Aksinews.id/Larantuka – Nasib malang menimpa dua gadis asal Serinuho, Kabupaten Flores Timur, berinisial PJK dan ARK. Mereka diduga menjadi korban human trafficking (perdagangan orang) oleh pihak PT. Rejeki Djaya Makmur.
Awalnya, PJK dan ARK direkrut untuk bekerja di Ibukota Negara, Jakarta. Dijanjikan memperoleh upah sebesar Rp.1.500.000 per bulan. Akan tetapi, setelah bekerja selama 2 tahun 8 bulan, mereka belum menerima gaji sepeser pun dari manajemen PT. Rejeki Djaya Makmur.
“Kami pulang ini kami masih cuti. Majikan hanya memberikan uang Rp.1.500.000, dan uang pesawat dia (majikan) bayar,” kata keduanya.
Menurut PJK, mereka berdua direkrut oleh seorang warga sekampungnya, berinisial AO. “Saya tiba di Maumere pada 9 September 2019. Kemudian kami diterbangkan ke Jakarta, dan dijemput seorang Ibu ke Medan,” jelas dia.
Asal tahu saja, kedua gadis asal Flores Timur ini awalnya dijanjikan bekerja di Ibukota Jakarta. Namun mereka dibawa seorang agen bernama Dewi menuju Medan. Bahkan, selama tinggal di Medan mereka tidak pernah keluar rumah. Hanya berada di halaman rumah saja. Soalnya, semua pintu pagar rumah dikunci oleh pemiliknya yang menetap di Jakarta.
Saat ini, Noben Da Silva, aktivis Buruh Migran Indonesia bekerja sama dengan Garda Buruh Migran Jakarta Banten dan Medan mengupayakan agar mereka diperhatikan soal jalur tenaga kerja secara legal dan perusahaan yang terdaftar.
“Kini dua anak itu sudah di Kupang. Sebentar jam 2 (14.00 Wita) siang mereka akan pulang ke kampung halamannya. Kita akan jemput mereka. Saya sendiri ditelpon oleh orang tua korban yang sekarang ada di Malaysia untuk telusuri anaknya,” kata Noben. (AN-02)