Aksinews.id/Waisesa – Hadir saat groundbreaking ceremony atau acara peletakan batu pertama dimulainya pembangunan gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bakti Toleransi Waisesa, di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata, Kamis (23/2/2023) siang, Penjabat Bupati Lembata, Marsianus Jawa berkesempatan mengikuti ritual buka bumi yang dilakukan oleh tokoh adat, penguasa hak wilayat setempat.
Setelah acara seremonial adat selesai, penjabat Bupati kemudian meletakan batu pertama atau batu penjuru sebagai tanda dimulainya pengerjaan proyek pembangunan gedung SDN Bakti Toleransi Waisesa.
Penjabat Bupati dalam sapaan singkatnya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada anak-anak muda dari Yayasan Cakra Abhipraya Responsif yang terus peduli kepada kondisi pengungsi banjir bandang di Lembata terutama masalah pendidikan bagi anak-anak.
Ucapan terimakasih dan salam hormat juga ia sampaikan kepada pimpinan Cakra Abhipraya Responsif di Jakarta. “Saya dan seluruh masyarakat Lembata untuk pimpinan Cakra, kami tidak bisa memberikan apa-apa untuk yayasan dan adik-adik sekalian tapi doa kami selalu menyertai anda. Harapan kami yayasan ini tetap berbuat sesuatu, berikhtiar bagi bangsa khususnya Lewotana tercinta,” kata Penjabat Bupati Lembata.
Ia pun di hadapan Ketua Cakra Abhipraya dan anggota serta para Kepala OPD dan tokoh masyarakat secara khusus meminta semua warga masyarakat Lembata agar terus mendoakan Yayasan Cakra Abhipraya Responsif ini agar tetap eksis. Karena, menurutnya, tidak mudah untuk mendapatkan anak-anak muda yang punya perhatian besar bagi daerah kita.
“Coba kalian melihat sedikit flashback ke belakang, dimanakah anak muda, generasi muda yang begini tapi mereka datang sampai ke daerah kita, sampai berusaha untuk membuat seperti ini.”
Karena itu, ia sekali lagi mengajak semua masyarakat Lembata untuk terus berdoa bagi mereka. “Doakanlah adik-adik kita, anak-anak kita ini supaya karya mereka tak henti-hentinya berguna bagi anak bangsa ini,” kata Penjabat Bupati Lembata.
Dia pun lantas secara tegas meminta semua perangkat daerah untuk boleh memperhatikan semua proses ini dengan cermat dan bertanggung jawab, termasuk salah satunya masalah IMB (Ijin Mendirikan Bangunan). Ia minta Dinas PU dan Dinas Perijinan untuk koordinasi, kolaborasi agar segera mengurus IMB. Karena hal itu terkait dengan persyaratan pengajuan dana.
Untuk Dinas PU, Bupati Jawa meminta agar segera menata sebaik mungkin sesuai dena atau gambar lokasi yang mau dijadikan tempat pembangunan gedung sekolah. “Jangan ikut gaya kita yang semeremu, yang sepotong sepotong, itu tidak boleh. Jadi dibikin bagus karena itu bisa Rp 1 milliar lebih bahkan bisa sampai dua milliar. Itu hadiah dari yayasan untuk daerah ini,” kata Marsianus Jawa.
Karena itu, ia kembali menekankan semua perangkat daerah untuk konsern dengan pekerjaan ini, terkhusus Dinas Pendidikan. Ia minta agar mulai dari sekarang sudah mulai desain penempatan guru dan lain sebagainya, sehingga ketika selesai pembangunan guru semua sudah ready. “Jangan sampai saatnya nanti kita masih ribut lagi masalah guru dari mana, ambil dari mana, keluar dari mana, itu tidak boleh, harus dari sekarang,” ujarnya.
Kepada kontraktor atau yang menangani pembangunan gedung, Bupati Jawa mengingatkan agar buat sesuai dengan perencanaan yang diinginkan oleh mereka, harus yang rapi. “Saya akan mengontrol terus, bangunan ini harus bagus. Orang memberi kita, jangan sampai kita disini yang membikin buruk begitu, tidak boleh,” kata Jawa menambahkan.
