Situasi Desa Balaweling, Kecamatan Solor Barat, sejak pagi, Sabtu (21/01/23), tampak lebih ramai dari biasanya. Seluruh warga masyarakat berkumpul. Bahkan, warga Desa Balaweling I, Desa Balaweling I, dan Kelurahan Ritaebang menyatu. Mereka menggelar ritual, yang oleh warga setempat disebut ‘Porik Kreya’. Ritual ini yang menandai akan dibangunnya kapela baru, menggantikan kapela Reinha Balaweling yang nampak sudah tua dan usang dimakan usia.
Penjabat Bupati Flores Timur, Drs. Doris Alexander Rihi,M.Si pun turut hadir. Ia didampingi beberapa pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Mereka semua melibatkan diri dalam ritual tersebut.
Menariknya, rombongan penjabat Bupati Flores Timur harus rela menggunakan sepeda motor ‘trail’. Doris Rihi sendiri mengendarai motor trail menaklukkan medan jalan berbatu, serta jalan-jalan setapak yang dipagari rumput basah sepanjang hampir dua kilometer. Tak langsung parkir sepeda motor di lokasi kegiatan, karena harus berjalan kaki melewati jalan setapak menuju lokasi acara.
Kapela Reinha Balaweling memang berada di sebuah daerah datar yang dikelilingi kebun dan hutan. Letaknya berada di dataran yang lebih tinggi, menyisahkan halaman besar yang menjadi tempat berkumpulnya umat saat menggelar doa atau ritual adat lainnya. Halaman besar ini dipayungi atap seng yang cukup besar yang kemudian dipasangi pipa di sepanjang ujung seng, guna mengalirkan air hujan menuju tiga penampungan air yang terbuat dari terpal di bawahnya.
Di samping kanan, sebuah beringin besar berdiri. Sementara di belakang kapela, berjejer bangunan-bangunan kecil yang melambangkan 14 titik pemberhentian jalan salib Tuhan Yesus.
Di dalam kapela, terdapat patung –yang oleh masyarakat setempat dinamai patung Bunda Reinha Balaweling,- sebuah patung kecil Bunda Maria yang sedang memangku Tuhan Yesus.
Di tembok belakangnya, terdapat sembilan gambar berukuran kecil yang nampak menceritakan keberadaan komunitas-komunitas suku yang berada dalam rumpun adat masyarakat Balaweling.
Ritual adat dan ibadat yang dilaksanakan dalam setiap tahapnya pada hari ini nampaknya menggambarkan kesatuan yang padu antara adat, gereja dan masyarakat itu sendiri.
Penjabat Bupati Doris Rihi pun didaulat untuk meletakkan batu pertama di salah satu tiang utama pembangunan kapela ini. Selepas melakukan peletakan batu pertama, Penjabat Bupati mengapresiasi terselenggaranya kegiatan ini.
“Saya bersyukur dapat hadir di sini. Luar biasa penghormatan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang ditunjukan pada hari ini. Saya sangat bersukacita,” ungkap Doris Rihi.
Menurut dia, niat yang satu dan padu seperti yang ditunjukan dalam ‘Porik Kreya’ ini tentunya akan selalu mencapai hasil yang baik. Ya, “Apa yang menjadi niat, kehadiran kita semua di sini dalam mewujudkan yang direncanakan oleh seluruh keluarga besar Balaweling baik yang ada di sini maupun yang ada di perantauan, pasti tercapai, saya sangat yakni dan percaya karena kita semua telah bersatu hati, berniat untuk sampai di tempat ini,” ujarnya.
Doris Rihi pun memaknai pelaksanaan kegiatan ini sebagai sebuah usaha untuk menghormati lingkungan, alam sekitar, menjujung tinggi dan menghormati leluhur Lewotana yang ada serta menghormati kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
“Oleh karena itu, pada hari ini kita resapi, kita pegang teguh untuk kehidupan kita bersama,” ujarnya sambil mengajak masyarakat Balaweling untuk menjadikan momentum ini sebagai sebuah potensi kekuatan dan kebersamaan.
Menurutnya pula, nilai-nilai kekuatan dan kebersamaan ini harus juga tercermin dalam pribadi setiap warga dan yang memanfaatkan kapela Reinha Balaweling ini sebagai tempat reflektif untuk menemukan solusinya.
