Selasa, 17 Januari 2023
Ibr.6:10-20 ; Mrk.2:23-28
PW. St. Antonius Abas
“Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari sabat”
(Mrk.2:25)
Orang Farisi selalu taat hukum Sabat. Begitu taatnya, sampai jadi kaku. Hingga hati dan pikirannya juga terpenjara aturan Sabat. Mereka selalu menilai tindakan seseorang, entah taat atau menyimpang. Tak heran mereka mempersoalkan murid Yesus memetik gandum dan makan pada hari Sabat. Padahal mereka lapar. Hanya karena hari itu hari Sabat. Jadi salah!
Hari Sabat mesti dihargai. Tetapi bagi Yesus, muridNya atau siapapun yang sedang lapar, tak boleh dibiarkan terus menderita, hanya karena demi mematuhi hari Sabat.
Ia tegas mengoreksi sikap orang Farisi. “Sabat diadakan untuk menusia, bukan manusia untuk hari sabat”. Aturan untuk melindungi manusia, bukan mengorbankannya. Aturan tidak boleh membatasi kasih dan kemurahan hati. Juga tidak mematikan rasa peduli di setiap hati.
Mematuhi Sabat, berarti taat dan setia mengasihi Allah. Dan semestinya, setiap hati yang mengasihi Allah, ia harus lebih mengasihi sesamanya. Sebab, tidak elok mengatakan mengasihi Allah yang tak kelihatan, tekun berdoa dan taat beribadah, jika tidak peduli, tidak menaruh kasih, dan tidak sepenangungan dengan sesama di depan mata.
Ingat, kebaikan tak boleh dipenjara oleh ego diri atau oleh aturan apapun. Lebih baik dianggap bersalah karena melakukan kasih. Dicap pembangkang karena mengusahakan kebaikan. Dari pada mati rasa dan tak peduli dengan nasib sesama, hanya karena takut dipersalahkan. Membiarkan siapapun merana hanya demi menjaga keharmonisan semu. Butuh komitmen yang kuat. Santu Antonius, doakanlah kami.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD. Wens Herin
amin