Oleh : Ende Johana Surya
ASN Kementerian Keuangan
Gelaran Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara yang tergabung dalam G20 belum lama usai diselenggarakan di Bali pada tanggal 15-16 November 2022. Masih terkenang fragmen kejadian yang unik pada KTT G20 tersebut, mulai sosok ibu negara Korea Selatan Kim Keon-hee yang menjadi pusat perhatian peserta KTT maupun jagad dunia maya, presiden Perancis Emmanuel Macron yang sempat berjalan kaki hingga 2 km dan menggendong seorang bayi dari warga yang menonton hingga teguran presiden RRT Xi Jinping kepada PM Kanada, Justin Trudeau terkait bocornya percakapan pribadi mereka kepada media di Kanada yang dinilai sangat tidak pantas oleh Jinping.
Selain kejadian-kejadian unik dan langka di atas, momen tersebut menandai berakhirnya Presidensi Indonesia dalam forum G20 di sepanjang tahun 2022 yang telah dimulai sejak bulan Desember 2021 dalam 157 pertemuan dan 438 rangkaian kegiatan. Selanjutnya, rangkaian kegiatan forum G20 akan dinahkodai oleh India, selaku Presidensi G20 di tahun 2023.
Torehan terpenting dari Presidensi Indonesia dalam forum G20 adalah keberhasilan Indonesia untuk mengajak para pemimpin negara-negara G20 bermufakat dalam Bali Leaders Declaration yang sempat diragukan oleh banyak pihak bakal diratifikasi pada kesempatan tersebut. Deklarasi tersebut terdiri dari 52 paragraf. Dari sejumlah paragraf tersebut, terdapat satu paragraf yang sangat diperdebatkan, yaitu terkait pernyataan sikap terhadap Perang di Ukraina. Namun, melalui diskusi yang cukup lama, para pemimpin G20 sepakat mengecam perang tersebut karena dianggap telah melanggar batas dan integritas wilayah. Perang ini telah mengakibatkan penderitaan masyarakat dan memperberat ekonomi global yang masih rapuh akibat pandemi yang menimbulkan risiko terhadap krisis pangan, krisis energi, dan potensi krisis finansial.
Terdapat setidaknya 5 (lima) poin penting yang dapat disarikan dari Bali Leaders Declaration, yaitu :
Pertama, anggota G20 akan agile dan fleksibel dalam menjalankan kebijakan ekonomi makronya. Anggota G20 juga akan terus melakukan investasi publik dan reformasi struktural, mendorong investasi swasta, dan memperkuat perdagangan multilateral. Selain itu, anggota G20 akan menciptakan ketahanan rantai pasok global untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan, inklusif, dan berkeadilan. Anggota G20 juga akan memastikan kesinambungan fiskal jangka panjang dengan bantuan dari bank sentral masing-masing negara anggota. “Agar stabilitas harga tercapai,” seperti dikutip dari naskah resmi Bali Leaders Declaration.
Kedua, negara anggota G20 harus berkomitmen menjaga stabilitas makroekonomi dan keuangan. Caranya dapat dilakukan dengan mengoptimalkan semua perangkat yang tersedia untuk mengurangi risiko degradasi dengan memperhatikan langkah-langkah yang diambil sejak terjadinya krisis keuangan global.
Ketiga, anggota G20 akan mengambil tindakan untuk mempromosikan ketahanan pangan dan energi serta mendukung stabilitas pasar. Negara anggota juga akan memberikan dukungan sementara langsung untuk menahan dampak kenaikan harga, dan memperkuat dialog antara produsen dan konsumen. “Serta meningkatkan perdagangan dan investasi untuk kebutuhan ketahanan pangan dan energi jangka panjang, keberlanjutan, pupuk, dan sistem energi,” demikian dikutip dari dokumen resmi Bali Leaders Declaration.
Keempat, Anggota G20 akan terus berinvestasi di negara berpenghasilan rendah dan menengah serta negara berkembang lainnya. Hal itu dapat dilakukan melalui berbagai sumber dan instrumen pembiayaan yang lebih inovatif, termasuk mengkatalisasi investasi swasta untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs). Selain itu, negara-negara anggota G20 meminta Bank Pembangunan Multilateral untuk memajukan tindakan mereka dalam memobilisasi dan menyediakan pembiayaan tambahan sesuai dengan mandat mereka. “Mendukung pencapaian SDGs, termasuk melalui pembangunan berkelanjutan dan investasi infrastruktur, serta menjawab tantangan global,” demikian dikutip dari dokumen resmi Bali Leaders Declaration.
