Aksinews.id/Solo – Isu penculikan anak belakangan ini santer merebak di berbagai daerah. Tak terkecuali, di kota eks Karesidenan Surakarta. Dua penjual galon terpaksa digiring ke Mapolres setempat untuk klarifikasi, gara-gara dikira hendak menculik dua siswa SMP.
Ini terjadi Kamis siang (2/2/2023). Dua siswa SMPN 1 Selogiri, dikabarkan hendak jadi korban penculikan. Kabar ini mencuat dari pesan berantai di aplikasi WhatsApp (WA). Isinya dua siswa hendak diculik oleh dua orang yang mengendarai mobil. Juga, dijelaskan terkait upaya hipnotis yang gagal, karena siswa kedua tersebut keburu sadar.
Ternyata, “Bukan penculikan. Hanya misspersepsi saja,” terang Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri F.X. Pranata, Jumat (3/2/2023).
Pranata menjelaskan, peristiwa berawal saat dua siswa kelas VIII SMPN 1 Selogiri izin keluar dari lingkungan sekolah. Setiba di kawasan Tugu Pusaka Selogiri, mereka disapa dua orang yang mengendarai satu unit mobil.
“Kedua orang yang menyapa itu diketahui warga Kabupaten Sukoharjo. Sering ke sana untuk berjualan galon air mineral. Mereka menyapa kedua siswa itu, namun yang bersangkutan tidak merespons,” urai Pranata.
Setelah itu mobil tersebut berhenti. Sopir keluar dari mobil, kemudian menyeberang jalan untuk membeli bibit tanaman di sekitar Tugu Pusaka. Namun, kedua siswa tersebut mengira hendak diculik.
“Saat kami konfirmasi, yang bersangkutan (penumpang mobil) mau beli bibit tanaman. Itu sudah dikonfirmasi juga oleh pemilik toko (tanaman). Kebetulan tidak ada barangnya,” imbuh Pranata.
Disdikbud juga sudah mempertemukan seluruh pihak yang terkait, untuk dimediasi di Mapolsek Selogiri. Mulai dari dua pedagang galon, kepala SMPN 1 Selogiri, serta kedua siswa yang didampingi orang tua masing-masing. Termasuk dihadiri camat dan polisi.
“Kesimpulannya, itu cuma misspersepsi saja. Cuma kesalahpahaman saja. Nyuwun sewu (mohon maaf), belakangan ini kan banyak beredar kabar soal penculikan anak,” ungkap Pranata.
Pranata mengimbau, agar seluruh satuan pendidikan memperketat pengawasan terhadap siswa saat kegiatan belajar mengajar (KBM). Tidak boleh ada siswa yang keluar area sekolah. Jika terpaksa keluar, harus dengan pendampingan guru atau petugas keamanan. Termasuk meminta respons cepat, jika ada hal-hal mencurigakan.
“Harus terbangun pemikiran positif di tengah kehidupan sosial. Dengan begitu masyarakat tidak teracuni isu-isu yang menyesatkan, alias kabar hoax,” beber Pranata, seperti dfilansir radarsolo.
Camat Selogiri Sigit Purwanto membenarkan, kabar penculikan tersebut hanya kesalahpahaman. “Akhirnya terdeteksi. Di sekitar sana tempat kejadian juga ada kamera CCTV. Ternyata cuma misspersepsi saja,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolres Wonogiri AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah menegaskan, kejadian di Selogiri hanya salah paham. Sudah diselesaikan secara musyawarah, dengan klarifikasi terhadap pihak-pihak terkait.
Menanggapi maraknya isu penculikan anak, kapolres mengimbau masyarakat untuk tidak panik. Kendati demikian, tetap harus meningkatkan kewaspadaan dan pengawasan terhadap buah hatinya ketika di luar rumah.
“Bekali anak dengan pengetahuan, agar tidak terpengaruh iming-iming atau hadiah dari orang tak dikenal. Jika melihat gerak-gerik mencurigakan, segera laporkan ke pihak berwajib,” tandasnya. (*/AN-01)