Duli.
Saat ini di bawah Program INKLUSI, Migran Care dan mitra lokalnya melakukan perluasan wilayah DESBUMI. Perluasan wilayah DESBUMI ini tidak saja dilakukan di Lembata tapi di setiap daerah dimana Migran Care dan mitranya bekerja, yakni di Banyuwangi, Jember, Lombok Tengah, Kebumen dan Wonosobo. (Resty)