“Ada banyak hal yang kita lakukan bersama, banyak kebutuhan di desa, kecamatan, kabupaten yang harus kita lakukan secara bersama-sama, tidak bisa sendiri-sendiri. Oleh karena itu, wujudkan kebersamaan itu. Apabila ada permasalahan yang dihadapi di tingkat desa, kelurahan, mari kita jadikan Kapela Maria Reinha Balaweling ini sebagai tempat kita menenangkan diri, sebagai tempat untuk menyelesaikan setiap permasalahan, sebagai tempat untuk kita mengasihi, bahwa ternyata semua kita adalah bersaudara,” ajaknya.
Doris Rihi pun berharap agar setiap warga dapat berjanji pada diri masing-masing, sebagai orang tua, tentang pentingnya mengajarkan kepada generasi muda bahwasanya tidak boleh konflik fisik dalam menyelesaikan setiap permasalahan.
“Saya harap juga kebersamaan seperti hari ini hadir juga di tingkat desa, kelurahan, kecamatan; kita duduk juga di setiap permasalahan-permasalahan keluarga dan adat. Terima kasih kepada keluarga besar Balaweling, saya bangga sampai hadir di sini,” lanjutnya seraya berharap dapat hadir lagi di tempat ini pada saat peresmian kapelanya nanti.
Putra Raja Larantuka, Don Tinus DVG yang hadir dalam Porik Kreya ini, mengungkapkan bahwa masyarakat suku Balaweling harus bersatu dalam semangat kebersamaan. Balaweling, menurutnya, dipandang sebagai api dapur, sumber terang dan kehidupan melalui kehadiran Bunda Maria yang diserahkan oleh Raja Larantuka dan diberkati oleh Uskup Larantuka, waktu itu, Mgr. Gabriel Manek.
Terkait dengan renovasi Kapela Maria Reinha Balaweling ini, Don Tinus mengingatkan, “Boleh merenovasi bangunan dengan memperluasnya namun tempat pentakhtaan Patung Bunda Maria Reinha Balaweling tidak boleh dirombak. Karena tempat itu memiliki nilai sejarah sejak tahun 1960, karena di bawah kaki patung Bunda Maria di kapela Reinha Balaweling ini -pada saat itu- dikuburkan semua hal jahat”.
Porik Kreya Balaweling ini diakhiri dengan lantunan Sason Nuren Nogo Oe yang mengalun begitu dinamis dalam irama yang membakar semangat untuk bergerak maju, berubah lebih baik dan bersemangat membangun kapela ini. Warga Balaweling bergandeng tangan satu dengan yang lain, membentuk formasi setengah lingkaran, menghentakkan tangan dan kaki secara berirama mengikuti irama Nogo Oe yang memperdengarkan nada kegembiraan dan sukacita dalam mengawali pembangunan ini, seolah menjelaskan sebuah pesan; mari membangun dengan penuh sukacita.
Turut hadir dalam kegiatan ini, Camat Solor Barat, Petrus K. Kewuan, S.Sos., Pastor Paroki St. Maria Kunjungan Santa Perawan Maria Pamakayo, RD. Robertus Laga Manu, Pastor Paroki St. Yosep Ritaebang, Daniel Nara Gere Muda,SVD, Kepala Dinas (Kadis) PMD Paulus Petala Kaha, M.Si, Kadis PUPR Yohanes Brechman Suban Tukan, ST.MT, Plt. Kadis Pariwisa dan Kebudayaan Drs. Emanuel Lamuri, Kadis Perpustakan dan Arsip Drs. Benediktus Bolibapan Herin, Kadis Kompinfo Heronimus Lamawuran, S.Sos, Plt. Kalak BPBD Eduardus J. Fernandez, S.Sos., M.Si., Kepala Bagian (Kabag) Umum Oktavianus Lawa Taka,SE, Kabag Kesra Ciprianus Rendra Tukan, SP.d, Tokoh Keturunan Raja Larantuka, Don Andreas Marthinus DVG, Don Erwyn DVG dan Maria Ri Lewar, Pou Suku Lema, Yoseph Pati Odjan dan Yosep Philipus Et Lamuri, Babinsa Kecamatan Solor Barat, Purnomo dan Gaza, Kepala Desa Balaweling I, Laurensius Otu Niron, Kepala Desa Balaweling II, Anton Jatiama Keban, Lurah Ritaebang, Hironimus Niron, pemangku adat suku Balaweling serta warga masyarakat Balaweling.(Prokompim Flotim/AN-01)