Kelima, anggota G20 berkomitmen untuk mempercepat pencapaian pembangunan berkelanjutan atau SDGs. Oleh karena itu, kesejahteraan G20 dicapai melalui pembangunan berkelanjutan.
Selain deklarasi bersama, KTT G20 juga menghasilkan sejumlah capaian konkret. Capaian tersebut, antara lain, terbentuknya pandemic fund yang mencapai 1,5 miliar Dolar Amerika Serikat (AS). Capaian lainnya adalah pembentukan dan operasionalisasi resilience and sustainability trust (RST) di bawah Dana Moneter Internasional (IMF) sejumlah 81,6 miliar Dolar AS untuk membantu negara-negara yang menghadapi krisis. Capaian lain terkait energy transition mechanism di mana Indonesia memperoleh komitmen dari just energy transition partnership (JETP) sebesar 20 miliar Dolar AS. Komitmen bersama setidaknya 30 persen dari daratan dunia dan 30 persen lautan dunia dilindungi di tahun 2030 dan melanjutkan komitmen mengurangi degradasi tanah sampai 50 persen tahun 2040 secara sukarela. Selain itu, gelaran Presidensi G20 di Indonesia menciptakan kontribusi Rp 7,4 triliun pada PDB Indonesia.
JETP ini akan secara signifikan mempercepat transisi Indonesia menuju masa depan energi yang lebih bersih, mengurangi emisi gas rumah kaca kumulatif hingga lebih dari 300 megaton hingga tahun 2030 dan pengurangan jauh di atas 2 gigaton hingga tahun 2060 dari trajektori Indonesia saat ini.
Kemitraan ini juga mencakup target, untuk pertama kalinya, tanggal puncak emisi sektor ketenagalistrikan Indonesia pada tahun 2030 termasuk dari sistem kelistrikan on-grid, off-grid dan captive, menggeser proyeksi puncak tujuh tahun sebelumnya.
JETP tidak hanya berfokus pada pengurangan emisi yang kuat, tetapi juga mendorong pembangunan berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi, sekaligus melindungi mata pencaharian masyarakat dan pekerja di sektor yang terkena dampak.
Menteri Keuangan AS, Janet Yellen menghadiri peluncuran di Bali dan memuji berita tersebut, mengatakan, “Kementerian Keuangan bangga telah bekerja sama dengan mitra publik dan swasta untuk menyusun paket keuangan besar yang secara historis berfokus untuk membantu mentransisikan salah satu negara dengan emisi tertinggi di dunia menjadi negara dengan perekonomian yang adil dan berkelanjutan. Paket keuangan 20 miliar Dolar AS ini adalah bukti luasnya kemitraan ini. Dana ini dirancang untuk menanggapi upaya Indonesia saat ini dan yang direncanakan untuk menghilangkan hambatan dalam berinvestasi di energi bersih dan mengurangi batu bara secara bertahap.”
Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Iklim dan Departemen Keuangan AS, bekerja sama dengan Kementerian Keuangan Jepang, akan terus bekerja secara aktif dengan Indonesia dan mitra publik dan swasta untuk mendukung pengembangan rencana investasi komprehensif Indonesia selama enam bulan ke depan untuk mengarahkan pelaksanaan kemitraan selama 3-5 tahun kedepan.
Sekretaris Jenderal United Nations Antonio Guterres, menyampaikan bahwa melalui Presidensi G20, Indonesia menunjukkan kapasitasnya yang luar biasa dalam upaya mempersatukan negara-negara yang bersengketa, mendorong dialog, dan menemukan solusi nyata di tengah situasi yang sulit.
Kita sebagai warga negara yang baik patut berbangga dan tentu saja wajib mendukung setiap upaya dalam mewujudkan salah satu tujuan bernegara yang tertuang dalam Undang Undang Dasar 1945, yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Mari kita terus gelorakan semangat cinta Indonesia melalui kerja nyata, apapun bentuknya, sebagai perwujudan rasa memiliki Indonesia. Jika bukan kita, siapa lagi, jika tidak sekarang, kapan lagi, karena Indonesia adalah milik Kita.***