Kamis, 17 Nopember 2022
Why. 5:1-10 ; Luk.19:41-44
PW St. Elisabeth dari Hungaria, Biarawati
“Andaikan engkau tahu apa yang perlu untuk damai sejahteramu!”
(Luk.19:41)
Sosok Elisabet dikagumi karena jiwa sosialnya. Ia selalu bermurah hati, terus berbagi penuh cinta kepada orang miskin.
Meski menikah dengan pangeran Ludwig IV, dari kerajaan Thuringia, Jerman yang hidup bergelimang harta, ia tetapi tetap hidup sederhana. Tak berfoya-foya. Agar bisa mendermakan uang, makanan dan pakaian kepada para fakir miskin.
Tetapi, sikap dermawannya itu telah menyulut rasa tak suka keluarga kerajaan. Cinta dan dianggap memboroskan harta suaminya. Sekali waktu, Ludwig memergoknya ketika keluar membawa sebuah tas berisi roti. Elisabet ketakutan. Ketika ditanya, apa yang kau bawa? Ia menjawab, “bunga mawar”. Dan, sunggu ajaib. Ketika Ludwig membuka keranjang, ia melihat kembang-kembang mawar segar begitu indah.
Sungguh, Tuhan telah berkenan menyelamatkan hambanya. Ia tak akan mempermalukan orang yang selalu menaruh pengharapan padaNya. Bagi Elisabet, mengasihi orang miskin, berarti mengasihi Allah. Dalam derita dan kesahajaan hidup mereka, ia telah melihat wajah Allah.
Dari Elisabet, kita belajar cara sederhana dan terbaik melipatgandakan berkat yang Tuhan anugerahkan kepada kita, yakni, dengan berbagi dan terus berbagi. Cinta, kebaikan, atau berkat, tak boleh disimpan hanya untuk diri. Yesus akan menangisi kita, seperti Ia menangisi Yerusalem, jika kita berlaku egois, kurang peka dan enggan berbagi.
Ingat, hidup seorang Kristiani akan berkelimpahan, penuh berkat, karena ia selalu membuka tangan dan tulus berbagi dari kekurangan. Bukan karena menumpuk kekayaan. Meski tak berkecukupan secara menteri, tetapi hendaknya selalu berkelimpahan kasih, solidaritas dan rasa peduli.
Tuhan memberkati. SALVE. ***
RD. Wens Herin
Amin.
.