Mengenai pemberian nama gedung SDN Bakti Toleransi Waisesa oleh mereka, Bupati Jawa menjelaskan bahwa nama ini terinspirasi dari kehidupan toleransi yang begitu tinggi antara sesama tanpa melihat perbedaannya. “Dan itu mesti dijaga, jangan sampai kita merusaknya. Kita harus jaga benar kepercayaan ini.”
Karena itu, Bupati Jawa menitip tugas atau PR (Pekerjaan Rumah) kepada Kepala Desa Tanjung Batu, untuk meyakinkan warga masyarakatnya agar urusan tanah tidak boleh ada masalah.
Acara ini juga diisi dengan penampilan tarian senam dari anak-anak TK Cut Nyak Dien Tanjung Batu Waisesa, di hadapan Penjabat Bupati dan para tamu undangan.
Sementara Kadis Pendidikan, Anselmus Asan Ola, dalam kesempatan yang sama menyampaikan pembangunan gedung ini berawal dari komunikasi antara dirinya dengan Yayasan Cakra Abhipraya Responsif yang kali lalu (tahun 2022) pasca penanganan trauma healing pada anak-anak korban erupsi dan banjir bandang, merencanakan akan membangun sebuah gedung sekolah baru di Waisesa.
Atas komunikasi yang intens maka sekitar empat bulan yang lalu terjawab sudah keinginan tersebut dengan dikirimnya gambar desain gedung sekolah yang mau dibangun.
Ia yakin, adalah tidak mungkin terlaksana pembangunan tahun ini apabila kita hanya mengandalkan APBD. Karena itu, Kadis Asan Ola mengajak semua untuk memberikan dukungan sepenuhnya terhadap pembangunan gedung ini.
Ketua Yayasan Cakra Abhipraya, Putro Anugerahlindu ketika diwawancarai terkait biaya pembangunan, ia menyampaikan bahwa hal tersebut masih dalam perhitungan karena mengalami perubahan terkait bahan material yang menurutnya sangat berbeda jauh antara Jakarta dengan Lembata.
“Kita sekarang sedang bekerja sama dengan kontraktor lokal untuk menentukan RAB-nya, tapi dipastikan ini tetap berjalan di bulan Maret,” kata Putro.
Ia kemudian menjelaskan lagi bahwa untuk pengerjaan tahap awal kita hanya membuat pemerataan dulu baru setelah itu dilanjutkan dengan pembangunan. “Kita disini akan membangun enam ruangan kelas, satu ruangan guru dan enam buah kamar mandi. Jadi semua fasilitas sudah dilengkapi semua,” kata Anugerahlindu.
Direncanakan penyelesaian akhir proyek ini akan memakan waktu kurang lebih lima bulan, karena kebanyakan kebutuhan materialnya tidak ada di sini salah satunya seperti spandek pasir karena kita menggunakan atap spandek pasir, baja ringan. Bahan-bahan seperti ini, menurutnya, tergantung pasokan dari Makassar atau Surabaya.
Ia pun menerangkan bahwa keberadaan teman-teman Cakra di Lembata sejak h plus pasca kejadian siklon Seroja, memiliki tiga posko, dua diantaranya berada di Amakaka dan Waisesa. Dia merasa selama berada di sini ada sesuatu yang tidak dijumpainya di Jakarta yakni toleransi. Toleransi disini begitu cair. Menurut pengamatannya, selama bertugas di tempat pengungsian, banyak ia temukan kehidupan yang begitu harmonis.
“Walaupun hidup dalam sebuah pondok dengan perbedaan agama, namun dijalani mereka dengan begitu toleran. Inilah yang menjadi inspirasi kami untuk membangun sebuah sekolah Bakti Toleransi di Waisesa.”
Ia berharap toleransi yang terjalin saat ini bisa terus berjalan di tanah Lembata, sebagai pengingat bahwa toleransi yang sudah kuat disini menjadi inspirasi bagi kita untuk membangun sekolah disini.
Ia mengakui untuk membangun sekolah ini perjuangan teman-teman sangat berat, butuh waktu satu tahun untuk mengumpulkan dana mengingatkan rata-rata personil Cakra usianya dibawah 30 tahun. Dananya diperoleh dari donasi online yang bisa dicek di sana penggalangan dananya. Ia akui dana ini baru bisa dicairkan setelah RAB selesai diajukan dan banyak teman-teman influence membantu dalam penggalangan dana ini. (Prokompim Setda Lembata)